KEFANAAN YANG DICARI

Selasa, 15 Januari 2013

ADAB MENUNTUT ILMU 2


23.  Antusias untuk membeli kitab-kitab yang khusus membahas permasalahan-permasalahan fikih. Seperti kitab yang berkaitan dengan sunnah-sunnah Rawatib atau qiyamullail, dll.
24.  Memprioritaskan hal-hal yang utama dalam menuntut ilmu.
25.  Memulai dengan yang lebih penting.
Sebagaimana petunjuk Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memulai yang lebih penting yang beliau lakukan dengan tujuan itu. Oleh karena itu tatkala ‘Utban bin Malik memanggil Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata kepada beliau, “Aku ingin Anda datang untuk shalat di rumahku, supaya aku jadikan tempat itu menjadi mushalla”, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar beserta beberapa orang sahabatnya.
Tatkala sampai di rumah ‘Utban, mereka meminta izin untuk masuk, kemudian mereka masuk, dan ‘Utban telah membuatkan makanan untuk mereka, maka Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak makan terlebih dahulu, bahkan berkata: “Dimana tempat yang ingin kamu jadikan mushalla itu?” kemudian diperlihatkan kepada beliau, kemudian beliau shalat, setelah itu baru duduk untuk menyantap hidangan. (HR. al-Bukhari, no. 425 & 667, Muslim, no. 263 dan disebutkan juga oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullahu dalam Syarh Riyadhu ash-Shalihin, jilid 3, hlm. 98)
26.  Tidak sok pintar.
27.  Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala   tatkala menyebut-Nya.
28.  Bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala menyebutnya.
29.  Mengucapkan radhiyallahu ‘anhum (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ) kepada para sahabat tatkala menyebut mereka.
30.  Mengucapkan rahimahullah (رَحِمَهُ اللَّهُ) kepada para ulama tatkala menyebut mereka.
31.  Tidak menyandarkan sesuatu kepada maraji’ apapun kecuali apabila kita membaca berita itu darinya.
32.  Tidak menyandarkan hadits kepada selain Imam al-Bukhari dan Imam Muslim apabila hadits itu ada pada keduanya atau salah satu dari keduanya.
33.  Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menyalin.
34.  Menyandarkan faedah kepada yang empunya.
35.  Tidak meremehkan faedah walaupun sedikit.
36.  Tidak menyembunyikan faedah.
37.  Tidak mempergunakan dalil hadits dhaif atau maudhu’.
38.  Tidak mendhaifkan hadits, kecuali setelah meneliti an menanyakan kepada ahlinya.
39.  Tidak mengacuhkan permasalahan-permasalahan yang ditanyakan kepada dirinya, karena itu dapat mendorong anda untuk meneliti dan menggali lebih dalam masalah itu.
40.  Membawa buku catatan kecil untuk mencatat faedah-faedah dan berbagai macam permasalahan.
41.  Tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang mubah.
42.  Tidak menyibukkan diri dengan memperbanyak manuskrip atau satu buku yang berbeda penerbitnya, terkecuali ada faedahnya.
43.  Mengunjungi perpustakaan-perpustakaan untuk menelaah kitab-kitab yang ada.
44.  Menghindari keumuman istilah ilmiah yang mirip lafazhnya.[2]
45.  Antusias untuk membaca kitab-kitab yang menjelaskan istilah-istilah penulis atau menjelaskan metode kitab dan bahasan-bahasannya.
46.  Tidak terburu-buru dalam memahami ucapan, baik yang tertulis atau yang terdengar. Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan dari Ayub as-Sakhtiyani rahimahullahu, “Apabila ia mengulangi soal itu sama seperti awal, maka ia jawab, kalau tidak maka beliau pun tidak menjawabnya.” (I’lam al-Muwaqi’in 2/187)
47.  Banyak membaca kitab-kitab tentang fatwa-fatwa.
48.  Tidak terburu-buru untuk menafikan secara umum.
49.  Apabila anda meriwayatkan hadits secara makna hendaknya anda jelaskan hal itu.
50.  Hindari penggunaan lafadz-lafadz pengagungan untuk memuji diri sendiri.
51.  Terimalah kritikan dan nasihat dengan lapang dada bukan karena basa basi.
52.  Tidak sedih dan patah semangat karena sedikitnya orang yang belajar darinya. Imam adz-Dzahabi menyebutkan biografi Atha’ bin Abi Rabah bahwasanya dia, tidak ada yang duduk bersamanya (dalam menuntut ilmu –pent) kecuali sembilan atau delapan orang saja. (Siyar A’lam an-Nubala` 8/107)
53.  Tidak menghabiskan waktu untuk membahas perkara-perkara yang tidak bermanfaat, seperti masalah-masalah yang ganjil lagi aneh, seperti warna anjng Ashabul Kahfi, pohon yang Nabi Adam p memakan buah darinya, dan panjang kapal Nabi Nuh p, dll.
54.  Tidak terpancing untuk keluar jauh dari fokus pembahasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar