KEFANAAN YANG DICARI

Selasa, 24 Desember 2013

kejujuran

Tema yang diangkat pada kajian kali ini adalah As-Shidiq yang artinya kejujuran dan kebenaran.
Alloh SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِين.َ   (9:119)
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”(QS.AtTaubah:119)
Rosulullah bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga, dan sesungguhnya seseorang berlaku jujur hingga ditulis di sisi Alloh sebagai orang yang sangat jujur. Dan sesungguhnya kedustaan membawa kepada kemaksiatan dan kemaksiatan membawa ke neraka, dan sesungguhnya seseorang berlaku dusta hingga di tulis di sisi Alloh sebagai pendusta.”
As-Shidiq diterjemahkan dari As-shidqo artinya jujur dan as-shidqu yang maknanya showab atau benar. Secara istilah, jujur itu dikonotasikan kepada salah satu dimensi jujur. Padahal sebenarnya lebih luas daripada itu. Jujur diartikan dengan memberitakan sesuatu sesuai dengan faktanya. Ini adalah jujur versi ilmu logika. Dalam konsep agama tidak sekedar itu. Jujur adalah sebuah tindakan yang sesuai dengan faktanya, jadi bukan sekedar perkataan dan ungkapan. Dalam hal ini, terdapat 4 jenis shidiq/jujur:
1. Jujur dalam niat(As-Shidqu fin-niyah) atau sering disebut As-Shidqu fil-Qolb, jujur dalam hati.
Maknanya adalah seseorang yang telah benar niatnya dan jujur kondisi batinnya. Contoh: Kita niat berIslam, kita serius mempelajari Islam. Seseorang yg niat bangun malam, maka dia akan bangun malam. Kalau faktanya dia tidak bangun malam, maka sebenarnya dia tidak sungguh-sungguh niat bangun malam. Ibnu Qoyim mengatakan: “Orang yang sungguh-sungguh meniatkan, maka dia akan mendapatkanya. Jika dia tidak mendapatkannya, karena dia tidak sungguh-sungguh meniatkan. “

As-Shidqu fin-niyah inilah yg menjadi pangkal As-Shidqu fil-Qoul (jujur dlm ungkapan). Ini kaitannya dengan kondisi batin kita. Iman adalah dasar, niat adalah dasar. Kalau niatnya tidak jujur, maka perbuatan dan perkataannya tidak jujur. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: kita telah mengikrarkan iman kita puluhan tahun yg lalu. Bahkan kita tidak pernah mengenal kufur. Sungguhkah kita berniat menjadi orang muslim? Sungguhkah kita berniat beriman kepada Alloh? Sungguhkah kita ingin menyempurnakan iman kita? Jika kita berniat dengan sungguh-sungguh, pasti kita akan mendapatkannya.
Banyak pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri dan saudara kita terkait dengan niat dalam berIslam, antara lain:
a. Sholat
Diantara kita, masih banyak sholat yg tidak khusyuk, kurang khusyuk dan macam-macam. Pertanyannya: sungguhkah kita niat khusyuk? kalau kita sungguh-sungguh berniat khusyuk, pasti bisa khusyuk. Karena Alloh tidak akan mewajibkan hambaNya dengan sesuatu yg tidak mungkin ia capai. Alloh berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا….
Artinya:
“Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS.Al-Baqoroh:286)

Tapi kenapa kita belum mendapatkan kekhusyukan dalam sholat? Mungkin karena kita tidak bersungguh-sungguh dalam niat. Nabi Muhammad telah mencontohkan sholat yang benar. Kita sudah melaksanakan sholat beribu-ribu kali, lalu  lihatlah, cocokkah sholat kita dengan nabi?
Sholat yang dicontohkan oleh Nabi kita bukan tidak mungkin atau susah untuk dilakukan. Kalau susah, Alloh tidak mgkin mewajibkan kita untuk mendirikan sholat.
Jika dilogika, orang yang paling buruk di dunia pun jika diajari suatu tindakan berulang-ulang 10x atau 20x pada akhirnya akan melakukan tindakan itu dengan benar. Tapi mengapa hingga saat ini sholat kita belum benar? Jawabannya bukan karena sholat itu susah, tetapi karena tidak ada kesungguhan niat.
b. Haji
Banyak muslim di dunia yang belum menunaikan haji dengan banyak alasan, yaitu:
  • Faktanya memang tidak bisa haji
  • Tidak niat naik haji
Coba kita liat misalnya:
Ada orang punya gaji tetap, tetapi tidak bisa naik haji. Uangnya habis dipakai pergi ke mall, membeli baju seminggu sekali, sandalnya 40 pasang, makan berlebihan. Sebenarnya dia bisa naik haji, tapi karena tidak ada niat yang kuat, makanya dia tidak bisa pergi haji. Ini contoh permainan As-shidqu fin-niyah.
c. Pilihan menjadi muslim
Sungguhkah kita memilih atau kita terpaksa memilih Islam? Dlm kesungguhan niat itu dibuktikan dengan tindakan. Kalau ada orang niatnya A, tindakannya B, sesungguhnya dia tidak niat A.
Jika kita sungguh-sungguh memilih Islam, maka kita akan membuktinya dengan menyempurnakan iman kita dengan mempelajari Islam secara menyeluruh. Dan menyempurnakan Islam adalah sesuatu yg akan dilampaui manusia karena Alloh memberikan sesuatu sesuai tujuan kita. Menyempurnakan mengaji kita,menympurnakan semua hal yang bisa menyempurnakan keIslaman kita. Termasuk menyempurnakan iman dengan 77 cabangnya. Dengan niat sungguh-sungguh beriman, niat sungguh-sungguh berIslam, maka kita akan menyempurnakannya. Jika belum sempurna, periksa kembali niat kita. Mungkin kita tidak bersungguh-sungguh berniat atau tidak jujur dengan niat kita.

Dampak dari As-Shidqu fin-niyah ini bukan saja dalam urusan agama, tapi dalam urusan dunia juga. Orang mukmin sungguh super, dengan kesungguhan niat, jika dia butuh sesuatu, dia menggapainya. Seperti yang dicontohkan shahabiyah, dengan niat yang kuat, mereka akan mendapatkan apa yang diniatkan dan tidak pernah mundur sejengkal pun. Rosulullah pun pernah mencontohkan kesungguhan niatnya dalam berdakwah ketika dakwah akan dihentikan dengan mengatakan: Demi Alloh, wahai paman! Seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, maka sekali kali aku tidak akan meninggalkannya! Hingga Alloh memenangkannya atau aku yg binasa karenanya!
Terkait pekerjaan, kita menginginkan uang yang halal, tetapi uang yang kita dapat hukumnya syubhat. Apa yang harus dilakukan? Keluar saja dari pekerjaan itu dan serahkan urusan hidup pada Alloh, karena kita ingin menaati Alloh. Alloh pasti tolong. Kalau tidak berani mengambil resiko sebesar itu, segera buat surat lamaran bekerja di tempat lain. Smoga Alloh memaafkan uang yg kita dapat selama mencari pekerjaan baru. Begitu dapat pekerjaan baru, berapapun gaji yg didapat, terima saja dan segera keluar dari kantor lama. Bagaimana kalau misalnya kondisi yg ada tidak sesuai dengan kondisi yang kita harapkan, salah satu hal yg perlu diinstropeksi adalah jangan-jangan kita tidak sungguh-sungguh ingin menghalalkan rizki kita.
Agama itu simpel teorinya, tidak rumit, akan menjadi rumit jika dijalankan teorinya. Jadi kalau semua orang niat sungguh-sungguh melawan korupsi misalnya, caranya simpel. Orang tidak akan pernah beralasan terjebak dll. Jika bersungguh-sungguh, seandainya terjebak, pasti ada upaya lain untuk melepaskan diri dari korupsi.
Para sahabat memiliki As-shidqu finniyah dalam belajar sehingga ingatannya kuat sekali. Dalam hal ilmu,,mereka bersungguh-sungguh mempelajarinya. Semua hal yang dapat mengantarkan mereka mendapat ilmu baik akan dijalankan. Karena sungguh-sungguh mendapatkannya maka Alloh menberikannya.
2. As-Shidqu fil-Qoul (jujur dalam ucapan).
Defenisi  Jujur menurut ulama lebih terfokus pd as-shidqu fil qoul. Artinya memberitakan atau menyatakan sesuatu sesuai dengan faktanya. Kalau ada orang yang tidak mengatakan semuanya, bukan berarti dia bohong. Jujur tidak sama dengan mengatakan semuanya. Jujur tidak sama dengan lugu dan polos. Orang mukmin wajib jujur, taip tidak wajib polos. Polos atau lugu atau mengatakan semuanya itu  tergantung kondisi. Jangan sampai kita punya pemahaman jujur, tapi faktanya kita melakukan diatas jujur yakni jujur sekaligus lugu. Akhirnya ada yang mengatakan jujur itu ajur atau hancur. Orang mukmin harus cerdas. Lugu itu sebagiannya menggambarkan kebodohan.
Diperbolehkan polos atau lugu disesuaikan dengan kondisi. Tapi seandainya sikap lugu tersebut akan menciderai dia, hal itu bukan karena kejujurannya, tapi karena keluguan.
Seperti yang dipraktekkan oleh Rosulullah SAW ketika sebelum perang Badar dan pasukan sudah mendekati Badar, Rosul bersama Abu Bakar mencoba mencari berita tentang kondisi orangg Quraisy hingga bertemu seorang badui di tengah padang pasir.
Rosul :”Fulan,bisakan kau membertau tentang keadaan orang Quraisy saat ini?
Fulan: “kau katakan dulu engkau siapa dan saya akan critakan apa yang saya dengar.”
Rosul: “engkau ceritakan lebih dulu, nanti kami akan menceritakan siapa kami.”
Fulan: “saya dengar,org quraisy itu keluar pada bln ini dan tgl ini. Jika berita itu benar, maka orang Quraisy sudah berada di tempat ini. Engkau siapa?”
Rosul : “kami dari air.”
Lalu Rosul pun pergi.
Rosul tidak berkata bohong tentang dirinya karena semua manusia berasal dari air, yakni air sperma. Rosul tidak mengatakan semuanya. Jadi, jujur tidak sama dengan lugu dan polos. Jadilah orang yg jujur, tapi jangan lugu dan polos.
Terkadang masyarakat memahami jujur artinya mengatakan semua yg ia dengar, padahal tidak perlu diungkapkan. Kita tidak wajib menyampaikan apa yg kita terima, kecuali diminta untuk menceritakannya. Kalau kita tidak diminta mengatakannya, untuk apa mengatakannya kalau akhirnya hanya menimbulkan mudharat. Keadaan seorang mukmin seharusnya menimbulkan maslahat. Kalau orang tak pernah berbohong, dia tidak mungkin berbuat salah. Kenapa? Karena orang tidak mungkin mau dianggap salah. Maka, jika seseorang berbuat salah, caranya hanya 2, yaitu:
  • Dia menutupi kesalahnnya dengan kebohongan, atau
  • Memperbaiki kesalahannya degan kebenaran.

3. As-Shidqu fil amal (jujur dlm perbuatan)
Lebih tepat diterjemahkan sebagai benar dalam perbuatan. Karena makna As-shidqu maknanya As-showab (benar). Artinya melakukan tindakan sesuai apa yg harus dikerjakan, sesuai dg standar. Niat yg jujur akan mendorong lisan yg jujur dan perbuatan yg jujur, dan hasilnya akan luar biasa. Misalnya saja, kita mengendarai motor sesuai dg standar yg ada. Maka hasilnya kita akan selamat sampai tujuan. Rosululloh bersabda: “Kalau perkara diserahkan pada orang yang tidak ahlinya, tunggulah kiamat. “
Alloh yang membuat sesuatu dengan sangat baik. Dalam melakukan sesuatu, mukmin harus mempunyai sikap itqon. Jika diulangi terus mnerus,maka kita akan punya karakter yg standar. Makan, tidur, dll akan standar. Pernah suatu ketika seorang jamaah mencoba menerapkan bangun subuh dan tidur ba’da isya. Berangkat ke kantor jam 5. Efeknya pekerjaannya lebih cepat selesai dibanding dengan rekan-rekan kerjanya dan bisa pulang lebih awal. Dengan demikian akan ada banyak waktu untuk keluarga, seperti yang dilakukan oleh Rosulullah ketika sore hari, beliau menemui istri-istrinya. Sehingga keluarga akan terbina dengan baik.

4. As-shidqu fil wafa’ (jujur dalam janji).
As shidqu fil wafa’ harus diterapkan terutama pd anak-anak. Anak-anak adalah potret yg jujur. Ketika orang tua berbohong pada anak >2x maka akan langsung dicap sebagai pembohong. Menurut Survei: Perbuatan jelek kalau dilakukan 2x, dia akan meminta berikutnya dan akan susah dihentikan. Karena setelah 2kali maka akan mentradisi. Sedangkan kebaikan membutuhkan lebih dari itu baru mentradisi.
Wahai saudaraku, Rosulullah mengajarkan sifat As Shidiq dengan luar biasa. Sebelum menjadi nabi pun, beliau memiliki sifat as shidiq dan bergelar Al Amin. Nah, Bagaimana caranya mendapatkan sifat As-Shidiq?
  1. Amal:    Membiasakan diri dengan tindakan benar/jujur dari hal-hal kecil. InsyaAlloh untuk hal yg besar juga akan mengikuti.
  2. Niat:      Kalau kita berniat sesuatu walaupun kecil, lakukanlah dengan sempurna. Jangan membiasakan diri mengundurkan niat. Bahkan Imam Malik menyatakan bahwa orang tidak boleh/haram membatalkan  melakukan perbuatan yang dijalankan karena sama dengan membatalkan niat.
  3. Perkataan: Jangan pernah berani berbohong meskipun sekali.
  4. Dan jangan lupa memohon karunia As-Shidiq dari Alloh. Jika kita mempunyai sifat ini, insyaAlloh semua niat kita akan menjadi kenyataan.
Kalau niat sungguh-sungguh, insyaAlloh smua yang kita niatkan akan terwujud. Kalo kita jujur dalam niat, perkataan, dan perbuatan insya Alloh semua yang akan kita jalankan akan berhasil baik. Karena hasil yang baik berasal dr proses yg baik. Termasuk upaya kita menyempurnakan agama kita. Kalau kita beproses sempurna untuk menyempurnakan agama, maka hasilnya akan sempurna,
…Bagi laki-laki ada bagian dari pada yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Alloh sebagian karuniaNya. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa’ :32)
Jujur akan selalu membawa kebaikan. Jujur itu mujur. Selalu hasilnya baik, jangan pernah terprovokasi bahwa jujur itu ajur (hancur). Jika faktanya jujur, tapi tidak mujur, mungkin kita tidak menerapkan jujur, tapi menerapkan selainnya yang melampaui jujur. Kejujuran akan membawa kita ke surga Alloh. Dan dengan aklaq ini hasilnya adalah surga.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yg kita lakukan di siang ini mendapatkan tempat di sisi Alloh, dan semoga dapat diamalkan dan diterapkan oleh kita semua sehingga menjadi birokrat yg jujur sehingga terbangun negara yg makmur dengan ijin Alloh SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar