Orang
munafik adalah orang yang paling jahat dari semua orang dan layak
untuk mendapatkan hukuman di hari kiamat. Ini karena mereka
berperilaku sebagai Muslim, tetapi mereka adalah musuh yang paling
jahat dari semua musuh karena mereka menyembunyikan kekufuran dan
syirik. Pentingnya mempelajari kemunafikan adalah sebagaimana
pentingnya mempelajari Tauhid karena keduanya saling berkaitan. Jika
kita tidak mempelajari kufur, syirik dan nifaq, tidak dapat disangkal
lagi, kita bisa jatuh ke dalamnya, dan selanjutnya menjadi Kafir.
Jika seseorang tidak mengetahui karekteristik dari Musyirikin, dia
akan menjadi Musyrik. Dan sama halnya jika kita tidak mempelajari
kareteristik munafik kita akan menjadi munafik. Hanya Mu’min dan
Muslim sejati yang takut melakukan nifak atau kufur, dan hanya
muwwahid yang takut untuk melakukan syirik. Satu-satunya orang yang
dengan bebas melakukan kufur, nifak dan syirik adalah Kafir. Perhatian
pertama bagi setiap Muslim adalah menjauhi kufur, syirik dan nifak,
dan kemudian beribadah kepada Allah semata.
Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS An Nisaa’, 4: 145)
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari oleh Ibnu Abi Mulaikah, yang berkata,
“Aku bertemu tiga puluh Shahabat Nabi SAW dan
masing-masing dari mereka takut menjadi orang munafik, dan tidak ada
dari mereka yang berkata bahwa dia sekuat Jibril atau Mika’il.” Dan
Hasan (Al Basri) berkata: ‘Hanya orang yang beriman yang takut dari
kemunafikan, dan hanya orang munafik yang merasa aman darinya
(kemunafikan). (Shahih Al Bukhari Kitabul Iman Bab 36)
Dan Nabi Ibrahim A.S. berkata:
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala.” (QS Ibrahim, 14: 35)
Seseorang
harus berfikir setelah membaca wahyu bahwa jika Shahabat Nabi SAW
dahulu takut dari kemunafikan, untuk alasan yang lebih besar tidakkah
seharusnya kita takut dari itu? Jika seseorang terbaik seperti Nabi
Ibrahim A.S. takut terhadap syirik, tidakkah seharusnya kita takut
juga? Namun sangat menyedihkan melihat realitas hari ini sangat jarang
kita menemukan orang yang takut melakukan dosa, membiarkan diri
sendiri menjadi kafir, munafiq atau musyrik! Orang-orang kelihatannya
berfikiran bahwa mereka akan masuk surga secara langsung dan melewati
hari pengadilan dengan mudah.
Selanjutnya kita seharusnya tidak menjadi naif dan realistis terhadap
berbagai kemungkinan menjadi Kafir, Musyrik atau Munafik dengan
mengambil tindakan pencegahan dan kekebalan. Sebaik-baik yang bisa kita
lakukan adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan
mempelajari tauhid. Kemudian setelah itu, apakah kita mati sebagai
Muslim atau Kafir ada di tangan Allah SWT ; dan semoga Allah SWT
meneriman ibadah kita dan menjadikan kita mati dalam keadaan iman dan
Tauhid, Amin.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu meminta kepada Allah SWT
untuk mati dalam keadaan iman dan Tauhid disamping fakta bahwa Allah
adalah yang mengendalikan hati kita dan dia bisa membalikkannya sesuai
dengan keinginanNya, kapanpun Dia inginkan:
“Yaa Allah ampunilah hidup kami dan perbuatan kami,
kehadiran kami dan kealpaan kami, muda kami dan tua kami, laki-laki
kami dan perempuan kami. Yaa Allah, siapa saja dari kita menjaga
hidup, menjaganya hidup pada Islam dan siapa saja dari kami Kamu
matikan, karenanya untuk mati dalam iman, Yaa Allah janganlah mencabut
balasan kami dan tidak tunduk kepada fitnah setelah kematiannya.”
Jika ada kemungkinan menjadi kafir, tidakkah Nabi Muhammad SAW telah
mengajarkan kita untuk memohon kepada Allah untuk menjadikan hidup kita
dengan Islam dan mati dalam keadaan beriman. Mari kita sekarang,
dengan izin Allah SWT mempelajari sebagian karekteristik Munafik (agar
kita terhindar darinya, Insya Allah.
Karakteristik Munafik:
1. Mereka mengklaim Beriman
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
"Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta.” (QS Al Munafiqun, 63:1)
Allah menjelaskan orang munafik sebagai orang yang mengklaim bahwa
mereka beriman, namun mereka realitasnya Kafir. Dia SWT menyebut mereka
pembohong dan Kafir disamping fakta bahwa mereka dengan tegas
mengklaim dengan lidah mereka bahwa mereka Muslim dan mengucapkan ‘Laa
ilaaha illa Allah’. Ini adalah sebuah titik yang menakutkan bagi
semua Muslim sebagaimana kita semua mengklaim menjadi beriman, namun
bagaimana kita mengetahui bahwa kita tidak murtad? Dalam ayat yang
lain Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu”. (QS An Nisa, 4: 60)
Selanjutnya kita semua seharusnya berhati-hati ketika mengklaim sebagai
Muslim tidak menjamin kita untuk menjadi orang-orang penghuni jannah
(surga), dan tidak selamat dari kemunafikan. Tanpa memenuhi perintah
Allah, menjauhi Thaghut dan meminta Allah untuk menjaga kita tetap
beriman, kita mungkin tidak sengaja jatuh ke dalam perangkap
kemunafikan, syirik dan kufur.
Ada dua tipe nifaq, nifaq akbar (nifaq besar) dan nifaq asghar (nifaq
kecil). Seseorang dengan nifaq akbar benar-benar kafir walau
berpura-pura menjadi Muslim. Selanjutnya dia tidak berfikir untuk
dirinya bahwa dia adalah seorang beriman, tetapi dia hanya mengklaim
menjadi Muslim dengan tujuan untuk kemulian hidupnya. Nifaq asghar bisa
ditemukan dalam diri seorang Muslim, yang melakukan keimanan dia
adalah seorang Muslim dan juga mengklaim begitu. Dengan demikian ada
dua tingkatan kemunafikan, yakni seseorang itu kafir namun
berpura-pura menjadi Muslim (nifaq akbar), dan jenis lainnya adalah
dia seorang Muslim yang nyata-nyata melakukan perbuatan kemunafikan.
2.Mereka tidak mempunyai Talazum
At Talazum berarti kesatuan antara iman dan perbuatan, yaitu mengatakan
dan melaksanakan apa yang kita imani. Setiap Muslim dan kafir
mempunyai Talazum; seorang Muslim beriman kepada Allah dan
memanifestasikan hal ini dalam perbuatannya (seperti shalat) dan
perkataan (bertasbih). Sebagaimana, setiap Kafir membenci Allah dan
dien-Nya dan selanjutnya kita melihat mereka secara lisan
mendeklarasikan perang melawan Islam dan kepada kaum Muslimin (melalui
perkataan), dan melakukan keyakinan ini dengan membunuhi wanita,
anak-anak dan orang tua Muslim yang tidak bersalah.
Sementara itu, orang munafik tidak mempunyai Talazum , artinya apa yang
dia sembunyikan dan ditampakkan tidaklah sama dan menjadikam mereka
orang yang paling rumit dari semua orang. Ini karena mereka mengatakan
apa yang mereka tidak imani dan tidak melaksanakan Islam secara utuh.
Allah SWT berfirman:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman
kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.” (QS Al Baqarah, 2:8)
3. Mereka menipu Allah dan Muslim
Allah SWT berfirman dalam Qur’an:
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka
tidak sadar.” (QS Al Baqarah, 2;9)
“Dan Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisa, 4: 142)
Orang Munafik menipu diri mereka dengan mengklaim sebagai orang
beriman, padahal, faktanya mereka adalah Kafir. Mereka mencari
kemulian dalam kehidupan mereka dengan mengucapkan Syahadat padahal
faktanya mereka tidak mempunyai kemuliaan bagi hidup ini karena mereka
bukanlah Muslim. Allah SWT telah membuat dua camp (golongan/kelompok)
; camp Islam dan camp Kufur, namun orang-orang munafik ini
menginginkan mereka bisa berada pada kedua camp tersebut pada saat
yang bersamaan. Mereka ingin manfaat dari hak-hak Islam dan iman
seperti warisan, kehormatan, kemuliaan, persaudaraan, rasa hormat,
perayaan ied, pahala dan sebagainya, tetapi juga ingin mengikuti
doktrin dan jalan hidup orang kafir.
4. Mereka mempunyai penyakit dalam hati mereka
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dalam hati mereka ada penyakit (keraguan dan kemunafikan), lalu ditambah Allah penyakitnya.” (QS Al Baqarah, 2:10)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa istilah ‘penyakit’
dalam ayat ini berarti ‘keraguan’. Selanjutnya, kita selalu melihat
mereka yang mempunyai tanda-tanda munafik, sering ragu terhadap ulama,
Allah SWT dan Mujahidin dan sebagainya. Keraguan mereka terdapat
dalam banyak aspek dien, seperti hidup setelah mati, surga dan hari
pengadilan; selanjutnya mereka melangkah terlalu jauh dengan
meninggalkan ikatan Islam.
5. Mereka pembohong, pengingkar janji dan tidak bisa dipercaya
Melanjutkan ayat di atas, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS Al Baqarah, 2:10)
“Dan apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik
itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al Muafiqun, 63:1)
Karakteristik paling umum dari orang Munafik adalah bahwa mereka
pembohong, selalu mengingkari janji dan tidak bisa dipercaya dimana
saja kita mempercayai mereka dengan sesuatu. RasuluLlah SAW juga
bersabda dalam hadits yang telah umum:
“Tanda-tanda munafik ada tiga, ketika dia berbicara dia
berbohong, ketika dia berjanji mengingkarinya dan ketika dia
dipercaya dia khianat.” (Shahih Al Bukhari, Kitabul Iman Bab 24: tanda-tanda Munafik No 33)
6. Mereka menjadi kasar ketika berdebat
Berkaitan dalam bimbingan dan pengetahuan, orang-orang munafik dikenal
menjadi orang yang sangat argumentatif dan membantah ketika dia
terlibat diskusi atau debat. Ketika mereka tidak bisa memberikan
jawaban untuk masalah tertentu atau menghadirkan kasus mereka dengan
baik mereka menjadi kasar (menggunakan kata-kata kotor, menggunakan
sumpah dan sebagainya) dan menjengkelkan. Rasulullah SAW berkata dalam
sebuah riwayat yang berbeda atas hadits yang sama:
“Dan ketika dia berdebat dia menjadi kasar” (Al Bukhari No 34)
7. Mereka mengkhianati perjanjian dan kontrak
Seorang Muslim tidak pernah membatalkan perjanjiannya karena hal itu
adalah dosa besar dalam Islam dan dosa lainnya adalah munafik.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits di atas, tetapi dalam riwayat yang
berbeda:
“Dan ketika dia mempunyai perjanjian dia mengkhianatinya.” (Al Bukhari No 34)
Lebih lanjut Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita kehinaan
itu adalah ketika seseorang yang dengan sengaja melanggar
perjanjiannya:
"Bagi setiap pengkhianat dia akan mempunyai sebuah
panji pada hari kiamat, memproklamirkan ini adalah begini dan begini
yang telah mengkhianati perjanjiannya." (Riyadus Salihin No 1585)
8. Mereka penyebab fitnah dan keburukan, namun mengklaim pembuat kedamaian
Orang-orang munafik selalu berkomentar dan memperhatikan kesalahan
orang lain, dan tidak pernah berfikir tentang kesalahan dan dosa
mereka sendiri. Mereka selalu membuat fitnah dan kerusakan, tetapi
menunjuk jari mereka kepada orang lain selain mereka. Allah SWT
berfirman:
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS Al Baqarah, 2: 11-12)
Dalam ayat ini Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang
munafik adalah penyebab fitnah (kerusakan), namun mengklaim telah
melakukan perbaikan. Yang lebih mengejutkan lagi mengetahui bahwa
mereka benar-benar para pengacau. Mereka dengan yakin percaya bahwa
mereka baik, melaksanakan perdamaian di muka bumi, tetapi Allah SWT
menginformasikan kepada kita bahwa mereka benar-benar murtad.
9. Mereka berhukum kepada thaghut
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim
kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut
itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya.” (QS An Nisa, 4: 60)
Dalam ayat ini Allah SWT memperingati kita beberapa poin yang telah
disebutkan di atas, seperti bahwa mereka mengklaim telah beriman kepada
apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Tetapi Dia juga
menginformasikan kepada kita tentang karakteristik lain dari orang
munafik, yakni berhukum kepada Thaghut.
Berhukum kepada selai Allah adalah syirik akbar, namun, orang-orang
munafik ini dijelaskan bahwa mereka orang yang tidak hanya secara rutin
berhukum kepada selain Allah, tetapi juga mencari dan mempunyai
keinginan untuk merujuk kepada selain Allah untuk menyelesaikan
perselisihan. Mereka adalah orang-orang yang terus membenarkan
kemurtadannya dan dalam kasus yang lebih buruk mereka mungkin mengutip
ayat di luar konteks dengan tujuan untuk membenarkan kerusakan mereka.
10. Mereka memuaskan telinga seseorang, mempunyai hafalan Al-Qur’an dan argumentasi yang masuk akal.
Salah satu dari kemampuan terbesar dan berpengaruh adalah bahwa mereka
bisa menyesatkan dan menjatuhkan orang-orang dengan argumen
‘mengagumkan’ mereka atau membacakan ayat-ayat. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477].
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap
mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS Al Munafiqun, 63: 4)
Lebih lanjut Rasulullah SAW bersabda:
“Akan ada sebagian orang diantara kalian yang shalatnya
mengalahkan shalatmu, dan yang puasanya mengalahkan puasamu, dan
ibadahnya mengalahkan ibadahmu. Mereka akan membaca Al-Qur’an tetapi
tidak melebihi kerongkongan mereka. Mereka akan meninggalkan Islam
seperti anak panah dari busurnya…’ (Al Bukhari, Kitab Fadilah Al-Qur’an Bab 3g Hadits no 5058)
11. Mereka takut dari Al-Qur’an yang ditujukan kepada mereka, dan tidak melihat kesalahan mereka sendiri
Adalah Sunnah Rasulullah SAW dan Shahabatnya untuk membaca Al-Qur’an
dimana kita bisa mengaplikasikanya untuk diri kita, dan seolah-olah
Allah berbicara kepada kita secara langsung. Namun orang-orang Munafik
tidak suka untuk mengakui kesalahan mereka dan membaca Al-Qur’an
sebagaimana Allah menujukan kepada mereka. Lebih lanjut Allah SWT
berfirman:
“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan
terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi
dalam hati mereka....” (QS At Taubah, 6: 64)
Selanjutnya, dimana saja kita mempelajari dien kita seharusnya selalu
mengaplikasikannya untuk diri kita, memperhatikan untuk mengoreksi
kesalahan kita sebelum mengoreksi kesalahan orang lain.
12. Menghina orang-orang Beriman dan Islam
Allah SWT berfirman dalam kelanjutan ayat di atas :
“…Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah
ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah
akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.” (QS At Taubah, 9: 64)
Ayat ini diturunkan pada saat perang Tabuk tentang orang-orang Munafik
yang terus mengejek orang-orang beriman, berkata bahwa hafalan
Al-Qur’an mereka hanya memberikan perut besar. Sindiran dan ejekan
seperti ini sangat umum terlihat hari ini dari orang-orang moderat
yang menjual kaum Muslimin dan yang mengejek Mujahidin dan aktifis
Muslim yang bekerja untuk melihat bendera Islam tegak di seluruh
penjuru dunia.
Sangat umum mendengar orang-orang munafik berkata ‘lihatlah orang-orang
ini, mereka percaya berjuang untuk Khilafah atau mendukung Jihad atau
‘bagaimana mungkin orang-orang yang tidak berpendidikan yang mengakui
manfaat dari pemerintah bisa menegakkan negara Islam?’ dan
sebagainya. Ini hanyalah sebagian contoh dari pernyataan mereka yang
mempunyai penyakit di dalam hati mereka. Allah SWT menginformasikan
kepada kita tentang alasan mereka menggunakan hal tersebut untuk
membenarkan kemurtadan mereka:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka
adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At Taubah, 9: 65-66)
Allah SWT juga berfirman :
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan
perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang
berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan
(sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah
orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti
hawa nafsu mereka.” (QS Muhammad, 47: 16)
13. Mereka tidak pernah pergi berjihad, berpartisipasi dalam semua perjuangan (jihad) dan tidak juga berhijrah
Pada saat perang Uhud orang-orang Munafik lari dari medan pertempuran
dan kembali ke Madinah. Sebagian orang-orang beriman menjadi bingung
berkaitan dengan bagaimana mereka seharusnya berhadapan dengan
orang-orang munafiqun. Shahabat Rasulullah SAW percaya bahwa mereka
seharusnya dibunuh dimana saja mereka terlihat, disamping yang lain
membantah sebaliknya mereka (munafiqun) adalah Muslim dan mengucapkan
syahadat. Dengan maksud untuk menyelesaikan dan mengklarifikasi
perselisihan ini, Allah SWT menurunkan ayat di bawah ini:
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan
dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah
membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ?
Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah
disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu
tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS An Nisa, 4: 88)
Lebih lanjut, sebuah hadits dari Nabi Muhammad SAW dengan jelas menyoroti orang yang tidak mempunyai niat berjihad:
“Siapa saja yang mati tanpa berjihad di jalan Allah,
tidak juga mempunyai niat untuk melakukannya, akan mati dalam satu
cabang nifaq.” (Muslim dan Riyaad Us Saalihin Bab 234, Hadits bo 1341)
Berkaitan dengan Hijrah orang-orang Munafik tidak ingin meninggalkan
‘negeri kesayangan’ mereka dan takut berjihad di jalan Allah. Allah SWT
telah menurunkan:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab:
"Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para
malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang
tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka
itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa, 4: 97-99)
Penting untuk selalu diingat poin krusial ini bahwa munafiqun membenci
Jihad, Mujahidin dan berhijrah di jalan Allah. Jika kita mempunyai
perasaan ini maka ketauhilah bahwa kita mempunyai salah satu
karakteristik Munafikin dan mintalah kepada Allah agar menjaga kita
dari nifaq.
14. Mereka mempunyai Muwalat (sekutu) dengan Kuffar dan hidup diantara Musyrikin
Salah satu tanda seseorang yang terlibat syirik adalah hidup diantara
Kuffar dan Musyrikin tanpa membedakan diri mereka. Bukti yang sama
telah disebutkan di atas bisa digunakan untuk membenarkan poin ini,
sebagaimana sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Aku berlepas diri dari Muslim yang hidup diantara Musyrikin,... dan tidak membedakan diri dari mereka (kuffar).’ (Sunan Abu Daud, Kitabul Jihad Bab 105, hadits no 2645)
Hadits ini dengan jelas menunjukkan kepada kita betapa bahayanya hidup
diantara kuffar, bersatu dengan mereka dan tidak membedakan diri dari
mereka. Itu juga menyoroti kewajiban dan perlu bagi Muslim untuk hidup
bersama sebagai sebuah komunitas dan menerapkan Syari’ah; atau
Rasulullah SAW akan menjauhkan dirinya dari kita pada hari pengadilan,
disaat kita akan begitu membutuhkan syafa’atnya.
15. Mereka membuat sejumlah alasan untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya
Orang-orang Munafik selalu banyak alasan untuk tidak mengerjakan
kewajiban dan tugas mereka, sebagaimana disebutkan juga dalam ayat
sebelumnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan 'uzurnya
kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan
perang). Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan 'uzur; kami tidak
percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah
memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta
Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada
Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At Taubah, 9: 94)
Lebih lanjut, pada saat perang Tabuk dahulu mereka banyak alasan untuk
lari dari Jihad. Salah satu dari alasan mereka adalah cuaca yang amat
panas dimana Allah SWT telah tentukan di saat bulan-bulan musim panas:
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu,
merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan
mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang)
dalam panas terik ini." Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih
sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 81)
Sungguh Allah berkata benar, panas neraka tidak dapat dibandingkan dengan panas dunia. Rasulullah SAW bersabda:
“Api yang anak Adam nyalakan adalah satu bagian dari 70 bagian dari api neraka.” (Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat di atas 9:81)
16. Mereka membenarkan keharaman, kekufuran dan kesyirikan mereka
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang
munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah
atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka berkata: "Sekiranya kami
mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu".
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan.
Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam
hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih
mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (QS Al Imran, 3: 167)
Telah diketahui bahwa orang-orang Munafik selalu membenarkan kemurtadan
mereka. Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang-orang
menjadi kafir atau murtad dengan alasan menjadi lebih dekat kepada
Allah! Allah SWT berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS Az Zumar, 39: 3)
17. Mereka melakukan kufur I’raad – berpaling kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman:
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu
(tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum
Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An Nisaa’, 4: 61)
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada
orang-orang yang berdosa.” (QS As Sajadah, 32: 22)
Orang-orang Munafik selalu berpaling dari Ahkam (hukum syar’i) dan
Ulama. Ketika kita memberi mereka hukum yang tidak sesuai dengan
mereka, maka mereka akan berkata ‘Aku tidak mengikuti opini itu’,
bahkan tidak ada opini lain tentang isu tersebut. Ketika kita
sampaikan kepada mereka ayat mereka akan berkata ‘itu adalah
penafsiran kamu terhadap Al-Qur’an dan sebagainya.
18. Mereka menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik.” (QS At Taubah, 9: 67)
Mereka akan mencoba untuk menghalangi usaha kita untuk melakukan dakwah
berdasarkan metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, menyerukan jihad,
berjuang untuk dien Allah atau bahkan menciptakan kesadaran tentang
Islam di luar Masjid dan sebagainya. Lebih lanjut mereka malah
mencegah Ma’ruf dan menyerukan segala bentuk kemunkaran, seperti
voting untuk hukum buatan manusia, bergabung dengan toghut dan
sebagainya.
19. Mereka memamerkan perbuatan baiknya
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS An Nisaa’, 4: 142)
Orang-orang Munafik memamerkan bahasa Arabnya, tajwid, adzan, ilmu dan
sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang selalu memamerkan perbuatan
baiknya dengan tujuan agar mendapatkan pujian dan agar orang-orang
mendengarkan mereka. Ar Riyaa adalah sebuah dosa besar dan perbuatan
syirik, karena semua perbuatan baik kita seharusnya dilakukan murni
hanya untuk mencari ridha Allah SWT dan bukan pujian dari orang-orang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perkara yang aku takutkan dari kalian adalah syirik
asghar. Shahabat bertanya: ‘Apakah syirik asghar itu?’ Rasulullah SAW
menjawab: riya.’ (Musnad Imam Ahmad, jilid 5; Al Arsaar, Hadits : Muhammad bin Labid RA)
20. Mereka menginginkan kita menjadi Kafir seperti mereka dan mengikuti jalannya
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana
mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).
Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu),
hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling,
tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah
kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan
(pula) menjadi penolong.” (QS An Nisaa’, 4: 89)
Orang-orang Munafik sangat jahat karena mereka ingin agar kita menjadi
kafir seperti mereka dan mengikuti kerusakan dan kejahatan mereka.
Mereka ingin agar kita meninggalkan golongan yang selamat dan bergabung
dengan partai syaitan mereka.
21. Mereka menginginkan kita untuk takut kepada Kuffar
Allah SWT berfirman:
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul)
yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka
dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imran, 3: 173)
Orang-orang munafik akan selalu mempunyai mental kalah dan akan mencoba
untuk menimbulkan ketakutan ke dalam hati orang-orang beriman
terhadap Kuffar. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim jika mereka
mengatakan ‘apa yang bisa kita lakukan, jumlah mereka terlalu banyak
dan kita tidak mempunyai senjata yang cukup dan sebagainya.’
Lebih lanjut Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS Ali Imran, 3: 175)
22. Mereka malas melaksanakan Shalat
Sebagaimana telah disebutkan pada poin no 19, Allah menginformasikan
kepada kita ayat (QS 4: 142) bahwa orang-orang Munafik berdiri dengan
kemalasan pada shalat mereka. Bukti lain untuk ini bisa ditemukan dalam
surah Al Ma’un:
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (QS Al Maa’un, 107: 4-7)
Nabi Allah SAW juga menjelaskan orang-orang Munafik adalah orang yang sulit ditemui pada shalat isya dan fajar (subuh).
23. Mereka menunjukkan Islam, tetapi mengutuk dan menghina
ketika setiap kali mereka berhadapan dengan semua bentuk kesulitan dan
bencana
Allah SWT berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia
dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah
ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata.” (QS Al Hajj, 22: 11)
Orang-orang Munafik selalu senang dengan kita ketika segala sesuatunya
berjalan dengan baik dan mudah, profesional, teratur dengan baik dan
terstruktur, tetapi ketika mereka diuji oleh Allah SWT mereka
benar-benar meninggalkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dien dan kewajiban
mereka.
Kesimpulan
Tujuan dari mempelajari masalah ini untuk menyadari tanda-tanda
Munafikin, agar kita tidak melakukannya. Kita seharusnya memohon kepada
Allah SWT agar dijauhkan dari nifaq, kufur, syirik dan bid’ah dan
agar kita mati dalam keadaan iman dan Tauhid. Kita seharusnya juga
selalu menyadari celah dan berbagai kemungkinan menjadi Kafir, dan
untuk mencegah hal ini adalah dengan memenuhi semua perintah Allah dan
juga kewajiban kita. Semoga, Insya Allah!
Sumber : http://insanshalih.blogspot.com/2010/10/23-karakter-munafik.html
Munafik, Orang Penuh Rekayasa
oleh Aa Gym
"Tanda
orang munafik ada tiga, apabila seseorang diberi amanat, ia khianat;
apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia tidak menepatinya;
dan apabila berdebat, ia akan berbuat curang." (HR. Mutafaq’alaih)
Sesungguhnya orang munafik adalah orang yang penuh dengan kepalsuan,
penuh dengan rekayasa dan lebih sibuk membangun topeng. Sedangkan
seorang mukmin hidupnya asli, tidak ada rekayasa, karena semua
kebohongan itu tidak diperlukan dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Allah tidak memerlukan kepalsuan itu. Allah yang Maha Memiliki
segalanya. Seorang mukmin seyogyanya bersih perbuatanya. Tidak terlalu
banyak memikirkan pandangan orang lain, yang terpenting dalam
pandangan Allah saja. Hidupnya apa adanya.
Orang munafik itu berbahaya, karena ia sesungguhnya orang musyrik
hatinya, tapi lahiriahnya menampilkan orang beriman, seperti Abdullah
bin Ubay. Orang munafik pun bisa dilihat dari perilakunya sehari-hari.
Semua perbuatannya mencerminkan tidak ingin dekat dengan Allah, tidak
memakai hati, melainkan agar dinilai orang lain. Sebisa mungkin orang
munafik akan berusaha keras untuk benar-benar dengan akal-akalan
melakukan apa pun di hadapan orang lain, seperti ingin berwibawa.
Sehingga selama ia berbicara dan berbuat, fokusnya hanya untuk mengatur
kewibawaannya, tidak melihat hati.
Orang munafik ketika berkata seringkali ditambah-tambah dengan
kebohongan. Tidak sesuai antara keterangan dan kenyataannya. Bahkan
beda antara mulut dan hatinya. Ia tidak bisa dipegang pembicaraannya.
Dia berjanji bukan berniat akan ditepati, melainkan untuk keinginan
sesuatu dari orang lain. Bagi yang berniat menepati janji, ketika
berjanji berarti ia mengunci untuk ditagih yang membuatnya, sedangkan
bagi orang munafik, janjinya untuk sekadar agar orang lain percaya
atau senang padanya. Makanya ia mudah mengeluarkan janji-janjinya.
Dalam hal amanah ia tidak mempedulikan amanah dari Allah, melainkan
lebih mengutamakan gayanya daripada hakikat dari amanah yang
dipikulnya.
Dalam aspek ibadah pun seorang munafik bisa terdeteksi. Dalam berdoa
misalnya, mulut berdoa tapi hati tidak. Benarkah hatinya ingin mendekat
kepada Allah? Allah mengetahui semua kebohongan itu, Allah tidak bisa
di bohongi. Karena Allah mengetahui lubuk hati terdalam. Apakah ingin
diketahui, dilihat, ataukah diperlakukan spesial.
Keinginan-keinginan tersebut semestinya lepas dari makhluk, barulah
akan tenang hati ini. Kita tidak memerlukan pengakuan orang, yang
penting Allah saja. Jangan sampai kita menggunakan nama Allah untuk
komoditas agar terlihat shaleh. Sekilas mungkin orang akan terkecoh
oleh kepalsuan, sedangkan Allah tidak bisa dikelabui, tetapi Allah
Maha Mengetahui.
"Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan." (QS Al-Anbiya:110)
Sesungguhnya segala perbuatan yang kita lakukan akan dihisab semuanya.
Berbahagialah bagi siapa pun yang terbebas dari kemusyrikan dan
kemunafikan. Sehalus apa pun bersih hidupnya. Maka dibuat nyaman
hatinya oleh Allah. Lepasnya hati dari selain Allah. Lillaahi ta’ala.
Apa yang menyebabkan orang cenderung munafik? Karena hati kita
cenderung musyrik, menganggap ada sesuatu selain Allah SWT yang bisa
memberi manfaat dan mudharat. Yang bersih hatinya ia akan terbebas dari
sifat kemunafikan. Akhlak jelek karena hatinya busuk, dan hati busuk
karena tauhidnya buruk. Akhlak jadi bagus, tauhidnya pun harus bagus.
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali." (QS An-Nisaa : 142)
Allah tidak bisa dibohongi dengan cara apa pun, karena Dia mengetahui lubuk hati yang dalam. Hati ini harus lepas dari makhluk.
Dengan demikian, dari paparan di atas, orang munafik itu paling
dibenci Allah SWT. Apalagi bila ilmu agamanya makin banyak sedangkan ia
masih munafik, tentu kebencian Allah juga akan lebih daripada yang
lainnya.
Sumber : http://www.eramuslim.com/ramadhan/tausyiah/munafik-orang-penuh-rekayasa.htm
MUNAFIK
Munafik.
Satu kata yang menarik untuk dicermati, digali, dan dipahami,
mengingat jaman sekarang banyak sekali orang yang berlaku demikian.
Kemunafikan mereka yang sarat dengan kebohongan, pengkhianatan, dan
intrik kepentingan pribadi. Sebenarnya, apa itu munafik?
Saya sendiri juga agak kebingungan saat ingin merumuskan arti munafik
itu sendiri (maklum, saya nulis artikel ini aja dengan bermodal
pengalaman dan kenekatan). Menurut apa yang pernah (dan masih) saya
rasakan , munafik adalah kebohongan, ketika seseorang berkata A
padahal di dalam hatinya sebenarnya ia berucap Z. Orang yang memiliki
sifat ini, cenderung rela mengobral dusta dan janji palsu demi
mencapai kepuasan dan keuntungan pribadinya. Orang-orang yang masuk
dalam tipe ini bahkan rela mengkhianati orang yang memberikan
kepercayaan penuh pada mereka. Sungguh memalukan.
Saya sendiri sering mengalami perlakuan tersebut, ditanggapi oleh
teman secara munafik. Mereka bilang suka, padahal hatinya
berteriak-teriak “Gue nggak suka!!!” Kejujuran yang harusnya penting
dalam sebuah hubungan persahabatan, kini bagai dua sisi koin, di mana
kejujuran di satu sisi bersanding dengan kemunafikan. Keduanya tinggal
diundi, dan diterapkan sesuai keadaan. Kadang kita harus berlaku
jujur dan sok innocent, kadang pula kita harus tega untuk menjadi
munafik. Sungguh menyedihkan, karena menurut saya hidup dengan
memelihara kemunafikan itu identik dengan orang yang menyia-nyiakan
dirinya sendiri dalam kebohongan, serta mencelakakan orang lain dengan
tipu muslihatnya yang manis dan menggairahkan.
Dewasa ini, sudah berkembang suatu tren di mana “yang munafik yang
bakalan eksis”. Orang yang menyuarakan kejujuran, malah diinjak-injak
bak rumput liar yang mengganggu tumbuh suburnya pohon “kemunafikan”
dan “formalisme”. Saya, yang sebenarnya lebih mengutamakan bertindak
jujur, oleh keadaan yang sulit terpaksa harus menjadi munafik, dengan
memberi jawaban pada teman saat ulangan, misalnya. “Nic, ntar jangan
lupa nengok ke gue, ya. Bantuin gu ya Nic, please, gue belum belajar
nih. Tenang aja, kalau kita hati-hati ‘kan gurunya nggak bakalan
tahu…” begitulah ucapan teman-temanku. Dan mungkin, tanpa saya sadari
masih banyak lagi tingkah laku saya yang munafik lainnya, terdesak
oleh keadaan yang menjebak serba sulit.
Apakah aku sendiri termasuk golongan orang munafik? Apakah aku juga
menenggelamkan hidupku dalam lumpur kunistaan, dan melumuri mata hati
orang lain dengan kedustaan sikap dan perkataanku? Apakah aku begitu?
Aku sendiri pun bingung. Aku sadar bahwa terkadang aku munafik, dan
aku tidak menyangkal hal itu, karena kemunafikan telah tertanam di
hati semua insan. Hanya bedanya, apakah kemunafikan itu kita tumbuh
suburkan di dalam hati kita, atau kita bunuh dengan racun “kejujuran”
dan kita pangkas dengan gunting “ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa”.
Dengan mendekatkan diri pada Tuhan dan selalu senantiasa berbuat jujur
walaupun konsekuensinya dijauhi, bahkan dikucilkan, niscaya Tuhan
akan memberikan kita keteguhan dalam menjalani hidup sebagai pribadi
yang jujur dan jauh dari kata munafik.
Mari, walaupun mungkin kita masih mempunyai bibit-bibit munafik itu
dalam hati kita, pangkaslah dan cabutlah itu sampai ke akar-akarnya.
Jangan biarkan kemunafikan tumbuh subur dalam hati dan jiwa kita, yang
selanjutnya, perlahan tapi pasti, akan membawa kita menuju
kesengsaraan sejati di neraka. Hentikan budaya munafik yang secara
nyata telah menyebarluaskan keuntungan materialnya untuk menipu dan
menjerat kita manusia. Jangan sampai, kita ditolak siapapun karena
telah bertransformasi menjadi “Manusia setengah Iblis” dengan semua
kebusukan yang berakar dari kemunafikan itu.
Masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, bangga
mengembangkan budaya kejujuran dan cinta kasih. Semoga memang demikian
adanya. Semoga.
Sumber : http://blogdiannoviany.blogspot.com/2010/11/munafik.html
Pernahkah Anda Munafik?
Peace dove strapped with dynamite
Menurut
Wikipedia, Kemunafikan (Hypocrisy) adalah perilaku
mengakui/menganggap memiliki keyakinan, perasaan, moral atau
nilai-nilai yang sebenarnya tidak dimiliki atau dipraktekkan. Menurut
kamus Webster, Hypocrite adalah seseorang yang mengaku memiliki
nilai-nilai, moral atau keyakinan, tetapi sebenarnya tidak punya dan
tindakannya bertolak belakang dengan apa yang dinyatakan di publik
dalam kehidupan prbadi, opini dan pernyataannya. Jadi ada perbedaan
antara teori dan prakteknya. Membenarkan tindakan/perilaku seseorang
sementara menyalahkan orang lain yang memiliki hak dan kedudukan yang
sama juga termasuk dalam definisi Kemunafikan, namun ada istilah lain
yang cocok untuk hal ini yaitu Standar Ganda (double standard).
Banyak sekali contoh tindakan munafik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Paling banyak adalah bentuk kemunafikan yang standar ganda. Contoh
perbedaan antara munafik dan turunannya yaitu standar ganda kira-kira
gini: Seorang pemuka di masyarakat, yang sering berkhotbah tentang
moral, ngomong keadilan (minjem syair "Bento" nih), tapi korupsi atau
jadi pembalak liar misalnya, dan berperilaku kayak nggak ada-apa dari
mimik wajahnya, adalah munafik sejati. Sulitnya jika hasil korupsinya
itu diamalkan untuk fakir miskin layaknya Robin Hood. Apapun embel-embel
penilaiannya, ini sudah termasuk standar ganda.
Diperbolehkannya lelaki untuk memiliki banyak istri sedangkan wanita
tidak boleh punya banyak suami juga termasuk standar ganda. Counter
argumen hal ini adalah bila persamaan derajat gender itu murni 100%
dilakukan, tentu poligami dan poliandri duduk sejajar yang artinya
kalau poligami boleh, poliandri juga harus boleh, dan begitu juga
sebaliknya. Adakalanya wanita "boleh" menampar pria yang kurang ajar
terhadapnya sementara pria jika mendapat perlakuan yang sama tidak
pernah menampar wanita yang genit terhadapnya, pun termasuk standar
ganda mengingat prinsip diatas dengan segenap penjelasan feminismenya.
Seorang lelaki yang memiliki banyak pacar akan mendapat cap "Playboy",
tapi jika hal yang sama terjadi pada perempuan jenis kata-kata
predikat negatif lebih banyak dikenakan seperti "perek", atau
"kegatelan" atau yang paling anyar "jablay", daripada dicap "Playgirl"
misalnya. Ini termasuk standar ganda.
Profesi politikus dan pengacara adalah profesi yang menuntut
kemunafikan dan kepintaran memilih kata-kata untuk menyatakan
pendapatnya. Disatu saat mereka harus bilang A disaat lain harus bisa
bilang B demi tujuan masing-masing walaupun tahu mana yang benar-baik.
Yang paling sulit jika kemunafikan dilakukan secara beramai-ramai.
Kelompok Dodol Duren misalnya bilang kalo dodol Duren itu yang paling
enak, kelompok Dodol Garut bilang dodol Garut yang paling enak.
Dua-duanya punya argumen bahkan ayat-ayat dari primbon Perdodolan untuk
mendukung pendapatnya. Ini adalah hal sulit mengingat banyak orang
yang berpendapat bahwa makin banyak orang berpendapat sama maka
semakin mendekati kebenaran. Bagi mereka yang sadar akan kontradiksi
ini akibat proses pembodohan massal yang sedang terjadi, tentu cuma
bisa nyengir-nyengir dan apabila diam saja, maka dapat disebut munafik
karena mengetahui kebenaran tapi mengabaikan nilai kejujuran dan
membiarkan hal itu terus berlangsung.
Munafikisme Setiap orang (termasuk saya :P) pasti pernah bertindak
munafik. Mungkin sama banyaknya dengan berbohong. Antara bohong dengan
munafik apa bedanya? Munafik lebih banyak menyoroti tindakan daripada
perkataan.
Man speaking with peace dove
Tipe-Tipe Munafik
Menurut
www.hardcoretruth.com, ada 4 Tipe kemunafikan:
- Munafik Jujur Keluar : Tindakan bertolak
belakang dengan pendapat/pernyataannya. Walaupun, apa yang dilakukan
itu konsisten dengan pendapatnya, ini tetap menjadikan mereka munafik
karena tidak benar-benar diyakini. Mereka memiliki keyakinan kuat akan
pendapat mereka sendiri namun tidak selalu mengikutinya.
- Munafik Tidak Jujur Keluar : Tindakan bertolak
belakang dengan pendapat/pernyataannya yang tidak konsisten dengan apa
yang diyakini. Mereka sering lemah dalam apa yang diyakini dan
memungkinkan mereka menjadi jujur buat diri sendiri dalam hatinya.
- Munafik Jujur Kedalam : Tindakan bertolak belakang
dengan pendapat/pernyataannya. Keyakinan mereka konstan walaupun
tindakannya berbeda. Mereka jujur pada diri sendiri dan berusaha untuk
menyesuaikan keyakinannya dengan keinginan pribadi, tindakan atau
kekurangan mereka.
- Munafik Tidak Jujur Kedalam : Tindakan sejalan
dengan yang dinyatakan, walaupun tidak diyakininya. Mereka sering
berperilaku "menjilat" dengan keyakinan diri rendah.
Contoh jeleknya mungkin, misalnya seorang Perokok. Dia sudah tahu efek
buruk dari merokok dan menyetujui bahkan menyuruh orang berhenti
merokok, tetapi masih merokok hal ini sudah menjadikannya munafik. Jika
ia tidak yakin dengan larangan pemerintah yang tertera dan
berpendapat "aah gak apa-apa, makan permenpun bisa bikin kanker"
misalnya, tapi kadang-kadang ragu juga hal ini termasuk tipe yang
pertama. Yang tipe kedua mungkin lebih "lembek" dan berpendapat "ada
benarnya saya berhenti". Yang tipe ketiga boleh jadi setuju/tidak
dengan efek buruk merokok, dan berusaha mengurangi misalnya, yang tipe
keempat menyakini efek buruk merokok tapi tetap merokok untuk
menyenangkan temannya misalnya. Untuk persoalan lain tinggal ganti
variabel "rokok" berserta alasannya dengan masalah lain.
Apapun tipe-tipe munafik dari terjemahannya yang kacau diatas ada satu
hal yang perlu digarisbawahi : Adalah baik untuk tidak menjadi munafik
dan harus berusaha mencapainya sebaik mungkin, tapi jika iya, saya
lebih baik menjadi munafik yang jujur, daripada berbohong mengenai
ketidaksempurnaan diri saya.
Sumber : http://www.indonesiaindonesia.com/f/37261-pernahkah-munafik/
Sumber lainnya : http://taimullah.wordpress.com/2010/07/28/munafik-macam-dan-pembagiannya/
Orang
munafik adalah orang yang paling jahat dari semua orang dan layak
untuk mendapatkan hukuman di hari kiamat. Ini karena mereka
berperilaku sebagai Muslim, tetapi mereka adalah musuh yang paling
jahat dari semua musuh karena mereka menyembunyikan kekufuran dan
syirik. Pentingnya mempelajari kemunafikan adalah sebagaimana
pentingnya mempelajari Tauhid karena keduanya saling berkaitan. Jika
kita tidak mempelajari kufur, syirik dan nifaq, tidak dapat disangkal
lagi, kita bisa jatuh ke dalamnya, dan selanjutnya menjadi Kafir.
Jika seseorang tidak mengetahui karekteristik dari Musyirikin, dia
akan menjadi Musyrik. Dan sama halnya jika kita tidak mempelajari
kareteristik munafik kita akan menjadi munafik. Hanya Mu’min dan
Muslim sejati yang takut melakukan nifak atau kufur, dan hanya
muwwahid yang takut untuk melakukan syirik. Satu-satunya orang yang
dengan bebas melakukan kufur, nifak dan syirik adalah Kafir. Perhatian
pertama bagi setiap Muslim adalah menjauhi kufur, syirik dan nifak,
dan kemudian beribadah kepada Allah semata.
Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan)
pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS An Nisaa’, 4: 145)
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari oleh Ibnu Abi Mulaikah, yang berkata,
“Aku bertemu tiga puluh Shahabat Nabi SAW dan
masing-masing dari mereka takut menjadi orang munafik, dan tidak ada
dari mereka yang berkata bahwa dia sekuat Jibril atau Mika’il.” Dan
Hasan (Al Basri) berkata: ‘Hanya orang yang beriman yang takut dari
kemunafikan, dan hanya orang munafik yang merasa aman darinya
(kemunafikan). (Shahih Al Bukhari Kitabul Iman Bab 36)
Dan Nabi Ibrahim A.S. berkata:
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala.” (QS Ibrahim, 14: 35)
Seseorang
harus berfikir setelah membaca wahyu bahwa jika Shahabat Nabi SAW
dahulu takut dari kemunafikan, untuk alasan yang lebih besar tidakkah
seharusnya kita takut dari itu? Jika seseorang terbaik seperti Nabi
Ibrahim A.S. takut terhadap syirik, tidakkah seharusnya kita takut
juga? Namun sangat menyedihkan melihat realitas hari ini sangat jarang
kita menemukan orang yang takut melakukan dosa, membiarkan diri
sendiri menjadi kafir, munafiq atau musyrik! Orang-orang kelihatannya
berfikiran bahwa mereka akan masuk surga secara langsung dan melewati
hari pengadilan dengan mudah.
Selanjutnya kita seharusnya tidak menjadi naif dan realistis terhadap
berbagai kemungkinan menjadi Kafir, Musyrik atau Munafik dengan
mengambil tindakan pencegahan dan kekebalan. Sebaik-baik yang bisa kita
lakukan adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah dan
mempelajari tauhid. Kemudian setelah itu, apakah kita mati sebagai
Muslim atau Kafir ada di tangan Allah SWT ; dan semoga Allah SWT
meneriman ibadah kita dan menjadikan kita mati dalam keadaan iman dan
Tauhid, Amin.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu meminta kepada Allah SWT
untuk mati dalam keadaan iman dan Tauhid disamping fakta bahwa Allah
adalah yang mengendalikan hati kita dan dia bisa membalikkannya sesuai
dengan keinginanNya, kapanpun Dia inginkan:
“Yaa Allah ampunilah hidup kami dan perbuatan kami,
kehadiran kami dan kealpaan kami, muda kami dan tua kami, laki-laki
kami dan perempuan kami. Yaa Allah, siapa saja dari kita menjaga
hidup, menjaganya hidup pada Islam dan siapa saja dari kami Kamu
matikan, karenanya untuk mati dalam iman, Yaa Allah janganlah mencabut
balasan kami dan tidak tunduk kepada fitnah setelah kematiannya.”
Jika ada kemungkinan menjadi kafir, tidakkah Nabi Muhammad SAW telah
mengajarkan kita untuk memohon kepada Allah untuk menjadikan hidup kita
dengan Islam dan mati dalam keadaan beriman. Mari kita sekarang,
dengan izin Allah SWT mempelajari sebagian karekteristik Munafik (agar
kita terhindar darinya, Insya Allah.
Karakteristik Munafik:
1. Mereka mengklaim Beriman
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
"Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta.” (QS Al Munafiqun, 63:1)
Allah menjelaskan orang munafik sebagai orang yang mengklaim bahwa
mereka beriman, namun mereka realitasnya Kafir. Dia SWT menyebut mereka
pembohong dan Kafir disamping fakta bahwa mereka dengan tegas
mengklaim dengan lidah mereka bahwa mereka Muslim dan mengucapkan ‘Laa
ilaaha illa Allah’. Ini adalah sebuah titik yang menakutkan bagi
semua Muslim sebagaimana kita semua mengklaim menjadi beriman, namun
bagaimana kita mengetahui bahwa kita tidak murtad? Dalam ayat yang
lain Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu”. (QS An Nisa, 4: 60)
Selanjutnya kita semua seharusnya berhati-hati ketika mengklaim sebagai
Muslim tidak menjamin kita untuk menjadi orang-orang penghuni jannah
(surga), dan tidak selamat dari kemunafikan. Tanpa memenuhi perintah
Allah, menjauhi Thaghut dan meminta Allah untuk menjaga kita tetap
beriman, kita mungkin tidak sengaja jatuh ke dalam perangkap
kemunafikan, syirik dan kufur.
Ada dua tipe nifaq, nifaq akbar (nifaq besar) dan nifaq asghar (nifaq
kecil). Seseorang dengan nifaq akbar benar-benar kafir walau
berpura-pura menjadi Muslim. Selanjutnya dia tidak berfikir untuk
dirinya bahwa dia adalah seorang beriman, tetapi dia hanya mengklaim
menjadi Muslim dengan tujuan untuk kemulian hidupnya. Nifaq asghar bisa
ditemukan dalam diri seorang Muslim, yang melakukan keimanan dia
adalah seorang Muslim dan juga mengklaim begitu. Dengan demikian ada
dua tingkatan kemunafikan, yakni seseorang itu kafir namun
berpura-pura menjadi Muslim (nifaq akbar), dan jenis lainnya adalah
dia seorang Muslim yang nyata-nyata melakukan perbuatan kemunafikan.
2.Mereka tidak mempunyai Talazum
At Talazum berarti kesatuan antara iman dan perbuatan, yaitu mengatakan
dan melaksanakan apa yang kita imani. Setiap Muslim dan kafir
mempunyai Talazum; seorang Muslim beriman kepada Allah dan
memanifestasikan hal ini dalam perbuatannya (seperti shalat) dan
perkataan (bertasbih). Sebagaimana, setiap Kafir membenci Allah dan
dien-Nya dan selanjutnya kita melihat mereka secara lisan
mendeklarasikan perang melawan Islam dan kepada kaum Muslimin (melalui
perkataan), dan melakukan keyakinan ini dengan membunuhi wanita,
anak-anak dan orang tua Muslim yang tidak bersalah.
Sementara itu, orang munafik tidak mempunyai Talazum , artinya apa yang
dia sembunyikan dan ditampakkan tidaklah sama dan menjadikam mereka
orang yang paling rumit dari semua orang. Ini karena mereka mengatakan
apa yang mereka tidak imani dan tidak melaksanakan Islam secara utuh.
Allah SWT berfirman:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman
kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.” (QS Al Baqarah, 2:8)
3. Mereka menipu Allah dan Muslim
Allah SWT berfirman dalam Qur’an:
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka
tidak sadar.” (QS Al Baqarah, 2;9)
“Dan Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisa, 4: 142)
Orang Munafik menipu diri mereka dengan mengklaim sebagai orang
beriman, padahal, faktanya mereka adalah Kafir. Mereka mencari
kemulian dalam kehidupan mereka dengan mengucapkan Syahadat padahal
faktanya mereka tidak mempunyai kemuliaan bagi hidup ini karena mereka
bukanlah Muslim. Allah SWT telah membuat dua camp (golongan/kelompok)
; camp Islam dan camp Kufur, namun orang-orang munafik ini
menginginkan mereka bisa berada pada kedua camp tersebut pada saat
yang bersamaan. Mereka ingin manfaat dari hak-hak Islam dan iman
seperti warisan, kehormatan, kemuliaan, persaudaraan, rasa hormat,
perayaan ied, pahala dan sebagainya, tetapi juga ingin mengikuti
doktrin dan jalan hidup orang kafir.
4. Mereka mempunyai penyakit dalam hati mereka
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dalam hati mereka ada penyakit (keraguan dan kemunafikan), lalu ditambah Allah penyakitnya.” (QS Al Baqarah, 2:10)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa istilah ‘penyakit’
dalam ayat ini berarti ‘keraguan’. Selanjutnya, kita selalu melihat
mereka yang mempunyai tanda-tanda munafik, sering ragu terhadap ulama,
Allah SWT dan Mujahidin dan sebagainya. Keraguan mereka terdapat
dalam banyak aspek dien, seperti hidup setelah mati, surga dan hari
pengadilan; selanjutnya mereka melangkah terlalu jauh dengan
meninggalkan ikatan Islam.
5. Mereka pembohong, pengingkar janji dan tidak bisa dipercaya
Melanjutkan ayat di atas, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS Al Baqarah, 2:10)
“Dan apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik
itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al Muafiqun, 63:1)
Karakteristik paling umum dari orang Munafik adalah bahwa mereka
pembohong, selalu mengingkari janji dan tidak bisa dipercaya dimana
saja kita mempercayai mereka dengan sesuatu. RasuluLlah SAW juga
bersabda dalam hadits yang telah umum:
“Tanda-tanda munafik ada tiga, ketika dia berbicara dia
berbohong, ketika dia berjanji mengingkarinya dan ketika dia
dipercaya dia khianat.” (Shahih Al Bukhari, Kitabul Iman Bab 24: tanda-tanda Munafik No 33)
6. Mereka menjadi kasar ketika berdebat
Berkaitan dalam bimbingan dan pengetahuan, orang-orang munafik dikenal
menjadi orang yang sangat argumentatif dan membantah ketika dia
terlibat diskusi atau debat. Ketika mereka tidak bisa memberikan
jawaban untuk masalah tertentu atau menghadirkan kasus mereka dengan
baik mereka menjadi kasar (menggunakan kata-kata kotor, menggunakan
sumpah dan sebagainya) dan menjengkelkan. Rasulullah SAW berkata dalam
sebuah riwayat yang berbeda atas hadits yang sama:
“Dan ketika dia berdebat dia menjadi kasar” (Al Bukhari No 34)
7. Mereka mengkhianati perjanjian dan kontrak
Seorang Muslim tidak pernah membatalkan perjanjiannya karena hal itu
adalah dosa besar dalam Islam dan dosa lainnya adalah munafik.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits di atas, tetapi dalam riwayat yang
berbeda:
“Dan ketika dia mempunyai perjanjian dia mengkhianatinya.” (Al Bukhari No 34)
Lebih lanjut Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita kehinaan
itu adalah ketika seseorang yang dengan sengaja melanggar
perjanjiannya:
"Bagi setiap pengkhianat dia akan mempunyai sebuah
panji pada hari kiamat, memproklamirkan ini adalah begini dan begini
yang telah mengkhianati perjanjiannya." (Riyadus Salihin No 1585)
8. Mereka penyebab fitnah dan keburukan, namun mengklaim pembuat kedamaian
Orang-orang munafik selalu berkomentar dan memperhatikan kesalahan
orang lain, dan tidak pernah berfikir tentang kesalahan dan dosa
mereka sendiri. Mereka selalu membuat fitnah dan kerusakan, tetapi
menunjuk jari mereka kepada orang lain selain mereka. Allah SWT
berfirman:
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS Al Baqarah, 2: 11-12)
Dalam ayat ini Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang
munafik adalah penyebab fitnah (kerusakan), namun mengklaim telah
melakukan perbaikan. Yang lebih mengejutkan lagi mengetahui bahwa
mereka benar-benar para pengacau. Mereka dengan yakin percaya bahwa
mereka baik, melaksanakan perdamaian di muka bumi, tetapi Allah SWT
menginformasikan kepada kita bahwa mereka benar-benar murtad.
9. Mereka berhukum kepada thaghut
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim
kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut
itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya.” (QS An Nisa, 4: 60)
Dalam ayat ini Allah SWT memperingati kita beberapa poin yang telah
disebutkan di atas, seperti bahwa mereka mengklaim telah beriman kepada
apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Tetapi Dia juga
menginformasikan kepada kita tentang karakteristik lain dari orang
munafik, yakni berhukum kepada Thaghut.
Berhukum kepada selai Allah adalah syirik akbar, namun, orang-orang
munafik ini dijelaskan bahwa mereka orang yang tidak hanya secara rutin
berhukum kepada selain Allah, tetapi juga mencari dan mempunyai
keinginan untuk merujuk kepada selain Allah untuk menyelesaikan
perselisihan. Mereka adalah orang-orang yang terus membenarkan
kemurtadannya dan dalam kasus yang lebih buruk mereka mungkin mengutip
ayat di luar konteks dengan tujuan untuk membenarkan kerusakan mereka.
10. Mereka memuaskan telinga seseorang, mempunyai hafalan Al-Qur’an dan argumentasi yang masuk akal.
Salah satu dari kemampuan terbesar dan berpengaruh adalah bahwa mereka
bisa menyesatkan dan menjatuhkan orang-orang dengan argumen
‘mengagumkan’ mereka atau membacakan ayat-ayat. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477].
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap
mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS Al Munafiqun, 63: 4)
Lebih lanjut Rasulullah SAW bersabda:
“Akan ada sebagian orang diantara kalian yang shalatnya
mengalahkan shalatmu, dan yang puasanya mengalahkan puasamu, dan
ibadahnya mengalahkan ibadahmu. Mereka akan membaca Al-Qur’an tetapi
tidak melebihi kerongkongan mereka. Mereka akan meninggalkan Islam
seperti anak panah dari busurnya…’ (Al Bukhari, Kitab Fadilah Al-Qur’an Bab 3g Hadits no 5058)
11. Mereka takut dari Al-Qur’an yang ditujukan kepada mereka, dan tidak melihat kesalahan mereka sendiri
Adalah Sunnah Rasulullah SAW dan Shahabatnya untuk membaca Al-Qur’an
dimana kita bisa mengaplikasikanya untuk diri kita, dan seolah-olah
Allah berbicara kepada kita secara langsung. Namun orang-orang Munafik
tidak suka untuk mengakui kesalahan mereka dan membaca Al-Qur’an
sebagaimana Allah menujukan kepada mereka. Lebih lanjut Allah SWT
berfirman:
“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan
terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi
dalam hati mereka....” (QS At Taubah, 6: 64)
Selanjutnya, dimana saja kita mempelajari dien kita seharusnya selalu
mengaplikasikannya untuk diri kita, memperhatikan untuk mengoreksi
kesalahan kita sebelum mengoreksi kesalahan orang lain.
12. Menghina orang-orang Beriman dan Islam
Allah SWT berfirman dalam kelanjutan ayat di atas :
“…Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah
ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah
akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.” (QS At Taubah, 9: 64)
Ayat ini diturunkan pada saat perang Tabuk tentang orang-orang Munafik
yang terus mengejek orang-orang beriman, berkata bahwa hafalan
Al-Qur’an mereka hanya memberikan perut besar. Sindiran dan ejekan
seperti ini sangat umum terlihat hari ini dari orang-orang moderat
yang menjual kaum Muslimin dan yang mengejek Mujahidin dan aktifis
Muslim yang bekerja untuk melihat bendera Islam tegak di seluruh
penjuru dunia.
Sangat umum mendengar orang-orang munafik berkata ‘lihatlah orang-orang
ini, mereka percaya berjuang untuk Khilafah atau mendukung Jihad atau
‘bagaimana mungkin orang-orang yang tidak berpendidikan yang mengakui
manfaat dari pemerintah bisa menegakkan negara Islam?’ dan
sebagainya. Ini hanyalah sebagian contoh dari pernyataan mereka yang
mempunyai penyakit di dalam hati mereka. Allah SWT menginformasikan
kepada kita tentang alasan mereka menggunakan hal tersebut untuk
membenarkan kemurtadan mereka:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka
adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At Taubah, 9: 65-66)
Allah SWT juga berfirman :
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan
perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang
berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan
(sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah
orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti
hawa nafsu mereka.” (QS Muhammad, 47: 16)
13. Mereka tidak pernah pergi berjihad, berpartisipasi dalam semua perjuangan (jihad) dan tidak juga berhijrah
Pada saat perang Uhud orang-orang Munafik lari dari medan pertempuran
dan kembali ke Madinah. Sebagian orang-orang beriman menjadi bingung
berkaitan dengan bagaimana mereka seharusnya berhadapan dengan
orang-orang munafiqun. Shahabat Rasulullah SAW percaya bahwa mereka
seharusnya dibunuh dimana saja mereka terlihat, disamping yang lain
membantah sebaliknya mereka (munafiqun) adalah Muslim dan mengucapkan
syahadat. Dengan maksud untuk menyelesaikan dan mengklarifikasi
perselisihan ini, Allah SWT menurunkan ayat di bawah ini:
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan
dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah
membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ?
Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah
disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu
tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS An Nisa, 4: 88)
Lebih lanjut, sebuah hadits dari Nabi Muhammad SAW dengan jelas menyoroti orang yang tidak mempunyai niat berjihad:
“Siapa saja yang mati tanpa berjihad di jalan Allah,
tidak juga mempunyai niat untuk melakukannya, akan mati dalam satu
cabang nifaq.” (Muslim dan Riyaad Us Saalihin Bab 234, Hadits bo 1341)
Berkaitan dengan Hijrah orang-orang Munafik tidak ingin meninggalkan
‘negeri kesayangan’ mereka dan takut berjihad di jalan Allah. Allah SWT
telah menurunkan:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab:
"Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para
malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang
tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka
itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa, 4: 97-99)
Penting untuk selalu diingat poin krusial ini bahwa munafiqun membenci
Jihad, Mujahidin dan berhijrah di jalan Allah. Jika kita mempunyai
perasaan ini maka ketauhilah bahwa kita mempunyai salah satu
karakteristik Munafikin dan mintalah kepada Allah agar menjaga kita
dari nifaq.
14. Mereka mempunyai Muwalat (sekutu) dengan Kuffar dan hidup diantara Musyrikin
Salah satu tanda seseorang yang terlibat syirik adalah hidup diantara
Kuffar dan Musyrikin tanpa membedakan diri mereka. Bukti yang sama
telah disebutkan di atas bisa digunakan untuk membenarkan poin ini,
sebagaimana sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Aku berlepas diri dari Muslim yang hidup diantara Musyrikin,... dan tidak membedakan diri dari mereka (kuffar).’ (Sunan Abu Daud, Kitabul Jihad Bab 105, hadits no 2645)
Hadits ini dengan jelas menunjukkan kepada kita betapa bahayanya hidup
diantara kuffar, bersatu dengan mereka dan tidak membedakan diri dari
mereka. Itu juga menyoroti kewajiban dan perlu bagi Muslim untuk hidup
bersama sebagai sebuah komunitas dan menerapkan Syari’ah; atau
Rasulullah SAW akan menjauhkan dirinya dari kita pada hari pengadilan,
disaat kita akan begitu membutuhkan syafa’atnya.
15. Mereka membuat sejumlah alasan untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya
Orang-orang Munafik selalu banyak alasan untuk tidak mengerjakan
kewajiban dan tugas mereka, sebagaimana disebutkan juga dalam ayat
sebelumnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan 'uzurnya
kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan
perang). Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan 'uzur; kami tidak
percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah
memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta
Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada
Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At Taubah, 9: 94)
Lebih lanjut, pada saat perang Tabuk dahulu mereka banyak alasan untuk
lari dari Jihad. Salah satu dari alasan mereka adalah cuaca yang amat
panas dimana Allah SWT telah tentukan di saat bulan-bulan musim panas:
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu,
merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan
mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang)
dalam panas terik ini." Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih
sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 81)
Sungguh Allah berkata benar, panas neraka tidak dapat dibandingkan dengan panas dunia. Rasulullah SAW bersabda:
“Api yang anak Adam nyalakan adalah satu bagian dari 70 bagian dari api neraka.” (Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat di atas 9:81)
16. Mereka membenarkan keharaman, kekufuran dan kesyirikan mereka
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang
munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah
atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka berkata: "Sekiranya kami
mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu".
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan.
Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam
hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih
mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (QS Al Imran, 3: 167)
Telah diketahui bahwa orang-orang Munafik selalu membenarkan kemurtadan
mereka. Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang-orang
menjadi kafir atau murtad dengan alasan menjadi lebih dekat kepada
Allah! Allah SWT berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS Az Zumar, 39: 3)
17. Mereka melakukan kufur I’raad – berpaling kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman:
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu
(tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum
Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An Nisaa’, 4: 61)
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada
orang-orang yang berdosa.” (QS As Sajadah, 32: 22)
Orang-orang Munafik selalu berpaling dari Ahkam (hukum syar’i) dan
Ulama. Ketika kita memberi mereka hukum yang tidak sesuai dengan
mereka, maka mereka akan berkata ‘Aku tidak mengikuti opini itu’,
bahkan tidak ada opini lain tentang isu tersebut. Ketika kita
sampaikan kepada mereka ayat mereka akan berkata ‘itu adalah
penafsiran kamu terhadap Al-Qur’an dan sebagainya.
18. Mereka menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik.” (QS At Taubah, 9: 67)
Mereka akan mencoba untuk menghalangi usaha kita untuk melakukan dakwah
berdasarkan metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, menyerukan jihad,
berjuang untuk dien Allah atau bahkan menciptakan kesadaran tentang
Islam di luar Masjid dan sebagainya. Lebih lanjut mereka malah
mencegah Ma’ruf dan menyerukan segala bentuk kemunkaran, seperti
voting untuk hukum buatan manusia, bergabung dengan toghut dan
sebagainya.
19. Mereka memamerkan perbuatan baiknya
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS An Nisaa’, 4: 142)
Orang-orang Munafik memamerkan bahasa Arabnya, tajwid, adzan, ilmu dan
sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang selalu memamerkan perbuatan
baiknya dengan tujuan agar mendapatkan pujian dan agar orang-orang
mendengarkan mereka. Ar Riyaa adalah sebuah dosa besar dan perbuatan
syirik, karena semua perbuatan baik kita seharusnya dilakukan murni
hanya untuk mencari ridha Allah SWT dan bukan pujian dari orang-orang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perkara yang aku takutkan dari kalian adalah syirik
asghar. Shahabat bertanya: ‘Apakah syirik asghar itu?’ Rasulullah SAW
menjawab: riya.’ (Musnad Imam Ahmad, jilid 5; Al Arsaar, Hadits : Muhammad bin Labid RA)
20. Mereka menginginkan kita menjadi Kafir seperti mereka dan mengikuti jalannya
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana
mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).
Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu),
hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling,
tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah
kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan
(pula) menjadi penolong.” (QS An Nisaa’, 4: 89)
Orang-orang Munafik sangat jahat karena mereka ingin agar kita menjadi
kafir seperti mereka dan mengikuti kerusakan dan kejahatan mereka.
Mereka ingin agar kita meninggalkan golongan yang selamat dan bergabung
dengan partai syaitan mereka.
21. Mereka menginginkan kita untuk takut kepada Kuffar
Allah SWT berfirman:
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul)
yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka
dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imran, 3: 173)
Orang-orang munafik akan selalu mempunyai mental kalah dan akan mencoba
untuk menimbulkan ketakutan ke dalam hati orang-orang beriman
terhadap Kuffar. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim jika mereka
mengatakan ‘apa yang bisa kita lakukan, jumlah mereka terlalu banyak
dan kita tidak mempunyai senjata yang cukup dan sebagainya.’
Lebih lanjut Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS Ali Imran, 3: 175)
22. Mereka malas melaksanakan Shalat
Sebagaimana telah disebutkan pada poin no 19, Allah menginformasikan
kepada kita ayat (QS 4: 142) bahwa orang-orang Munafik berdiri dengan
kemalasan pada shalat mereka. Bukti lain untuk ini bisa ditemukan dalam
surah Al Ma’un:
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (QS Al Maa’un, 107: 4-7)
Nabi Allah SAW juga menjelaskan orang-orang Munafik adalah orang yang sulit ditemui pada shalat isya dan fajar (subuh).
23. Mereka menunjukkan Islam, tetapi mengutuk dan menghina
ketika setiap kali mereka berhadapan dengan semua bentuk kesulitan dan
bencana
Allah SWT berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah
dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia
dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah
ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata.” (QS Al Hajj, 22: 11)
Orang-orang Munafik selalu senang dengan kita ketika segala sesuatunya
berjalan dengan baik dan mudah, profesional, teratur dengan baik dan
terstruktur, tetapi ketika mereka diuji oleh Allah SWT mereka
benar-benar meninggalkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dien dan kewajiban
mereka.
Kesimpulan
Tujuan dari mempelajari masalah ini untuk menyadari tanda-tanda
Munafikin, agar kita tidak melakukannya. Kita seharusnya memohon kepada
Allah SWT agar dijauhkan dari nifaq, kufur, syirik dan bid’ah dan
agar kita mati dalam keadaan iman dan Tauhid. Kita seharusnya juga
selalu menyadari celah dan berbagai kemungkinan menjadi Kafir, dan
untuk mencegah hal ini adalah dengan memenuhi semua perintah Allah dan
juga kewajiban kita. Semoga, Insya Allah!
Sumber : http://insanshalih.blogspot.com/2010/10/23-karakter-munafik.html
Munafik, Orang Penuh Rekayasa
oleh Aa Gym
"Tanda
orang munafik ada tiga, apabila seseorang diberi amanat, ia khianat;
apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia tidak menepatinya;
dan apabila berdebat, ia akan berbuat curang." (HR. Mutafaq’alaih)
Sesungguhnya orang munafik adalah orang yang penuh dengan kepalsuan,
penuh dengan rekayasa dan lebih sibuk membangun topeng. Sedangkan
seorang mukmin hidupnya asli, tidak ada rekayasa, karena semua
kebohongan itu tidak diperlukan dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Allah tidak memerlukan kepalsuan itu. Allah yang Maha Memiliki
segalanya. Seorang mukmin seyogyanya bersih perbuatanya. Tidak terlalu
banyak memikirkan pandangan orang lain, yang terpenting dalam
pandangan Allah saja. Hidupnya apa adanya.
Orang munafik itu berbahaya, karena ia sesungguhnya orang musyrik
hatinya, tapi lahiriahnya menampilkan orang beriman, seperti Abdullah
bin Ubay. Orang munafik pun bisa dilihat dari perilakunya sehari-hari.
Semua perbuatannya mencerminkan tidak ingin dekat dengan Allah, tidak
memakai hati, melainkan agar dinilai orang lain. Sebisa mungkin orang
munafik akan berusaha keras untuk benar-benar dengan akal-akalan
melakukan apa pun di hadapan orang lain, seperti ingin berwibawa.
Sehingga selama ia berbicara dan berbuat, fokusnya hanya untuk mengatur
kewibawaannya, tidak melihat hati.
Orang munafik ketika berkata seringkali ditambah-tambah dengan
kebohongan. Tidak sesuai antara keterangan dan kenyataannya. Bahkan
beda antara mulut dan hatinya. Ia tidak bisa dipegang pembicaraannya.
Dia berjanji bukan berniat akan ditepati, melainkan untuk keinginan
sesuatu dari orang lain. Bagi yang berniat menepati janji, ketika
berjanji berarti ia mengunci untuk ditagih yang membuatnya, sedangkan
bagi orang munafik, janjinya untuk sekadar agar orang lain percaya
atau senang padanya. Makanya ia mudah mengeluarkan janji-janjinya.
Dalam hal amanah ia tidak mempedulikan amanah dari Allah, melainkan
lebih mengutamakan gayanya daripada hakikat dari amanah yang
dipikulnya.
Dalam aspek ibadah pun seorang munafik bisa terdeteksi. Dalam berdoa
misalnya, mulut berdoa tapi hati tidak. Benarkah hatinya ingin mendekat
kepada Allah? Allah mengetahui semua kebohongan itu, Allah tidak bisa
di bohongi. Karena Allah mengetahui lubuk hati terdalam. Apakah ingin
diketahui, dilihat, ataukah diperlakukan spesial.
Keinginan-keinginan tersebut semestinya lepas dari makhluk, barulah
akan tenang hati ini. Kita tidak memerlukan pengakuan orang, yang
penting Allah saja. Jangan sampai kita menggunakan nama Allah untuk
komoditas agar terlihat shaleh. Sekilas mungkin orang akan terkecoh
oleh kepalsuan, sedangkan Allah tidak bisa dikelabui, tetapi Allah
Maha Mengetahui.
"Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan." (QS Al-Anbiya:110)
Sesungguhnya segala perbuatan yang kita lakukan akan dihisab semuanya.
Berbahagialah bagi siapa pun yang terbebas dari kemusyrikan dan
kemunafikan. Sehalus apa pun bersih hidupnya. Maka dibuat nyaman
hatinya oleh Allah. Lepasnya hati dari selain Allah. Lillaahi ta’ala.
Apa yang menyebabkan orang cenderung munafik? Karena hati kita
cenderung musyrik, menganggap ada sesuatu selain Allah SWT yang bisa
memberi manfaat dan mudharat. Yang bersih hatinya ia akan terbebas dari
sifat kemunafikan. Akhlak jelek karena hatinya busuk, dan hati busuk
karena tauhidnya buruk. Akhlak jadi bagus, tauhidnya pun harus bagus.
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali." (QS An-Nisaa : 142)
Allah tidak bisa dibohongi dengan cara apa pun, karena Dia mengetahui lubuk hati yang dalam. Hati ini harus lepas dari makhluk.
Dengan demikian, dari paparan di atas, orang munafik itu paling
dibenci Allah SWT. Apalagi bila ilmu agamanya makin banyak sedangkan ia
masih munafik, tentu kebencian Allah juga akan lebih daripada yang
lainnya.
Sumber : http://www.eramuslim.com/ramadhan/tausyiah/munafik-orang-penuh-rekayasa.htm
MUNAFIK
Munafik.
Satu kata yang menarik untuk dicermati, digali, dan dipahami,
mengingat jaman sekarang banyak sekali orang yang berlaku demikian.
Kemunafikan mereka yang sarat dengan kebohongan, pengkhianatan, dan
intrik kepentingan pribadi. Sebenarnya, apa itu munafik?
Saya sendiri juga agak kebingungan saat ingin merumuskan arti munafik
itu sendiri (maklum, saya nulis artikel ini aja dengan bermodal
pengalaman dan kenekatan). Menurut apa yang pernah (dan masih) saya
rasakan , munafik adalah kebohongan, ketika seseorang berkata A
padahal di dalam hatinya sebenarnya ia berucap Z. Orang yang memiliki
sifat ini, cenderung rela mengobral dusta dan janji palsu demi
mencapai kepuasan dan keuntungan pribadinya. Orang-orang yang masuk
dalam tipe ini bahkan rela mengkhianati orang yang memberikan
kepercayaan penuh pada mereka. Sungguh memalukan.
Saya sendiri sering mengalami perlakuan tersebut, ditanggapi oleh
teman secara munafik. Mereka bilang suka, padahal hatinya
berteriak-teriak “Gue nggak suka!!!” Kejujuran yang harusnya penting
dalam sebuah hubungan persahabatan, kini bagai dua sisi koin, di mana
kejujuran di satu sisi bersanding dengan kemunafikan. Keduanya tinggal
diundi, dan diterapkan sesuai keadaan. Kadang kita harus berlaku
jujur dan sok innocent, kadang pula kita harus tega untuk menjadi
munafik. Sungguh menyedihkan, karena menurut saya hidup dengan
memelihara kemunafikan itu identik dengan orang yang menyia-nyiakan
dirinya sendiri dalam kebohongan, serta mencelakakan orang lain dengan
tipu muslihatnya yang manis dan menggairahkan.
Dewasa ini, sudah berkembang suatu tren di mana “yang munafik yang
bakalan eksis”. Orang yang menyuarakan kejujuran, malah diinjak-injak
bak rumput liar yang mengganggu tumbuh suburnya pohon “kemunafikan”
dan “formalisme”. Saya, yang sebenarnya lebih mengutamakan bertindak
jujur, oleh keadaan yang sulit terpaksa harus menjadi munafik, dengan
memberi jawaban pada teman saat ulangan, misalnya. “Nic, ntar jangan
lupa nengok ke gue, ya. Bantuin gu ya Nic, please, gue belum belajar
nih. Tenang aja, kalau kita hati-hati ‘kan gurunya nggak bakalan
tahu…” begitulah ucapan teman-temanku. Dan mungkin, tanpa saya sadari
masih banyak lagi tingkah laku saya yang munafik lainnya, terdesak
oleh keadaan yang menjebak serba sulit.
Apakah aku sendiri termasuk golongan orang munafik? Apakah aku juga
menenggelamkan hidupku dalam lumpur kunistaan, dan melumuri mata hati
orang lain dengan kedustaan sikap dan perkataanku? Apakah aku begitu?
Aku sendiri pun bingung. Aku sadar bahwa terkadang aku munafik, dan
aku tidak menyangkal hal itu, karena kemunafikan telah tertanam di
hati semua insan. Hanya bedanya, apakah kemunafikan itu kita tumbuh
suburkan di dalam hati kita, atau kita bunuh dengan racun “kejujuran”
dan kita pangkas dengan gunting “ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa”.
Dengan mendekatkan diri pada Tuhan dan selalu senantiasa berbuat jujur
walaupun konsekuensinya dijauhi, bahkan dikucilkan, niscaya Tuhan
akan memberikan kita keteguhan dalam menjalani hidup sebagai pribadi
yang jujur dan jauh dari kata munafik.
Mari, walaupun mungkin kita masih mempunyai bibit-bibit munafik itu
dalam hati kita, pangkaslah dan cabutlah itu sampai ke akar-akarnya.
Jangan biarkan kemunafikan tumbuh subur dalam hati dan jiwa kita, yang
selanjutnya, perlahan tapi pasti, akan membawa kita menuju
kesengsaraan sejati di neraka. Hentikan budaya munafik yang secara
nyata telah menyebarluaskan keuntungan materialnya untuk menipu dan
menjerat kita manusia. Jangan sampai, kita ditolak siapapun karena
telah bertransformasi menjadi “Manusia setengah Iblis” dengan semua
kebusukan yang berakar dari kemunafikan itu.
Masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, bangga
mengembangkan budaya kejujuran dan cinta kasih. Semoga memang demikian
adanya. Semoga.
Sumber : http://blogdiannoviany.blogspot.com/2010/11/munafik.html
Pernahkah Anda Munafik?
Peace dove strapped with dynamite
Menurut
Wikipedia, Kemunafikan (Hypocrisy) adalah perilaku
mengakui/menganggap memiliki keyakinan, perasaan, moral atau
nilai-nilai yang sebenarnya tidak dimiliki atau dipraktekkan. Menurut
kamus Webster, Hypocrite adalah seseorang yang mengaku memiliki
nilai-nilai, moral atau keyakinan, tetapi sebenarnya tidak punya dan
tindakannya bertolak belakang dengan apa yang dinyatakan di publik
dalam kehidupan prbadi, opini dan pernyataannya. Jadi ada perbedaan
antara teori dan prakteknya. Membenarkan tindakan/perilaku seseorang
sementara menyalahkan orang lain yang memiliki hak dan kedudukan yang
sama juga termasuk dalam definisi Kemunafikan, namun ada istilah lain
yang cocok untuk hal ini yaitu Standar Ganda (double standard).
Banyak sekali contoh tindakan munafik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Paling banyak adalah bentuk kemunafikan yang standar ganda. Contoh
perbedaan antara munafik dan turunannya yaitu standar ganda kira-kira
gini: Seorang pemuka di masyarakat, yang sering berkhotbah tentang
moral, ngomong keadilan (minjem syair "Bento" nih), tapi korupsi atau
jadi pembalak liar misalnya, dan berperilaku kayak nggak ada-apa dari
mimik wajahnya, adalah munafik sejati. Sulitnya jika hasil korupsinya
itu diamalkan untuk fakir miskin layaknya Robin Hood. Apapun embel-embel
penilaiannya, ini sudah termasuk standar ganda.
Diperbolehkannya lelaki untuk memiliki banyak istri sedangkan wanita
tidak boleh punya banyak suami juga termasuk standar ganda. Counter
argumen hal ini adalah bila persamaan derajat gender itu murni 100%
dilakukan, tentu poligami dan poliandri duduk sejajar yang artinya
kalau poligami boleh, poliandri juga harus boleh, dan begitu juga
sebaliknya. Adakalanya wanita "boleh" menampar pria yang kurang ajar
terhadapnya sementara pria jika mendapat perlakuan yang sama tidak
pernah menampar wanita yang genit terhadapnya, pun termasuk standar
ganda mengingat prinsip diatas dengan segenap penjelasan feminismenya.
Seorang lelaki yang memiliki banyak pacar akan mendapat cap "Playboy",
tapi jika hal yang sama terjadi pada perempuan jenis kata-kata
predikat negatif lebih banyak dikenakan seperti "perek", atau
"kegatelan" atau yang paling anyar "jablay", daripada dicap "Playgirl"
misalnya. Ini termasuk standar ganda.
Profesi politikus dan pengacara adalah profesi yang menuntut
kemunafikan dan kepintaran memilih kata-kata untuk menyatakan
pendapatnya. Disatu saat mereka harus bilang A disaat lain harus bisa
bilang B demi tujuan masing-masing walaupun tahu mana yang benar-baik.
Yang paling sulit jika kemunafikan dilakukan secara beramai-ramai.
Kelompok Dodol Duren misalnya bilang kalo dodol Duren itu yang paling
enak, kelompok Dodol Garut bilang dodol Garut yang paling enak.
Dua-duanya punya argumen bahkan ayat-ayat dari primbon Perdodolan untuk
mendukung pendapatnya. Ini adalah hal sulit mengingat banyak orang
yang berpendapat bahwa makin banyak orang berpendapat sama maka
semakin mendekati kebenaran. Bagi mereka yang sadar akan kontradiksi
ini akibat proses pembodohan massal yang sedang terjadi, tentu cuma
bisa nyengir-nyengir dan apabila diam saja, maka dapat disebut munafik
karena mengetahui kebenaran tapi mengabaikan nilai kejujuran dan
membiarkan hal itu terus berlangsung.
Munafikisme Setiap orang (termasuk saya :P) pasti pernah bertindak
munafik. Mungkin sama banyaknya dengan berbohong. Antara bohong dengan
munafik apa bedanya? Munafik lebih banyak menyoroti tindakan daripada
perkataan.
Man speaking with peace dove
Tipe-Tipe Munafik
Menurut
www.hardcoretruth.com, ada 4 Tipe kemunafikan:
- Munafik Jujur Keluar : Tindakan bertolak
belakang dengan pendapat/pernyataannya. Walaupun, apa yang dilakukan
itu konsisten dengan pendapatnya, ini tetap menjadikan mereka munafik
karena tidak benar-benar diyakini. Mereka memiliki keyakinan kuat akan
pendapat mereka sendiri namun tidak selalu mengikutinya.
- Munafik Tidak Jujur Keluar : Tindakan bertolak
belakang dengan pendapat/pernyataannya yang tidak konsisten dengan apa
yang diyakini. Mereka sering lemah dalam apa yang diyakini dan
memungkinkan mereka menjadi jujur buat diri sendiri dalam hatinya.
- Munafik Jujur Kedalam : Tindakan bertolak belakang
dengan pendapat/pernyataannya. Keyakinan mereka konstan walaupun
tindakannya berbeda. Mereka jujur pada diri sendiri dan berusaha untuk
menyesuaikan keyakinannya dengan keinginan pribadi, tindakan atau
kekurangan mereka.
- Munafik Tidak Jujur Kedalam : Tindakan sejalan
dengan yang dinyatakan, walaupun tidak diyakininya. Mereka sering
berperilaku "menjilat" dengan keyakinan diri rendah.
Contoh jeleknya mungkin, misalnya seorang Perokok. Dia sudah tahu efek
buruk dari merokok dan menyetujui bahkan menyuruh orang berhenti
merokok, tetapi masih merokok hal ini sudah menjadikannya munafik. Jika
ia tidak yakin dengan larangan pemerintah yang tertera dan
berpendapat "aah gak apa-apa, makan permenpun bisa bikin kanker"
misalnya, tapi kadang-kadang ragu juga hal ini termasuk tipe yang
pertama. Yang tipe kedua mungkin lebih "lembek" dan berpendapat "ada
benarnya saya berhenti". Yang tipe ketiga boleh jadi setuju/tidak
dengan efek buruk merokok, dan berusaha mengurangi misalnya, yang tipe
keempat menyakini efek buruk merokok tapi tetap merokok untuk
menyenangkan temannya misalnya. Untuk persoalan lain tinggal ganti
variabel "rokok" berserta alasannya dengan masalah lain.
Apapun tipe-tipe munafik dari terjemahannya yang kacau diatas ada satu
hal yang perlu digarisbawahi : Adalah baik untuk tidak menjadi munafik
dan harus berusaha mencapainya sebaik mungkin, tapi jika iya, saya
lebih baik menjadi munafik yang jujur, daripada berbohong mengenai
ketidaksempurnaan diri saya.
Sumber : http://www.indonesiaindonesia.com/f/37261-pernahkah-munafik/
Sumber lainnya : http://taimullah.wordpress.com/2010/07/28/munafik-macam-dan-pembagiannya/