Sehari di Kediaman Rasulullah 1
Mayoritas
kaum muslimin pada hari ini terjebak di antara dua sikap yang
kontradiktif terhadap Rasulullah Saw. Ada yang bersikap berlebih-lebihan
terhadap Rasulullah Saw, hingga terseret ke dalam perbuatan syirik,
seperti memohon kepada beliau atau beristighatsah kepadanya. Dan ada
pula yang memandang remeh kedudukan beliau selaku utusan Allah Swt, pada
akhirnya ia berani melanggar petunjuk beliau, tidak meneladani sirah
(peri kehidupan) beliau, dan tidak pula menjadikannya sebagai pelita
kehidupan dan rambu perjalanan.
Lembaran-lembaran
yang terbilang sedikit ini -yang hadir di hadapan pembaca- adalah salah
satu upaya memperkenalkan biografi dan seluk beluk kehidupan Rasulullah
Saw dengan metode yang ringkas dan praktis. Apa yang kami sajikan ini
belumlah dapat dikatakan memadai untuk itu, sebab kami hanya menampilkan
beberapa petikan mengenai karakteristik Rasulullah Saw. Kami juga
menyinggung beberapa permasalahan yang sering terluput dalam kehidupan
kaum muslimin sehari-hari. Kami cukup mencantumkan dua atau tiga hadits
saja untuk tiap-tiap karakteristik.
Marilah
kita telusuri kembali kurun yang telah berlalu. Membuka
lembaran-lembaran masa silam. Membaca dan memperhatikan dengan seksama
kisah-kisahnya. Kita akan mengadakan kunjungan istimewa, mengunjungi Rasulullah Saw di rumah beliau melalui untaian kata dan kalimat.
Singgah di rumah beliau barang sehari saja. Melihat-lihat keadaan rumah
beliau serta beberapa kisah tentangnya. Guna mengambil pelajaran dan ibrah yang akan menjadi pelita dalam amal perbuatan kita.
Sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Tibalah kita di depan rumah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, kita ketuk pintu beliau untuk meminta
izin. Marilah kita layangkan perhatian kepada sahabat yang melihat
langsung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia akan
menceritakannya kepada kita seolah-olah kita melihat beliau shallallahu
‘alaihi wasallam. Agar kita dapat mengenal ciri fisik beliau yang mulia
serta wajah beliau yang penuh senyum.
Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallah ‘anhu menuturkan:
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula terlalu pendek.” (HR. Al-Bukhari)
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula terlalu pendek.” (HR. Al-Bukhari)
Masih dari Al Bara’ radhiyallah ‘anhu ia berkata:
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau Shalallaahu alaihi wasalam memiliki rambut yang terurai sampai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu.” (HR. Al-Bukhari)
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau Shalallaahu alaihi wasalam memiliki rambut yang terurai sampai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu.” (HR. Al-Bukhari)
Abu Ishaq As-Sabi’i berkata:
“Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallah ‘anhu: “Apakah wajah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lancip seperti sebilah pedang?” ia menjawab: “Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!” (HR. Al-Bukhari)
“Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallah ‘anhu: “Apakah wajah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam lancip seperti sebilah pedang?” ia menjawab: “Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!” (HR. Al-Bukhari)
Anas bin Malik radhiyallah ‘anhu mengungkapkan:
“Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Dan belum pernah aku mencium wewa-ngian yang lebih harum daripada aroma Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ” (Muttafaq ‘alaih)
“Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Dan belum pernah aku mencium wewa-ngian yang lebih harum daripada aroma Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ” (Muttafaq ‘alaih)
Di antara sifat beliau adalah “pemalu”, sampai-sampai Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallah ‘anhu mengatakan:
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya.” (HR. Al-Bukhari)
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya.” (HR. Al-Bukhari)
Demikianlah beberapa sifat dan budi
pekerti Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Sungguh, ayah dan ibuku
sebagai tebusannya! Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan
jasmani dan budi pekerti beliau Shalallaahu alaihi wasalam .
Tutur Kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
Telah
kita ketahui bersama beberapa sifat Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam . Sekarang kita ingin mengetahui tutur kata dan cara berbicara
beliau. Sebelumnya, marilah kita simak penuturan ‘Aisyah radhiyallahu
anha:
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau Shalallaahu alaihi wasalam berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud)
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau Shalallaahu alaihi wasalam berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud)
Beliau adalah seorang yang rendah hati
lagi lemah lembut, sangat senang jika perkataannya dapat dipahami. Di
antara bentuk kepedulian beliau terhadap umat ialah dengan memperhatikan
tingkatan-tingkatan intelek-tualitas dan pemahaman mereka di dalam
berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang
sangat penyantun lagi sabar. Diriwayatkan dari ‘Aiysah radhiyallahu
‘anha bahwa ia berkata:
“Tutur kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.” (HR. Abu Daud)
“Tutur kata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.” (HR. Abu Daud)
Cobalah perhatikan kelemah lembutan dan
keluasan hati Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , beliau sudi
mengulangi perkataan agar dapat dipahami!
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengungkapkan kepada kita:
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari)
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
selalu berlaku lemah lembut kepada orang lain. Dengan sikap seperti
itulah orang-orang menjadi takut, segan serta hormat kepada beliau!
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu ia berkata:
Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya:
“Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata kepadanya:
“Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah)
Akhlak dan Budi Pekerti Shalallaahu alaihi wasalam
Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. ‘Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.
Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. ‘Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)
Demikianlah akhlak beliau shallallahu
‘alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu
memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat.
Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.
Al-Husein cucu beliau menuturkan
keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku
tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap
orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: “Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti
lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka
berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang
tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa
dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas.
Beliau meninggalkan tiga perkara: “riya’, berbangga-bangga diri dan hal
yang tidak bermanfaat.” Dan beliau menghindarkan diri dari manusia
karena tiga perkara: “beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain,
beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya
berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.” Jika beliau
berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun,
seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika
beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah
sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.
Pembicaraan
mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau
tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan
beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau
ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu
‘alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu
guna memetik faedah. Beliau bersabda: “Bila engkau melihat seseorang
yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia.” Beliau tidak mau
menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak
mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas,
beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau
berdiri meninggalkan majlis.” (HR. At-Tirmidzi)
Cobalah perhatikan satu persatu akhlak
dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu ‘alaihi wasallam. Pegang
teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya,
sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.
Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman
duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah:
“Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari)
“Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari)
Di antaranya juga:
“Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu wata’ala” (Muttafaq ‘alaih).
“Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu wata’ala” (Muttafaq ‘alaih).
Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)
“Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)
Demikian pula sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu.” (HR. Abu Daud)
“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu.” (HR. Abu Daud)
Diriwayatkan juga dari beliau:
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah.” (Lihat Shahih Jami’ Shaghir karya Al-Albani)
Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah.” (Lihat Shahih Jami’ Shaghir karya Al-Albani)
Di antara keelokan budi pekerti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keharmonisan rumah tangga
beliau ialah memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan nama kesayangan
dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa
melayang-layang.
Aisyah radhiyallah ‘anha menuturkan: “Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya:
“Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ), Malaikat Jibril ‘alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih)
“Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ), Malaikat Jibril ‘alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih)
Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling
tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal
berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta
dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang
diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang
memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya.” (HR. Muslim)
Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya.” (HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang
dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan
pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu
menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi
beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang
tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjawab
pertanyaan ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallah ‘anhu seputar masalah ini,
beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang
tabu bagi seorang lelaki yang normal.
Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu pernah
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Siapakah
orang yang paling engkau cintai?” beliau menjawab: “‘Aisyah!” (Muttafaq
‘alaih)
Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan
rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah- kisah ‘Aisyah
radhiyallah ‘anha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
membahagiakan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata:
“Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari satu bejana.” (HR. Al-Bukhari)
“Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari satu bejana.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah tidak melewatkan kesempatan
sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan
menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.
Aisyah radhiyallah ‘anha mengisahkan:
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)
Sungguh! merupakan sebuah bentuk
permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar.
Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau
dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari.
Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau
berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!”
Bagi mereka yang sering bepergian
melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang
pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia,
pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani
Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan
dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun
demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati
terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah ‘anhu.
Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang
ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan
pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para
istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut
dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang
sangat meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari peperangan
Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu ‘anha.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang
akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah ‘anha dari
pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta
tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah ‘anha untuk naik ke
atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan
begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya dan seorang
Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap
tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan,
membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak
mengurangi derajat dan kedudukan beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar