- Biodata Singkat Abu Hurairoh
Nama beliau yang sebenarnya sebelum masuk
islam adalah Abu Syamsi, kemudian setelah beliau masuk islam ia diberi nama
oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman bin Shohrin Adduwaysie , adapun
kemudian ia dijuluki dengan Abu Hurairah karena Ia sangat penyayang kepada
binatang dan mempunyai seeokor kucing, yang selalu diberi makan, digendongnya,
dibersihkannya dan diberi tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah
bayang-bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak kucing" Semoga Allah ridlo kepadanya dan
menjadikannya ridla kepada Allah….!
- Otaknya Menjadi Gudang Pembendaharaan Pada Wahyu.
Sahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah
seorang yang memiliki bakat yang istimewa, beliau mempunyai bakat yang luar
biasa dan kekuatan ingatannya. Abu
Hurairah mempunyai kelebihan dalam seni menghafal dan menyimpan apa yang
didengarnya, ditapungnya lalu dihafalkan hingga ia tak pernah melupakan satu
kata atau satu hurufpun dari apa yang telah ia dengarnya, sekalipun usia telah
bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah ia mewakafkan
hidupnya lebih banyak untuk mendampingi Rasulullah sehingga termasuk orang yang
terbanyak menghafal dan menerima hadits dari Rasulullah.
Sewaktu datang masa
pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits bohong dan palsu,
seolah-olah berasal dari Rasulullah. Mereka memperalat nama Abu Hurairah dan
menyalah gunakan ketenarannya dalam meriwayatkan hadits dari Nabi Saw; hingga
sering mereka mengeluarkan sebuah hadits dengan menggunakan kata-kata ”bekata
Abu Hurairah…."
Dengan perbuatan
ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya
selaku penyampai hadits dari Nabi Saw.
Menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usah susah
payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di telah
dihabiskan oleh tokoh-tokoh ulama hadits yang telah membaktikan hidup mereka
untuk berkhidmat kepada hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang
dimasukkan kedalamnya.
Abu Hurairah
berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja
hendak diselundupkan oleh kaum perusak kedalam islam, dengan mengkambing
hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Beliau adalah salah
seorang yang menerima pantulan revolusi islam, dengan segala perubahan yang ia
buat. Dari orang upahan menjadi induk orang yang mengupah atau majikan, dari
seorang yang terlunta-lunta ditengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan
ikutan! Dan dari seorang yang sujud kepada batu-batu yang disusun, menjadi
orang yang beriman kepada Allah. Beliau berkata ; _"Aku dibesarkan
dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin, aku menerima upah
sebagai pembantu pada Basrah binti Ghazwan demi untuk mengisi isi perutku. !aku
lah yang melayani keluarga itu bila sedang ingin berpergian, sekarang inilah
aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Bushrah, maka segala puji bagi Bagi
Allah yang telah menjadikan agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu
Hurairah ikutan umat…!"
Ia datang kepada
Nabi Saw pada tahun ketujuh hijriyah sewaktu beliau berada di khoibar; ia
memeluk islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan, dan semenjak ia bertemu
dengan Nabi Saw dan berabaiat kepadanya, hampir-hampir ia tidak pernah berpisah
lagi dari padanya kecuali pada saat-saat waktu tidur. Begitulah berjalan selama
empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah Saw, yakni sejak ia masuk islam
sampai wafatnya Nabi, pergi ke Maha Tinggi. Kita katakan, "Waktu yang
empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh
dengan segala yang baik, dari perkataan sampai keapada seluruh perbuatan dan
pendengaran.
Dengan fitrahnya
yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya
untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada agama Allah, beliau
adalah orang yang mampu melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajaran
agama, pada waktu memang ada para sahabat yang mampu menulis, tetapi jumalah
mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk
mencatat hadits-haits Rasulullah.
Sebenarnya Abu
Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanyalah seorang yang menghafal,
disamping memiliki kesempatan dan mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan,
karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak pula perniagaan yang
akan diurus.
Ia pun menyadari
bahwa ia termasuk orang yang masuk islam belakangan, maka ia bertekad untuk
mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti rasul terus menerus dan secara
tetap mengikuti majelisnya, kemudian disadari pula adanya bakat pemberian Allah
ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin
bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan doa Rasul, agar pemilik bakat ini
deberi Allah berkat.
Ia menyiapkan
dirinya menggunakan bakat dan kemampuan karuia ilahi untuk memikul tanggung
jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya
kepada generasi kemudian. Dan beliau adalah seorang yang misikin, yang paling
banyak menyertai majlis Rasulullah, maka dia hadir disaat yang lainnya absen
keran kesibukan, dan disuatu hari Rasil pernah berbicara kepada para sahabat :
مَنْ يَبْسُط رِدَاءَهُ حَتّي يَفْرَغُ مِنْ حَدِيْثِيْ
ثُمَّ يَقْبِضُهُ إِلَيْهِ فَلَا يَنْسَى شَيْئًا كَانَ قَدَ سَمِعَه ُمِنِّيْ
"Siapa yang membentangkan surbannya hingga selesai
pembicaraanku, kemudian ia meraihnya kedirinya, maka ia takkan terlupa akan
suatupun dari apa yang telah didengarnya dari padaku." (HR. Bukhori no 2047, Muslim 2492)
Maka kuhamparkan
kainku, lalu ia berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu kederiku, dan demi
Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang aku dengar dari padanya. Demi Allah
kalau bukan karena tidak adanya ayat didalam kitabullah niscaya tidak akan ku
kabarkan kepada kalian sedikitpun ! ayat ini adalah ;
Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
mela'nati, (Qs. Albaqarah 159)
Oleh sebab itu ia
harus saja memberitakan, tak suatu pun yang menghalanginya dan tak seorang pun
boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Umar berkata kepadanya,
"Hendaklah kamu hentikan menyampaikan kabar dari Rasulullah! Jika tidak
maka akan kukembalikan kamu ketanah Daus.
Tetapi larangan ini
tidak mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hal itu hanyalah sebagai
pengukuhan dari suatu pandangan yang dianul oleh Umar, yaitu agar ornag-orang
islam dalam jangka waktu tersebut, tidak mebaca dan menghafalkan yang lain,
kecuali Al-Qur'an sampai ia mantap dan melekat dalam hati sanubari dan pikiran.
Al-Qur'an adalah
kitab suci Islam, undang-undang dasar dan kamus lengkapnya, dan terlalu banyaknya
cerita tentang Rasulullah, terlebih lagi saat menyusul wafatnya Saw, saat
sedang dihimpunnya Al-Qur'an, dapat menyebabkan kesimpangan dan campur baur
yang tak perlu terjadi.
Oleh karena itu
Umar berkata kepadanya, "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Qur'an karena dia
adalah kalamullah." Dan katanya lagi, "Kurangilah olehmu
meriwayatkan perihal Rasulullah, kecuali yang mengenai amal perbuatannya,
"
Dan sewaktu beliau
mengutus Abu Musa Al-As'ary ke Irak ia berpesan kepadanya, "Sesungguhnya
engkau akan mendatangi suatu kaum yang dalam masjid mereka terdengar bacaan
al-qur'an seperti suara lebah. Maka biarkanlah seperti itu dan jangan engkau
bimbangkan mereka, dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukaung kamu dalam
hal ini.
Abu Hurairah
menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan ia teguh juga terhadap
dirinya dan memenuhi amanat, hingga ia tak mau menyembunyikan suatu pun dari
hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa
menyebunyikan adalah dosa dan kejahatan.
Pada suatu hari Marwan
bin Hakam, bermaksud ingin menguji kemampuan hafalan dari Abu Hurairah, maka dipanggilnya ia dan
dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits dari
Rasulullah, sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan
Abu Hurairah dari balik dindig. Sesudah berlalu selama satu tahun, dipanggilnya
Abu Hurairah kembali, dan dimintanya membacakan hadits-hadits yang dulu itu
yang telah ditulis oleh sekretarisnya, ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu
Hurairah, walau sepatah katapun.
Ia berkata tentang
dirinya, "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih
banyak menghafal hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin Amr bin Ash, karena
ia pandai menuliskannya sedang aku tidak..!"
Abu Hurairah
termasuk ahli ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan
ibadat bersama-sama istrinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara
bergiliran; mula-mula ia berjaga-jaga sampai sambil shalat sepertiga malam
kemudian dilanjutkan oleh istrinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi
dimanfaatkan oleh putrinya..,"dengan demikian tak ada saat pun yang
berlalu setiap malam dirumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung disana ibadat,
dzikir dan shalat. !
Karena keinginannya
memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul, ia pernah menderita kepedihan lapar
yang jarang diderita orang lain. Rasa sakit menggigit perutnya, maka diikatnya
batu dengan surbannya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia dimasjid
sambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan,
padahal sama sekali bukan..!
Abu Hurairah hidup
sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ia ketinggalan
perang, dan tidak pula dari ibadat. Dizaman Umar bin Khatthab ia diangkat
sebagai seorang amir untuk daerah Bahrain , sedang umar sebagaimana
yang kita ketahui adalah seorang yang keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat
yang diangkatnya. Apa bila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua
pasang pakaina, maka sewatu meninggalkan jabatannya nanti, haruslah orang itu
hanya mempunyai dua pasang pakain juga, malah lebih utama kalau ia memiliki
satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda
kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun harta tersebut
berasal dari hartanya yang halal! Suatu dunia lain yang di isi oleh Umar dengan
hal-hal luar biasa dan mengagumakan..!
Rupanya sewaktu Abu
Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrian ia telah menyimpan
harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka ia
pun dipanggilnya kemadinah, dan Umar berkata, "Hai musuh Allah dan musuh
kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah ? maka beliau menjawab,
"Aku bukan musuh Allah dan tidak juga kitab-Nya, akan tetapi aku menjadi
musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanalah orang yang mencuri harta
Allah ! dari mana kamu peroleh sepuluh ribu itu ? beliau menjawab kuda
kepunyaanku beranak pinak dan pemberian orang berdatangan. Kembalikan harta itu
keperbendaharaan negara (baitul mall).
Abu Hurairah menyerahakan
hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya kearah langit sambil
berdoa. "Ya Allah ampunilah Amirul Mukminin…'
Tak selang beberapa
lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah
kembali dan menawarkan jabatan kepadanya diwilayah baru. Tapi ditolaknya dan
dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya, "Kenapa
apa sebabnya?" jawab Abu Hurairah; "Agar kehormatanku tidak sampai
tercela, hartaku tidak dirampas, punggku tidak dipukul…!' kemudian katanya
lagi: "Dan aku takut menghumi tanpa ilmu dan bicara tanpa belas
kasih.."
Pada suatu hari
sangatlah Abu Hurairah rindu hendak ketemu dengan Allah, selagi orang-orang
mengunjunginya dan mendoakannya supaya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri
berulang-ulang memohon kepada Allah dengan berkata, "Ya Allah sesungguhnya
aku sudah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu Semoga Engkau pun
demikian..!" dalam usia 78 tahun,
tahun yang ke-59 H ia pun berpulang kerahmatillah, disekeliling orang-orang
shalih penghuni pandam pengkuburan Baki', ditempat yang beroleh berkah,
disanalah jasadnya dibaringkan..! dan sementara orang-orang yang mengiringi
jenazahnya kembali dari kuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya
membacakan hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasulullah
yang mulia.
- Periwayatan Hadits
Beliau adalah salah seorang sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah, beliau meriwatkan hadits
sebanyak 5374 hadits. Dan lebih dari 800 orang yang meriwatkan hadits darinya.
- Guru-Guru dan Murid-Muridnya
u Guru-guru besar Abu
Hurairah
Ø Umar bin Khattab
Ø Ibnu Abbas
Ø Ali bin Abi Tholib
Ø Hasan bin Tsabit Almundzir
Ø Hamil bin Basroh bin Waqosh
Ø Saad bin Malik bin Sinan bin Ubaid
Ø Aisyah binti Abi Bakar
Ø Abdullah ibnu Salam bin Harits
Ø Abdullah ibnu Utsman bin Amir
Ø Utsman bin Affan
Ø Ubay bin Ka'ab
Ø Usamah bin zaid
Ø Ka'ab bin Mati'
Ø Basroh bin Abi Basroh
u Murid-Murid Abu Hurairah
Ø Ibrahim bin Ismail
Ø Ibrahim bin Ibrahim
Ø Ibrahim bin Abdullah
Ø Ubad bin Anas
Ø Abdullah bin harmuz
Ø Abu Walid Maula Amru khodas
Ø Abdul Malik bin Abi Hurairah
Ø Marwan bin Hakam
Ø Suud bin Malik
Ø 'urak bin Malik
Ø 'amir bin Saad bin Abi waqash
Ø Muhammad bin Mungkadir
Ø Atho'
Ø Urwah bin Zubair
- Derajat Udul dan Tsiqoh
Pada dasarnya semua sahabat mereka adalah
Udul dan Tsiqoh, dan Abu Hurairah adalah merupakan seorang sahabat yang paling
tinggi derajat Udul dan Tsiqohnya diantara sahabat-sahabat yang lain.
- Tempat Tinggal dan Wafatnya Abu Hurairoh
Sebelum beliau meninggal beliau bermukin
di Madinah, kemudian pada tahun 57 H beliau wafat, dan kemudian dikuburkan di
Baqi'
- Rinkasan Singkat Biodata Abu Hurairoh
Nama : Abdurrahman bin Sohrin
Nama Ibu : Maimunah binti Shobih
Nasab :
Ad-Dausy Al-Yamany
Julukan :
Abu Hurairoh
Tempat Tinggal : Madinah
Wafat :
Madinah 59 H
- Daftar Pustaka
& Al-Qur'an Al-Karim
& Mukhtashor shohih bukori
& Shohih Muslim
&
Tarikh
Tasryi' Al-Islamy. Manna'ul Qatthan. Maktabah Wahbah, Mesir, Cet ke 5/2005 M
&
Tarikh
Tasryi' Al-Islamy, Hudloir Bik, Darul Ihya', Indonesia
&
Rijal
Haular Rasul , Kholid Muhammad Kholid, Edisi Indonesia , Cv Diponogoro, Bandung
Cet ke 16/2000 M
& Tarikh Khulafa', Imam Suyuty, Maktab
Al'asriyah, Beirut
1979 M
& Alkitab Mu'tamar Al'aly Ar-Rabi' Lissiroh Wa
Sunnah An-Nabawiyah, Al-Azhar, November 1985 M
& Riyadlus Sholihin, Imam An-Nawawi, Dar As-Salam
Riyadh Cet Ke
13/1991 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar