ADAB
MENUNTUT ILMU 1
Menuntut
ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dan dalam menuntut ilmu itu ada
beberapa ada yang harus diperhatikan, berikut di antaranya.
BEBERAPA ADAB MENUNTUT ILMU
1. Mengikhlaskan
niat karena Allah ta’âlâ.
2. Berdoa
kepada Allah ta’âlâ supaya
mendapatkan taufiq dalam menuntut ilmu.
3. Bersemangat
(antusias) untuk melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu.
4. Berusaha
semaksimal mungkin untuk menghadiri kajian-kajian ilmu.
5. Apabila
ada seseorang yang datang belakangan di tempat kajian hendaknya tidak
mengucapkan salam apabila dapat memotong pelajaran yang berjalan, kecuali kalau
tidak mengganggu maka mengucapkan salam itu sunnah. (Pendapat Syaikh
al-Utsaimin dalamFatawa Islamiyyah:, jilid
1, hlm. 170)
6. Tidak
mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya barakah ilmu. Allah
ta’âlâ mencela orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya dalam firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS.
ash-Shaf: 2-3)
Imam
Ahmad rahimahullahu mengatakan: “Tidaklah aku menulis satu hadits pun dari Nabi
n, kecuali telah aku amalkan, sampai ada hadits bahwasanya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam berbekam kemudian memberikan Abu Thaybah satu dinar,[1] maka
aku pun memberi tukang bekam satu dinar tatkala aku dibekam.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 14)
1. Merasa
sedih tatkala ada masyayikh yang sezaman tapi tidak sempat bertemu, serta
mencontoh adab dan akhlak mereka.
al-Khalal
meriwayatkan akhlak Imam Ahmad rahimahullahu dari Ibrahim, ia berkata: “Apabila
mereka mendatangi seseorang yang akan mereka ambil ilmunya, mereka
memperhatikan shalat, kehormatan dan gerak-gerik serta tingkah lakunya,
kemudian barulah mereka mengambil ilmu darinya.
Dan
dari al-A’masy rahimahullahu berkata, “Orang dahulu belajar kepada ahli fikih
tentang semua hal termasuk pakaian dan sandalnya. (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 145)
1. Sopan
santun dalam menuntut ilmu.
2. Kontinyu
(konsisten) untuk hadir dan tidak malas.
10.
Tidak berputus asa dan mencela diri (merendahkan diri). Hendaknya ingat firman
Allahta’âlâ:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS.
an-Nahl: 78)
Terlebih
apabila kesulitan dalam mempelajari sesuatu.
11.
Membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan thalabul ilmi dan mempelajari metode
yang benar dalam menuntut ilmu, serta berusaha mengetahui kekurangan dan kesalahan
yang ada pada dirinya.
12.
Antusias untuk hadir lebih awal dan mempergunakan waktu dengan baik.
13.
Berusaha melengkapi pelajaran yang terlewatkan.
14.
Mencatat faedah pada halaman depan atau buku catatan.
15.
Berusaha keras untuk mengulang-ulang faedah yang telah didapatkan.
16.
Tatkala membeli buku hendaknya diperhatikan terlebih dahulu.
17.
Tidak melemparkan kitab ke tanah.
Ada
seseorang yang melakukan itu di hadapan Imam Ahmad rahimahullahu dan beliau
marah seraya mengatakan, “Beginikah kamu memperlakukan ucapan orang-orang
baik?” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid
2, hlm. 389)
18.
Tidak memotong perkataan guru sampai beliau menyelesaikannya.
Imam
al-Bukhari berkata: Bab barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, sedangkan dia
sibuk berbicara, maka selesaikan dulu permbicaraannya. Kemudian beliau
membawakan hadits:
أَنَّ أَعْرَابِياًّ قَالَ وَالنَّبِيُّ يَخْطُبُ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى الرَّسُوْلُ فِي حَدِيْثِهِ وَأَعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ: أَيْنَ أَرَاهُ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟
Ada
seorang Arab Badui bertanya kapan hari kiamat tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam berkhutbah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melanjutkan
khutbahnya dan berpaling dari orang itu, tatkala Nabi menyelesaikan khutbahnya,
kemudian bertanya: “Dimana orang
yang tadi bertanya tentang hari kiamat.” (al-Fath, jilid 1, hlm. 171)
19.
Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata: “Kapan saja ada yang tidak dapat dipahami
dari perkataan guru oleh muridnya, hendaklah dia bersabar sampai sang guru
menyelesaikan ucapannya, baru kemudian dia meminta penjelasan gurunya dengan
penuh adab dan kelembutan dan tidak memotong di tengah-tengah pembicaraannya.”
(al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid
2, hlm. 163)
20.
Sopan tatkala mengajukan pertanyaan kepada guru, tidak menanyakan sesuatu yang
dibuat-buat atau berlebihan atau menanyakan sesuatu yang sudah tahu jawabannya
dengan tujuan supaya gurunya tidak mampu menjawab dan menunjukkan bahwa dia
tahu jawabannya, atau menanyakan sesuatu yang belum terjadi, dimana salafush
shalih mencela hal seperti ini apabila pertanyaan itu dibuat-buat. (Tahdzib at-Tahdzib, jilid 8, hlm. 274, as-Siyar, jilid 1, hlm. 398)
21.
Membaca biografi para ulama.
22.
Membaca topik dan tema yang berbeda sebelum tiba waktunya. Seperti Ramadhan dan
hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa, sepuluh awal dzulhijah dan kurban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar