Orang-orang yang tidak boleh dibacakan istighfar (dimintakan ampun) adalah:
a. orang kafir;
b. orang musyrik; dan
c. orang munafiq.
Seorang muslim dilarang berdo'a atau memohon kepada Allah supaya seseorang kafir atau musyrik atau munafiq diampuni dosanya.
a. Orang Kafir
"Engkau memintakan ampun untuk mereka atau engkau tidak memintakan ampun untuk mereka (adalah sama saja), sekalipun engkau memintakan ampun untuk mereka 70 kali, Allah tidak akan mengampuni mereka. karena mereka itu kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang berbuat durhaka." (QS. At-Taubah (9): 80)
Allah melarang Rasulullah SAW untuk memintakan ampun atau membacakan istighfar bagi orang-orang kafir.
Orang muslim dilarang berdo'a kepada Allah guna memintakan ampun orang-orang kafir dari dosa-dosa yang diperbuatnya, baik orang kafir itu masih hidup maupun telah mati. Seorang muslim yang melanggar larangan pada ayat tersebut berarti telah berbuat dosa kepada Allah dan permohonan ampunan untuk orang kafir yang dimaksudkan tidak diterima oleh Allah.
Orang kafir yaitu yang melakukan salah satu dari hal-hal di bawah ini:
tidak percaya kepada Allah, termasuk salah satu sifat-Nya atau salah satu perbuatan-Nya, misalnya tidak percaya Allah itu Mahaadil atau tidak percaya Allah itu Maha Mengetahui segala hal yang terjadi di alam semesta dari sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya;
tidak percaya bahwa Allah mengangkat seseorang sebagai rasul-Nya untuk menyampaikan ajaran agama-Nya kepada manusia;
tidak percaya bahwa Allah menurunkan kitab yang berisikan wahyu-Nya untuk menjadi petubjuk jalan bagi umat manusia dalam menjalani hidup di dunia;
tidak mempercayai adanya alam akhirat;
tidak mempercayai adanya siksa dan pahala di akhirat;
berkeyakinan bahwa hidup manusia ini hanyalah di dunia dan sesudah itu sirna begitu saja;
menolak syari'at Allah sebagai suatu yang harus dijalankan oleh manusia dalam mengatur seluk-beluk kehidupannya di dunia ini;
percaya bahwa sesudah Nabi Muhammad masih ada nabi lagi;
beranggapan bahwa Al-Qur'an hanya berlaku bagi manusia pada masa hidup Nabi SAW dan sahabatnya dan tidak berlaku untuk zaman berikutnya, dll.
Orang yang keluar dari Islam juga dikategorikan orang kafir. Memintakan ampun atau membacakan istighfar untuk orang murtad juga tidak dibolehkan.
b. Orang Musyrik
“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang musyrik sekalipun orang musyrik itu kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim’” (QS. At-Taubah (9): 113)
Dari ‘Ali, ia berkata: “Saya pernah mendengar seseorang memintakan ampun untuk ibu bapaknya yang musyrik, lalu saya berkata kepadanya: ‘Apakah engkau memintakan ampun (membacakan istighfar) untuk ibu bapakmu yang keduanya masih musyrik?’ Orang itu menjawab: ‘Bukankah Ibrahim memintakan ampun (membaca istighfar) untuk bapaknya, padahal dia masih musyrik?’ Aku pun menceritakan kejadian itu kepada Nabi SAW, kemudian turunlah ayat: ‘Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik… ‘” (HR. Tirmidzi no. 3026, Nasa’I, dan Ahmad)
Allah menegaskan adanya larangan kepada kaum muslim untuk memintakan ampun atau membaca istighfar untuk orang-orang musyrik atau kafir. Sekalipun orang tersebut adalah kerabatnya, orang muslim tetap diharamkan melakukannya.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memohonkan ampun kepada Allah untuk orang nonmuslim, baik dia kafir maupu musyrik.
Orang kafir yaitu orang yang sama sekali tidak beriman kepada Allah dan rukun-rukun iman lainnya. Adapun orang musyrik masih mau beriman kepada Allah, tetapi berkepercayaan ada sesembahan lain atau tuhan lain yang berhak disembah selain Allah. Ternasuk golongan musyrik ini ialah pengikut agama Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu, dan lain-lain yang menyembah patung, berhala, makhluk, atau roh orang-orang suci.
Jadi, bila seorang muslim bertetangga atau berteman dengan seorang Kristen atau Protestan atau yang beragama lain dari Islam, ia tidak boleh mendo’akan agar Allah mengampuni dosanya.
Bila ada orang bertanya: Mengapa Islam bersikap demikian kepada nonmuslim? Hal inilah karena Allah, Tuhan Yang Memiliki hak untuk mengampuni atau memberikan hukuman kepada makhluk-Nya, tidak membenarkan hal itu dilakukan oleh seorang muslim. Demikianlah sebab mereka yang kafir dan musyrik itu tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah.
Seorang muslim tidak pantas membela orang yang tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah. Jika seseorang muslim memintakan ampun untuk orang-orang yang menentang Allah dan mendurhakai syari’at-Nya, hal itu membuktikan bahwa dia sendirilah yang melawan Allah dan menunjukkan kebodohan dan kedurhakaannya terhadap kekuasaan Allah. Jadi, logis kalau muslim tidak dibenarkan membela dan memintakan ampun kepada Allah untuk orang-orang yang sudah jelas menentang atau melawan dan mengingkari Allah itu sendiri.
c. Orang Munafiq
“Bagi mereka (orang-orang munafiq) sama saja apakah engkau memintakan ampun untuk mereka atau tidak enkau mintakan ampun, maka Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. Sungguh Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang berbuat durhaka.” (QS. Al-Munaafiquun (63): 6)
Allah melarang kita memintakan ampun (membaca istighfar) bagi orang munafiq.
Orang munafiq yaitu orang yang memiliki salah satu dari ciri-ciri berikut:
1. mengaku Islam tetapi menentang penegakan syari’at Islam;
2. meninggalkan shalat wajib yang bila karena malas menjalankannya;
3. membantu musuh Islam memerangi Islam atau memerangi para mujahid Islam;
4. lebih akrab dengan orang-orang atau musyrik daripada dengan orang-orang mukmin;
5. meniggalkan shalat Jum’at terus-menerus; atau
6. gemar berdusta dalam berbicara, menyalahi janji, dan mengkhiat amanat.
Orang-orang yang memiliki salah satu ciri di atas tidak boleh kita mintakan ampun kepada Allah atau kita bacakan istighfar.
Senin, 21 Januari 2013
Mendoakan Orang Kafir
Mendoakan orang kafir, bisa diperinci menjadi empat:
PERTAMA: Mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah.
Para Ulama telah sepakat (Ijma’) akan bolehnya hal ini, diantara dalilnya adalah hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَدِمَ الطُّفَيْلُ وَأَصْحَابُهُ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ دَوْسًا قَدْ كَفَرَتْ وَأَبَتْ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا! فَقِيلَ: هَلَكَتْ دَوْسٌ! فَقَالَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ!ـAbu Huroirah -rodliallohu anhu- mengatakan: (Suatu hari) At-Thufail dan para sahabatnya datang, mereka mengatakan: “ya Rosululloh, Kabilah Daus benar-benar telah kufur dan menolak (dakwah Islam), maka doakanlah keburukan untuk mereka! Maka ada yg mengatakan: “Mampuslah kabilah Daus”. Lalu beliau mengatakan: “Ya Allah, berikanlah hidayah kepada Kabilah Daus, dan datangkanlah mereka (kepadaku). (HR. Bukhori 2937 dan Muslim 2524, dg redaksi dari Imam Muslim)
Hadits berikut juga menunjukkan bolehnya mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah:
عَنْ أَبِي مُوسَى رضي الله عنه، قَالَ: كَانَ الْيَهُودُ يَتَعَاطَسُونَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُونَ أَنْ يَقُولَ لَهُمْ يَرْحَمُكُم اللَّهُ، فَيَقُولُ: يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
Abu Musa -rodliallohu anhu- mengatakan: “Dahulu Kaum Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka berharap beliau mau mengucapkan doa untuk mereka “yarhamukalloh (semoga Allah merahmati kalian)”, maka beliau mengatakan doa: “yahdikumulloh wa yushlihabalakum (semoga Allah memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian)” (HR. Tirmidzi 2739 , dan yg lainnya, dishohihkan oleh Syeikh Albani)
KEDUA: Mendoakan kebaikan dalam perkara dunia.
Hal ini dibolehkan karena adanya contoh dari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-… lihatlah dalam hadits di atas, beliau mendoakan kepada Kaum Yahudi:
يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Semoga Allah memberi kalian hidayah, dan memperbaiki keadaan kalian”
Ada juga ikrar (persetujuan) Rosulullah -shollallohu alaihi wasallam- dalam hal ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ قَالَ: بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ فَنَزَلْنَا بِقَوْمٍ، فَسَأَلْنَاهُمُ القِرَى فَلَمْ يَقْرُونَا، فَلُدِغَ سَيِّدُهُمْ فَأَتَوْنَا فَقَالُوا: هَلْ فِيكُمْ مَنْ يَرْقِي مِنَ العَقْرَبِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ أَنَا، وَلَكِنْ لاَ أَرْقِيهِ حَتَّى تُعْطُونَا غَنَمًا، قَالُوا: فَإِنَّا نُعْطِيكُمْ ثَلاَثِينَ شَاةً، فَقَبِلْنَا فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ: الحَمْدُ لِلَّهِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَبَرَأَ وَقَبَضْنَا الغَنَمَ، قَالَ: فَعَرَضَ فِي أَنْفُسِنَا مِنْهَا شَيْءٌ فَقُلْنَا: لاَ تَعْجَلُوا حَتَّى تَأْتُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَيْهِ ذَكَرْتُ لَهُ الَّذِي صَنَعْتُ، قَالَ: وَمَا عَلِمْتَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ اقْبِضُوا الغَنَمَ وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍAbu Said al-Khudri mengatakan: (Suatu saat) Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- menugaskan kami dalam Sariyyah (pasukan kecil), lalu kami singgah di suatu kaum, dan kami meminta mereka agar menjamu kami tapi mereka menolaknya. Lalu pemimpin mereka terkena sengatan hewan, maka mereka mendatangi kami, dan mengatakan: “Adakah diantara kalian yg bisa meruqyah sakit karena sengatan Kalajengking?”. Maka ku jawab: “Ya, aku bisa, tapi aku tidak akan meruqyahnya kecuali kalian memberi kami kambing”. Mereka mengatakan: “Kami akan memberikan 30 kambing kepada kalian”. Maka kami menerima tawaran itu, dan aku membacakan kepada (pemimpin)nya surat Alhamdulilah sebanyak 7 kali, maka ia pun sembuh, dan kami terima imbalan (30) kambing.
Abu Sa’id mengatakan: Lalu ada sesuatu yg mengganjal di hati kami (dari langkah ini), maka kami mengatakan: “Jangan tergesa-gesa (dg imbalan kambing ini), sampai kalian mendatangi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-.
Abu sa’id mengatakan: Maka ketika kami mendatangi beliau, aku menyebutkan apa yg telah kulakukan. Beliau mengatakan: “Dari mana kau tahu, bahwa (Alfatihah) itu Ruqyah?, ambillah kambingnya dan berilah aku bagian darinya”. (HR. Tirmidzi [2063] dg redaksi ini, kisah ini juga diriwayatkan di dalam shohih Bukhori [2276] dan shohih Muslim [2201]).
Hadits ini menjelaskan bolehnya kita me-ruqyah orang kafir agar sakitnya sembuh, dan ini merupakan bentuk dari tindakan mendoakan kebaikan untuk mereka dalam urusan dunia.
Diantara dalil dalam masalah ini adalah dibolehkannya kita menjawab salamnya orang kafir, walaupun bolehnya hanya sebatas “wa’alaikum“, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:
إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الكِتَابِ فَقُولُوا: وَعَلَيْكُمْ
“Jika seorang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah dg ucapan: “Wa’alaikum“. (HR. Bukhori [5788], dan Muslim [4024])
Ada juga contoh dari salah seorang Sahabat Nabi dalam masalah ini:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ: أَنَّهُ مَرَّ بِرَجُلٍ هَيْئَتُهُ هَيْئَةُ مُسْلِمٍ، فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ: وَعَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ لَهُ الْغُلَامُ: إِنَّهُ نَصْرَانِيٌّ! فَقَامَ عُقْبَةُ فَتَبِعَهُ حَتَّى أَدْرَكَهُ. فَقَالَ: إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ وَبَرَكَاتَهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ، لَكِنْ أَطَالَ اللَّهُ حَيَاتَكَ، وَأَكْثَرَ مالك، وولدك
Uqbah bin Amir al-Juhani -rodhiallohu anhu- menceritakan: bahwa dia pernah berpapasan dg seseorang yg gayanya seperti muslim, lalu orang tersebut memberi salam kepadanya, maka ia pun menjawabnya dengan ucapan: “wa’alaika wa rohmatulloh wabarokatuh”… Maka pelayannya mengatakan padanya: Dia itu seorang nasrani!… Lalu Uqbah pun beranjak dan mengikutinya hingga ia mendapatkannya, maka ia mengatakan: “Sesungguhnya rahmat dan berkah Allah itu untuk Kaum Mukminin, akan tetapi semoga Allah memanjangkan umurmu, dan memperbanyak harta dan anakmu” (HR. Bukhori dalam kitabnya Adabul Mufrod 1/430, dan dihasankan oleh Syeikh Albani)
Banyak ulama yg memberi batasan: bahwa orang kafir yg didoakan kebaikan, harus bukan dalam kategori kafir harbi (yakni kafir yg memerangi Kaum Muslimin)… Dan ini sangatlah tepat… Syeikh Albani -rohimahulloh- mengatakan:
ولكن لا بد أن يلاحظ الداعي أن لا يكون الكافر عدواً للمسلمين
Akan tetapi, orang yg mendoakan kebaikan harus memperhatikan, bahwa orang kafir tersebut bukanlah musuh (perang) bagi Kaum Muslimin. (Ta’liq Kitab Adab Mufrod 1/430).
KETIGA: Mendoakan agar dosa mereka diampuni, setelah mereka mati dalam keadaan kafir.
Para ulama telah sepakat (Ijma’) bahwa hal ini diharamkan:
قال النووي رحمه الله : وأما الصلاة على الكافر والدعاء له بالمغفرة فحرام بنص القرآن والإجماع
Imam Nawawi -rohimahulloh- mengatakan: “Adapun menyolati orang kafir, dan mendoakan maghfiroh untuknya, maka ini merupakan perbuatan haram, berdasarkan nash Alqur’an dan Ijma’. (al-Majmu’ 5/120).
وقال ابن تيمية رحمه الله: إن الاستغفار للكفار لا يجوز بالكتاب والسنَّة والإجماع
Ibnu Taimiyah -rohimahulloh- juga mengatakan: Sesungguhnya memintakan maghfiroh untuk orang-orang kafir, tidak dibolehkan, berdasarkan Alqur’an, Hadits, dan Ijma’. (Majmu’ul Fatawa 12/489)
Dan dalil paling tegas dalam masalah ini adalah firman Allah ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) Jahim. (at-Taubah: 113)
KEEMPAT: Mendoakan agar diampuni dosanya ketika mereka masih hidup.
Hal ini dibolehkan dg Dalil hadits berikut:
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بن مسعود: كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Seakan-akan aku sekarang melihat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bercerita tentang seorang Nabi, yg dipukul oleh kaumnya hingga bercucur darah, dan ia mengusap darah tersebut dari wajahnya, tp ia tetap mengatakan: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. (HR. Bukhori 3477).
Memang Hadits ini tidak tegas mengatakan bahwa Nabi yg mendoakan ampunan tersebut adalah Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-… Namun ada riwayat lain yg tegas mengatakan bahwa doa tersebut juga diucapkan oleh Nabi kita Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- kepada kaumnya yg masih kafir:
عن سهل بن سعد قال: شهدت النبي – صلى الله عليه وسلم – حين كُسِرت رباعِيتُهُ وجُرح وجهه وهُشمت البيضة على رأسه، وإني لأعرف من يغسل الدم عن وجهه، ومن ينقل عليه الماء، وماذا جعل على جرحه حتى رقأ الدم؛ كانت فاطمة بنت محمد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – له تغسل الدم عن وجهه، وعلي- رضي الله عنه- ينقل الماء إليها في مِجنَّةٍ، فلما غسلت الدم عن وجه أبيها أحرقت حصيراً، حتى إذا صارت رماداً أخذت من ذلك الرماد، فوضعته على وجهه حتى رقأ الدم، ثم قال يومئذ: اشتد غضب الله على قوم كلموا وجه رسول الله – صلى الله عليه وسلم. ثم مكث ساعة، ثم قال: اللهم! اغفر لقومي؛ فإنهم لا يعلمون
Sahal bin sa’ad mengatakan: Aku telah menyaksikan Nabi -shollallohu alaihi wasallam- saat gigi serinya patah, wajahnya terluka, dan helm perang di kepalanya pecah… sungguh aku juga tahu siapa yg mencuci darah dari wajahnya, siapa yg mendatangkan air kepadanya, dan apa yg ditempatkan dilukanya hingga darahnya mampet… Adalah Fatimah putri Muhammad utusan Allah yg mencuci darah dari wajah, dan Ali -rodliallohu anhu- yg mendatangkan air dalam perisai… maka ketika Fatimah mencuci darah dari wajah ayahnya, dia membakar tikar, sehingga ketika telah menjadi abu, ia mengambil abu itu, lalu menaruhnya di wajah beliau, hingga darahnya mampet… ketika itu beliau mengatakan: “Telah memuncak kemurkaan Allah atas kaum yg melukai wajah Rosulullah”… lalu beliau diam sebentar, dan mengatakan: “Ya Allah ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. (HR. Tobaroni, dan Syeikh Albani dalam Silsilah Shohihah [7/531] mengatakan: Sanadnya Hasan atau Shohih).
Diantara dalil dalam masalah ini adalah Mafhum Mukholafah dari firman Allah berikut:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (*) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (at-Taubah: 113-114)
Ayat ini mengaitkan “larangan memintakan ampun untuk Kaum Musyrikin”, dg keadaan “sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka”. Sehingga sebelum jelas menjadi penghuni neraka, boleh di mintakan ampun… Dan telah shohih dari Ibnu Abbas, bahwa maksud dari firman Allah yg artinya: “Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah” adalah “setelah mati dalam keadaan kufur”. Sehingga sebelum kematiannya, masih boleh dimintakan ampun.
Berikut Atsar dari Ibnu Abbas tersebut:
عن سعيد بن جبير قال : توفى أبو رجل ، وكان يهوديا ، فلم يتبعه ابنه ، فذكر ذلك لابن عباس ، فقال ابن عباس : وما عليه، لو غسله ، واتبعه ، واستغفر له ما كان حيا… ثم قرأ ابن عباس (فلما تبين له أنه عدو لله تبرأ منه) * يقول : لما مات على كفره
Sa’id bin Jubair mengatakan: Ada salah seorang ayah meninggal, dan dia seorang yahudi, sehingga putranya (yg muslim) tidak mengikuti (jenazah)nya, lalu hal itu diceritakan kepada Ibnu Abbas, maka beliau mengatakan: “Tidak sepatutnya ia melakukannya, (alangkah baiknya) apabila ia memandikannya, mengikuti (jenazah)nya, dan memintakan ampun baginya ketika masih hidup… kemudian Ibnu Abbas membaca ayat (yg artinya): “Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, ia pun berlepas diri darinya”, maksudnya: “ketika ia mati dalam keadaan kafir”. (Mushonnaf Abdurrozzaq 6/39).
Dan kesimpulan bolehnya memintakan ampun bagi orang-orang kafir selama masih hidup ini, juga banyak dinyatakan oleh para ulama, diantaranya:
Imam At-Thobari -rohimahulloh-, beliau mengatakan dalam tafsirnya:
وقد تأول قوم قول الله: {ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولى قربى}… الآية، أن النهي من الله عن الاستغفار للمشركين بعد مماتهم، لقوله: {من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم} وقالوا: ذلك لا يتبينه أحد إلا بأن يموت على كفره، وأما هو حي فلا سبيل إلى علم ذلك، فللمؤمنين أن يستغفروا لهم
Sekelompok ulama’ telah menafsiri firman Allah (yg artinya): Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya)… -hingga akhir ayat-; bahwa larangan dari Allah untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin adalah setelah matinya mereka (dalam keadaan kafir), karena firman-Nya (yg artinya): “sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim”. Mereka mengatakan: “alasannya, karena tidak ada yg bisa memastikan (bahwa dia ahli neraka), kecuali setelah ia mati dalam kekafirannya, adapun saat ia masih hidup, maka tidak ada yg bisa mengetahui hal itu, sehingga dibolehkan bagi Kaum Mukminin untuk memintakan ampun bagi mereka. (Tafsir Thobari 12/26)
Dan inilah pendapat yg dipilih oleh beliau dalam tafsirnya. (lihat Tafsir Thobari 12/28)
Imam Al-Qurtubi juga mengatakan dalam tafsirnya:
وَقَدْ قَالَ كَثِيرٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ: لَا بَأْسَ أَنْ يَدْعُوَ الرَّجُلُ لِأَبَوَيْهِ الْكَافِرَيْنِ وَيَسْتَغْفِرَ لَهُمَا مَا دَامَا حَيَّيْنِ. فَأَمَّا مَنْ مَاتَ فَقَدِ انْقَطَعَ عَنْهُ الرَّجَاءُ فَلَا يُدْعَى لَهُ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: كَانُوا يَسْتَغْفِرُونَ لِمَوْتَاهُمْ فَنَزَلَتْ فَأَمْسَكُوا عَنِ الِاسْتِغْفَارِ وَلَمْ يَنْهَهُمْ أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْأَحْيَاءِ حَتَّى يَمُوتُواBanyak dari kalangan ulama mengatakan: Tidak mengapa bagi seorang (muslim) mendoakan kedua orang tuanya yg kafir, dan memintakan ampun bagi keduanya selama mereka masih masih hidup. Adapun orang yg sudah meninggal, maka telah terputus harapan (untuk diampuni dosanya). Ibnu Abbas mengatakan: “Dahulu orang-orang memintakan ampun untuk orang-orang mati mereka, lalu turunlah ayat, maka mereka berhenti dari memintakan ampun. Namun mereka tidak dilarang untuk memintakan ampun bagi orang-orang yg masih hidup hingga mereka meninggal”. (Tafsir Qurtubi 10/400)
Inilah pendapat paling kuat dalam masalah ini, karena bersandarkan dalil dari Alqur’an, Hadits, dan Perkataan Shahabat… Karenanya banyak dari kalangan ulama, memilih pendapat ini… Namun ada dua hal yg perlu digaris bawahi di sini:
- Bahwa yg lebih afdhol adalah mendoakan orang yg kafir agar diberikan hidayah masuk Islam… Karena inilah yg sering dilakukan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, dan inilah yg telah disepakati bolehnya oleh para ulama.
- Ampunan yg sempurna tidak akan diberikan kepada orang kafir, selama dia masih kafir… Sehingga arti dari doa meminta ampunan untuk mereka adalah: ampunan dari sebagian dosa selain kesyirikan dan kekafirannya, atau ampunan untuk semua dosanya dengan jalan diberi hidayah dahulu untuk masuk Islam.
Sekian… wallohu ta’ala a’lam… dan semoga bermanfa’at.
washollallohu wasallama wabaaroka ala Nabiyyina Muhammadin, wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsanin, ila yaumiddin… walhamdulillahi robbil alamin.
PERTAMA: Mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah.
Para Ulama telah sepakat (Ijma’) akan bolehnya hal ini, diantara dalilnya adalah hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَدِمَ الطُّفَيْلُ وَأَصْحَابُهُ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ دَوْسًا قَدْ كَفَرَتْ وَأَبَتْ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا! فَقِيلَ: هَلَكَتْ دَوْسٌ! فَقَالَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ!ـAbu Huroirah -rodliallohu anhu- mengatakan: (Suatu hari) At-Thufail dan para sahabatnya datang, mereka mengatakan: “ya Rosululloh, Kabilah Daus benar-benar telah kufur dan menolak (dakwah Islam), maka doakanlah keburukan untuk mereka! Maka ada yg mengatakan: “Mampuslah kabilah Daus”. Lalu beliau mengatakan: “Ya Allah, berikanlah hidayah kepada Kabilah Daus, dan datangkanlah mereka (kepadaku). (HR. Bukhori 2937 dan Muslim 2524, dg redaksi dari Imam Muslim)
Hadits berikut juga menunjukkan bolehnya mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah:
عَنْ أَبِي مُوسَى رضي الله عنه، قَالَ: كَانَ الْيَهُودُ يَتَعَاطَسُونَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُونَ أَنْ يَقُولَ لَهُمْ يَرْحَمُكُم اللَّهُ، فَيَقُولُ: يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
Abu Musa -rodliallohu anhu- mengatakan: “Dahulu Kaum Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka berharap beliau mau mengucapkan doa untuk mereka “yarhamukalloh (semoga Allah merahmati kalian)”, maka beliau mengatakan doa: “yahdikumulloh wa yushlihabalakum (semoga Allah memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian)” (HR. Tirmidzi 2739 , dan yg lainnya, dishohihkan oleh Syeikh Albani)
KEDUA: Mendoakan kebaikan dalam perkara dunia.
Hal ini dibolehkan karena adanya contoh dari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-… lihatlah dalam hadits di atas, beliau mendoakan kepada Kaum Yahudi:
يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Semoga Allah memberi kalian hidayah, dan memperbaiki keadaan kalian”
Ada juga ikrar (persetujuan) Rosulullah -shollallohu alaihi wasallam- dalam hal ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ قَالَ: بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ فَنَزَلْنَا بِقَوْمٍ، فَسَأَلْنَاهُمُ القِرَى فَلَمْ يَقْرُونَا، فَلُدِغَ سَيِّدُهُمْ فَأَتَوْنَا فَقَالُوا: هَلْ فِيكُمْ مَنْ يَرْقِي مِنَ العَقْرَبِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ أَنَا، وَلَكِنْ لاَ أَرْقِيهِ حَتَّى تُعْطُونَا غَنَمًا، قَالُوا: فَإِنَّا نُعْطِيكُمْ ثَلاَثِينَ شَاةً، فَقَبِلْنَا فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ: الحَمْدُ لِلَّهِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَبَرَأَ وَقَبَضْنَا الغَنَمَ، قَالَ: فَعَرَضَ فِي أَنْفُسِنَا مِنْهَا شَيْءٌ فَقُلْنَا: لاَ تَعْجَلُوا حَتَّى تَأْتُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَيْهِ ذَكَرْتُ لَهُ الَّذِي صَنَعْتُ، قَالَ: وَمَا عَلِمْتَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ اقْبِضُوا الغَنَمَ وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍAbu Said al-Khudri mengatakan: (Suatu saat) Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- menugaskan kami dalam Sariyyah (pasukan kecil), lalu kami singgah di suatu kaum, dan kami meminta mereka agar menjamu kami tapi mereka menolaknya. Lalu pemimpin mereka terkena sengatan hewan, maka mereka mendatangi kami, dan mengatakan: “Adakah diantara kalian yg bisa meruqyah sakit karena sengatan Kalajengking?”. Maka ku jawab: “Ya, aku bisa, tapi aku tidak akan meruqyahnya kecuali kalian memberi kami kambing”. Mereka mengatakan: “Kami akan memberikan 30 kambing kepada kalian”. Maka kami menerima tawaran itu, dan aku membacakan kepada (pemimpin)nya surat Alhamdulilah sebanyak 7 kali, maka ia pun sembuh, dan kami terima imbalan (30) kambing.
Abu Sa’id mengatakan: Lalu ada sesuatu yg mengganjal di hati kami (dari langkah ini), maka kami mengatakan: “Jangan tergesa-gesa (dg imbalan kambing ini), sampai kalian mendatangi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-.
Abu sa’id mengatakan: Maka ketika kami mendatangi beliau, aku menyebutkan apa yg telah kulakukan. Beliau mengatakan: “Dari mana kau tahu, bahwa (Alfatihah) itu Ruqyah?, ambillah kambingnya dan berilah aku bagian darinya”. (HR. Tirmidzi [2063] dg redaksi ini, kisah ini juga diriwayatkan di dalam shohih Bukhori [2276] dan shohih Muslim [2201]).
Hadits ini menjelaskan bolehnya kita me-ruqyah orang kafir agar sakitnya sembuh, dan ini merupakan bentuk dari tindakan mendoakan kebaikan untuk mereka dalam urusan dunia.
Diantara dalil dalam masalah ini adalah dibolehkannya kita menjawab salamnya orang kafir, walaupun bolehnya hanya sebatas “wa’alaikum“, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:
إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الكِتَابِ فَقُولُوا: وَعَلَيْكُمْ
“Jika seorang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) mengucapkan salam kepada kalian, maka jawablah dg ucapan: “Wa’alaikum“. (HR. Bukhori [5788], dan Muslim [4024])
Ada juga contoh dari salah seorang Sahabat Nabi dalam masalah ini:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ: أَنَّهُ مَرَّ بِرَجُلٍ هَيْئَتُهُ هَيْئَةُ مُسْلِمٍ، فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ: وَعَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ لَهُ الْغُلَامُ: إِنَّهُ نَصْرَانِيٌّ! فَقَامَ عُقْبَةُ فَتَبِعَهُ حَتَّى أَدْرَكَهُ. فَقَالَ: إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ وَبَرَكَاتَهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ، لَكِنْ أَطَالَ اللَّهُ حَيَاتَكَ، وَأَكْثَرَ مالك، وولدك
Uqbah bin Amir al-Juhani -rodhiallohu anhu- menceritakan: bahwa dia pernah berpapasan dg seseorang yg gayanya seperti muslim, lalu orang tersebut memberi salam kepadanya, maka ia pun menjawabnya dengan ucapan: “wa’alaika wa rohmatulloh wabarokatuh”… Maka pelayannya mengatakan padanya: Dia itu seorang nasrani!… Lalu Uqbah pun beranjak dan mengikutinya hingga ia mendapatkannya, maka ia mengatakan: “Sesungguhnya rahmat dan berkah Allah itu untuk Kaum Mukminin, akan tetapi semoga Allah memanjangkan umurmu, dan memperbanyak harta dan anakmu” (HR. Bukhori dalam kitabnya Adabul Mufrod 1/430, dan dihasankan oleh Syeikh Albani)
Banyak ulama yg memberi batasan: bahwa orang kafir yg didoakan kebaikan, harus bukan dalam kategori kafir harbi (yakni kafir yg memerangi Kaum Muslimin)… Dan ini sangatlah tepat… Syeikh Albani -rohimahulloh- mengatakan:
ولكن لا بد أن يلاحظ الداعي أن لا يكون الكافر عدواً للمسلمين
Akan tetapi, orang yg mendoakan kebaikan harus memperhatikan, bahwa orang kafir tersebut bukanlah musuh (perang) bagi Kaum Muslimin. (Ta’liq Kitab Adab Mufrod 1/430).
KETIGA: Mendoakan agar dosa mereka diampuni, setelah mereka mati dalam keadaan kafir.
Para ulama telah sepakat (Ijma’) bahwa hal ini diharamkan:
قال النووي رحمه الله : وأما الصلاة على الكافر والدعاء له بالمغفرة فحرام بنص القرآن والإجماع
Imam Nawawi -rohimahulloh- mengatakan: “Adapun menyolati orang kafir, dan mendoakan maghfiroh untuknya, maka ini merupakan perbuatan haram, berdasarkan nash Alqur’an dan Ijma’. (al-Majmu’ 5/120).
وقال ابن تيمية رحمه الله: إن الاستغفار للكفار لا يجوز بالكتاب والسنَّة والإجماع
Ibnu Taimiyah -rohimahulloh- juga mengatakan: Sesungguhnya memintakan maghfiroh untuk orang-orang kafir, tidak dibolehkan, berdasarkan Alqur’an, Hadits, dan Ijma’. (Majmu’ul Fatawa 12/489)
Dan dalil paling tegas dalam masalah ini adalah firman Allah ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) Jahim. (at-Taubah: 113)
KEEMPAT: Mendoakan agar diampuni dosanya ketika mereka masih hidup.
Hal ini dibolehkan dg Dalil hadits berikut:
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بن مسعود: كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Seakan-akan aku sekarang melihat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bercerita tentang seorang Nabi, yg dipukul oleh kaumnya hingga bercucur darah, dan ia mengusap darah tersebut dari wajahnya, tp ia tetap mengatakan: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. (HR. Bukhori 3477).
Memang Hadits ini tidak tegas mengatakan bahwa Nabi yg mendoakan ampunan tersebut adalah Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-… Namun ada riwayat lain yg tegas mengatakan bahwa doa tersebut juga diucapkan oleh Nabi kita Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- kepada kaumnya yg masih kafir:
عن سهل بن سعد قال: شهدت النبي – صلى الله عليه وسلم – حين كُسِرت رباعِيتُهُ وجُرح وجهه وهُشمت البيضة على رأسه، وإني لأعرف من يغسل الدم عن وجهه، ومن ينقل عليه الماء، وماذا جعل على جرحه حتى رقأ الدم؛ كانت فاطمة بنت محمد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – له تغسل الدم عن وجهه، وعلي- رضي الله عنه- ينقل الماء إليها في مِجنَّةٍ، فلما غسلت الدم عن وجه أبيها أحرقت حصيراً، حتى إذا صارت رماداً أخذت من ذلك الرماد، فوضعته على وجهه حتى رقأ الدم، ثم قال يومئذ: اشتد غضب الله على قوم كلموا وجه رسول الله – صلى الله عليه وسلم. ثم مكث ساعة، ثم قال: اللهم! اغفر لقومي؛ فإنهم لا يعلمون
Sahal bin sa’ad mengatakan: Aku telah menyaksikan Nabi -shollallohu alaihi wasallam- saat gigi serinya patah, wajahnya terluka, dan helm perang di kepalanya pecah… sungguh aku juga tahu siapa yg mencuci darah dari wajahnya, siapa yg mendatangkan air kepadanya, dan apa yg ditempatkan dilukanya hingga darahnya mampet… Adalah Fatimah putri Muhammad utusan Allah yg mencuci darah dari wajah, dan Ali -rodliallohu anhu- yg mendatangkan air dalam perisai… maka ketika Fatimah mencuci darah dari wajah ayahnya, dia membakar tikar, sehingga ketika telah menjadi abu, ia mengambil abu itu, lalu menaruhnya di wajah beliau, hingga darahnya mampet… ketika itu beliau mengatakan: “Telah memuncak kemurkaan Allah atas kaum yg melukai wajah Rosulullah”… lalu beliau diam sebentar, dan mengatakan: “Ya Allah ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. (HR. Tobaroni, dan Syeikh Albani dalam Silsilah Shohihah [7/531] mengatakan: Sanadnya Hasan atau Shohih).
Diantara dalil dalam masalah ini adalah Mafhum Mukholafah dari firman Allah berikut:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (*) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (at-Taubah: 113-114)
Ayat ini mengaitkan “larangan memintakan ampun untuk Kaum Musyrikin”, dg keadaan “sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka”. Sehingga sebelum jelas menjadi penghuni neraka, boleh di mintakan ampun… Dan telah shohih dari Ibnu Abbas, bahwa maksud dari firman Allah yg artinya: “Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah” adalah “setelah mati dalam keadaan kufur”. Sehingga sebelum kematiannya, masih boleh dimintakan ampun.
Berikut Atsar dari Ibnu Abbas tersebut:
عن سعيد بن جبير قال : توفى أبو رجل ، وكان يهوديا ، فلم يتبعه ابنه ، فذكر ذلك لابن عباس ، فقال ابن عباس : وما عليه، لو غسله ، واتبعه ، واستغفر له ما كان حيا… ثم قرأ ابن عباس (فلما تبين له أنه عدو لله تبرأ منه) * يقول : لما مات على كفره
Sa’id bin Jubair mengatakan: Ada salah seorang ayah meninggal, dan dia seorang yahudi, sehingga putranya (yg muslim) tidak mengikuti (jenazah)nya, lalu hal itu diceritakan kepada Ibnu Abbas, maka beliau mengatakan: “Tidak sepatutnya ia melakukannya, (alangkah baiknya) apabila ia memandikannya, mengikuti (jenazah)nya, dan memintakan ampun baginya ketika masih hidup… kemudian Ibnu Abbas membaca ayat (yg artinya): “Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, ia pun berlepas diri darinya”, maksudnya: “ketika ia mati dalam keadaan kafir”. (Mushonnaf Abdurrozzaq 6/39).
Dan kesimpulan bolehnya memintakan ampun bagi orang-orang kafir selama masih hidup ini, juga banyak dinyatakan oleh para ulama, diantaranya:
Imam At-Thobari -rohimahulloh-, beliau mengatakan dalam tafsirnya:
وقد تأول قوم قول الله: {ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولى قربى}… الآية، أن النهي من الله عن الاستغفار للمشركين بعد مماتهم، لقوله: {من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم} وقالوا: ذلك لا يتبينه أحد إلا بأن يموت على كفره، وأما هو حي فلا سبيل إلى علم ذلك، فللمؤمنين أن يستغفروا لهم
Sekelompok ulama’ telah menafsiri firman Allah (yg artinya): Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya)… -hingga akhir ayat-; bahwa larangan dari Allah untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin adalah setelah matinya mereka (dalam keadaan kafir), karena firman-Nya (yg artinya): “sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim”. Mereka mengatakan: “alasannya, karena tidak ada yg bisa memastikan (bahwa dia ahli neraka), kecuali setelah ia mati dalam kekafirannya, adapun saat ia masih hidup, maka tidak ada yg bisa mengetahui hal itu, sehingga dibolehkan bagi Kaum Mukminin untuk memintakan ampun bagi mereka. (Tafsir Thobari 12/26)
Dan inilah pendapat yg dipilih oleh beliau dalam tafsirnya. (lihat Tafsir Thobari 12/28)
Imam Al-Qurtubi juga mengatakan dalam tafsirnya:
وَقَدْ قَالَ كَثِيرٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ: لَا بَأْسَ أَنْ يَدْعُوَ الرَّجُلُ لِأَبَوَيْهِ الْكَافِرَيْنِ وَيَسْتَغْفِرَ لَهُمَا مَا دَامَا حَيَّيْنِ. فَأَمَّا مَنْ مَاتَ فَقَدِ انْقَطَعَ عَنْهُ الرَّجَاءُ فَلَا يُدْعَى لَهُ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: كَانُوا يَسْتَغْفِرُونَ لِمَوْتَاهُمْ فَنَزَلَتْ فَأَمْسَكُوا عَنِ الِاسْتِغْفَارِ وَلَمْ يَنْهَهُمْ أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْأَحْيَاءِ حَتَّى يَمُوتُواBanyak dari kalangan ulama mengatakan: Tidak mengapa bagi seorang (muslim) mendoakan kedua orang tuanya yg kafir, dan memintakan ampun bagi keduanya selama mereka masih masih hidup. Adapun orang yg sudah meninggal, maka telah terputus harapan (untuk diampuni dosanya). Ibnu Abbas mengatakan: “Dahulu orang-orang memintakan ampun untuk orang-orang mati mereka, lalu turunlah ayat, maka mereka berhenti dari memintakan ampun. Namun mereka tidak dilarang untuk memintakan ampun bagi orang-orang yg masih hidup hingga mereka meninggal”. (Tafsir Qurtubi 10/400)
Inilah pendapat paling kuat dalam masalah ini, karena bersandarkan dalil dari Alqur’an, Hadits, dan Perkataan Shahabat… Karenanya banyak dari kalangan ulama, memilih pendapat ini… Namun ada dua hal yg perlu digaris bawahi di sini:
- Bahwa yg lebih afdhol adalah mendoakan orang yg kafir agar diberikan hidayah masuk Islam… Karena inilah yg sering dilakukan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, dan inilah yg telah disepakati bolehnya oleh para ulama.
- Ampunan yg sempurna tidak akan diberikan kepada orang kafir, selama dia masih kafir… Sehingga arti dari doa meminta ampunan untuk mereka adalah: ampunan dari sebagian dosa selain kesyirikan dan kekafirannya, atau ampunan untuk semua dosanya dengan jalan diberi hidayah dahulu untuk masuk Islam.
Sekian… wallohu ta’ala a’lam… dan semoga bermanfa’at.
washollallohu wasallama wabaaroka ala Nabiyyina Muhammadin, wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsanin, ila yaumiddin… walhamdulillahi robbil alamin.
Minggu, 20 Januari 2013
Kata-kata Hikmah Orang-orang Soleh
A. SAYIDINA ABU BAKAR AS SIDDIQ
Khalifah ur Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:
1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan samalah seperti orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.
2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara iaitu:
a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah ‘La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.’
e. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
3. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat
menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya.
Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
4. Sayidina Abu Bakar berkata:
Terdapat lapan perkara yang menjadi perhiasan kepada lapan perkara:
– Menjaga perkara yang haram, perhiasan kepada fakir.
– Syukur perhiasan kepada nikmat
– Sabar perhiasan kepada bala.
– Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan.
– Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu.
– Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.
– Meninggalkan riyak perhiasan kepada kebaikan.
– Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.
5. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia nescaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu.
6. Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan.
7. Dia berkata kepada para Sahabat:
Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku.
B. SAYIDINA UMAR AL KHATTAB
1. Khalifah kedua, Sayidina Umar berpesan:
Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya
hikmah.
Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya
hati yang khusyuk.
Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya
kelazatan dalam beribadah.
Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan
sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana
yang dia suka.
Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan
kepadanya kehebatan.
Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan
kepadanya keelokan atau kemuliaan.
Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan
kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.
Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan
pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan
daripada nifak.
2. Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.
3. Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidak dapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.
4. Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.
5. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari:
“Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”
C. SAYIDINA USMAN IBNU AFFAN R.A.
Mari kita lihat pula kata-kata hikmah daripada khalifah ketiga, Sayidina Usman Ibnu Affan r.a. Di antaranya:
1. Aku mendapat kemanisan ibadah dalam empat perkara:
a. Sewaktu menunaikan apa yang difardhukan Allah.
b. Meninggalkan apa-apa yang Allah haramkan.
c. Ketika menyeru kepada kebaikan.
d. Ketika mencegah kemungkaran dan menjaga diri daripada membuat perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah.
2. Katanya lagi: Empat perkara yang pada zahirnya fadhilat dan pada batinnya wajib:
a. Bergaul dengan orang soleh itu fadhilat, mengikut amalan mereka itu wajib.
b. Membaca Al Quran itu fadhilat, beramal dengannya itu wajib.
c. Menziarahi kubur itu fadhilat, bersedia untuknya itu wajib.
d. Menziarahi orang sakit itu fadhilat, menunaikan wasiat itu wajib.
3. Pesanannya: Antara tanda-tanda ‘arifin itu ialah:
a. Hatinya berserta takut dan harap.
b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.
c. Matanya berserta malu melihat perkara yang dilarang dan banyak menangis.
d. Kehendaknya bersih dari cinta dunia dan bertujuan menuntut keredhaan Allah.
D. SAYIDINA ALI ABU TALIB K.W.
Khalifah keempat, Sayidina Ali k.w. berkata:
1. Ilmu itu sebaik-baik pusaka.
Adab itu sebaik-baik sifat.
Taqwa itu sebaik-baik bekalan.
Ibadah itu sebaik-baik barang perniagaan.
2. Siapa yang tinggalkan dunia, dikasihi oleh Allah.
Siapa yang tinggalkan dosa, dikasihi oleh malaikat.
Siapa tinggalkan tamak, dikasihi oleh orang-orang Islam.
3. Siapa yang tidak ada padanya sunnah Allah, sunnah Rasul dan sunnah wali-Nya, maka tiadalah apa-apa kebaikan padanya. Ditanya orang pada Sayidina Ali k.w., “Apakah sunnah Allah?”
Sayidina Ali menjawab, “Menyembunyikan rahsia (misalnya menutup aib orang lain).”
Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah Rasulullah?”
Sayidina Ali berkata, “Berlemah lembut dengan sesama manusia.”
Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah wali-Nya?”
Sayidina Ali menjawab, “(Sabar dalam) menanggung penderitaan.”
4. Susah sekali melakukan kebaikan pada empat tempat:
– Memberi maaf ketika marah.
– Bersedekah ketika kesempitan.
– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri.
– Berkata benar kepada orang yang ditakuti atau orang
yang selalu menolong.
5. Memadai aku merasa mulia bahawa Engkau Tuhan bagiku dan memadailah aku merasa bangga bahawa aku menjadi hamba-Mu. Engkau yang aku cintai maka berilah aku taufik (agar dapat melakukan perkara-perkara yang Engkau cintai).
6. Hendaklah kamu lebih mengambil berat bagi diterima amalamal kamu daripada beramal. Sesungguhnya sangat besar nilainya amalan yang disertai taqwa dan betapa lagi kalau amalan itu diterima.
7. Janganlah mengharap seorang hamba itu melainkan Tuhannya dan janganlah dia takut melainkan dosanya.
8. Tiada kebaikan ibadah tanpa ilmu dan tiada kebaikan ilmu tanpa faham dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tiada perhatian.
9. Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang iaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka.
10. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukkan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.
11. Buta hati akan lupa zikrullah.
12. Orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai masanya dia ditimpa kecewa dan sesal tidak berhujung kerana diperlihatkan Allah hal-hal yang selama ini tidak dikiranya.
E. UMAR IBNU AZIZ
Orang yang bertaqwa itu dikekang.
Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
Kemaafan yang utama itu ketika berkuasa.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menasihati gabenor-gabenor di daerah pemerintahannya dengan katanya:
“Kekuasaan yang berada di tangan tuan-tuan telah memungkinkan tuan-tuan menzalimi rakyat. Bila terasa di hatimu untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri kamu.”
“Ketahuilah bahawa satu kejahatan yang ditimpakan pada rakyat akan tetap tercatat dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahawa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya.”
F. SUFFIAN AS SAURI
1. Tidak ada ketaatan kepada kedua ibu bapa pada perkara yang syubhat.
2. Ada orang yang banyak harta tapi dia zuhud. Ada pula orang yang fakir tapi dia sangat cinta dengan dunia.
3. Menuntut ilmu lebih utama daripada sembahyang sunat.
G. IMAM ASY SYAFIE
Siapa yang hendakkan Akhirat, hendaklah ikhlas dalam menuntut ilmu.
Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama melainkan memiliki kefakiran dan memadai apa yang ada serta redha dengan kedua-duanya.
Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua sebab setelah menjadi ketua, tiada jalan lagi bagi kamu mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal sifat-sifat mazmumah (keji).
Siapa yang ingin Allah menutup kejahatannya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik dengan manusia.
H. IMAM MALIK
Bukanlah ilmu itu dengan membanyakkan riwayat tapi ilmu itu ialah cahaya yang Allah letak dalam hati.
Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
Orang yang benar-benar menuntut ilmu itu pasti memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
I. IMAM ABU HANIFAH
Setiap kali aku bersembahyang, aku doakan untuk guruku Hammad dan setiap orang yang aku belajar ilmu daripadanya atau aku mengajarkannya (murid-murid).
Aku bergaul dengan manusia sejak 50 tahun. Aku dapati tidak ada seorang pun yang mengampunkan dosaku. Tidak ada yang menghubungiku ketika aku memutuskannya.
Tidak ada yang menutup aibku dan aku tidak aman apabila dia telah marah kepadaku. Maka aku sangat berbimbangbimbang dengan mereka itu.
Sesungguhnya tidak ada yang lebih mulia dari seorang alim yang warak.
J. IMAM AHMAD
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil upah di atas ilmunya.
K. SUFYAN BIN AINAH
Dua perkara yang susah sekali mengubatinya iaitu meninggalkan
loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan
amal untuk Allah.
Siapa yang ditambah akalnya kuranglah rezekinya.
Zuhud di dunia itu ialah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan
mati.
Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka dia akan
memberi mudharat padamu.
Tidak dianggap orang yang berilmu itu berakal selagi dia
tidak melihat dirinya hina.
L. LAIN-LAIN PESANAN
Surat dari ibu Aisyah r.ha. untuk Khalifah Muawiyah berbunyi
begini:
Aku dengar Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang mengusahakan keredhaan Allah sampai dikesali manusia, dia akan disokong Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang membelakangkan Allah agar disenangi manusia, nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia itu.”
Oleh itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah kerana bila tuan takut pada Allah, Dia akan menyokongmu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia, mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah.
Luqmanul Hakim menasihati anaknya:
“Wahai anakku, dampingi selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka supaya tidak dibenci oleh mereka.”
“Ambillah dunia sekadar keperluan dan selebihnya belanjakanlah untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak habis agar engkau tidak jadi parasit (hidup menumpang) yang membebankan orang lain.”
“Selalu-selalulah berpuasa untuk menundukkan nafsumu, tetapi janganlah sampai meletihkan badan sehingga terganggu ibadah sembahyang kerana sembahyang lebih utama dari puasa. Janganlah kamu berkawan dengan orang yang bodoh sombong dan bermuka dua.”
Seorang ulama salaf berkata:
“Setiap hamba yang berbuat dosa, bumi tempat dia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya, tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu: “Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia tempoh. Mungkin dia akan bertaubat kepada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin sahaja dia mengganti kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala.”
Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah:
Maksudnya: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh, tiada seorang pun yang mampu menahannya selain dari Dia.” (Fathir:
41)
Yahaya bin Muaz r.a. berkata:
“Malang sekali nasib keturunan Nabi Adam, kalau mereka cemas dengan Neraka seperti cemaskan kemiskinan tentulah mereka akan masuk Syurga.”
Setengah ulama salaf bermunajat begini:
“Ya Allah, generasi mana yang tidak membuat kederhakaan pada-Mu namun Engkau tetap memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun.
Demi kemuliaan-Mu, Engkau diderhakai manusia namun Engkau tetap menghujankan pemberian dan rezeki bagaikan Engkau tidak pandai marah, ya Tuhan kami.”
sumber : http://kawansejati.ee.itb.ac.id/31-kata-kata-hikmah-orang-orang-soleh
Khalifah ur Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:
1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan samalah seperti orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.
2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara iaitu:
a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah ‘La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.’
e. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
3. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat
menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya.
Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
4. Sayidina Abu Bakar berkata:
Terdapat lapan perkara yang menjadi perhiasan kepada lapan perkara:
– Menjaga perkara yang haram, perhiasan kepada fakir.
– Syukur perhiasan kepada nikmat
– Sabar perhiasan kepada bala.
– Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan.
– Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu.
– Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.
– Meninggalkan riyak perhiasan kepada kebaikan.
– Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.
5. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia nescaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu.
6. Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan.
7. Dia berkata kepada para Sahabat:
Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku.
B. SAYIDINA UMAR AL KHATTAB
1. Khalifah kedua, Sayidina Umar berpesan:
Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya
hikmah.
Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya
hati yang khusyuk.
Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya
kelazatan dalam beribadah.
Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan
sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana
yang dia suka.
Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan
kepadanya kehebatan.
Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan
kepadanya keelokan atau kemuliaan.
Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan
kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.
Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan
pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan
daripada nifak.
2. Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.
3. Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidak dapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.
4. Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.
5. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari:
“Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”
C. SAYIDINA USMAN IBNU AFFAN R.A.
Mari kita lihat pula kata-kata hikmah daripada khalifah ketiga, Sayidina Usman Ibnu Affan r.a. Di antaranya:
1. Aku mendapat kemanisan ibadah dalam empat perkara:
a. Sewaktu menunaikan apa yang difardhukan Allah.
b. Meninggalkan apa-apa yang Allah haramkan.
c. Ketika menyeru kepada kebaikan.
d. Ketika mencegah kemungkaran dan menjaga diri daripada membuat perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah.
2. Katanya lagi: Empat perkara yang pada zahirnya fadhilat dan pada batinnya wajib:
a. Bergaul dengan orang soleh itu fadhilat, mengikut amalan mereka itu wajib.
b. Membaca Al Quran itu fadhilat, beramal dengannya itu wajib.
c. Menziarahi kubur itu fadhilat, bersedia untuknya itu wajib.
d. Menziarahi orang sakit itu fadhilat, menunaikan wasiat itu wajib.
3. Pesanannya: Antara tanda-tanda ‘arifin itu ialah:
a. Hatinya berserta takut dan harap.
b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.
c. Matanya berserta malu melihat perkara yang dilarang dan banyak menangis.
d. Kehendaknya bersih dari cinta dunia dan bertujuan menuntut keredhaan Allah.
D. SAYIDINA ALI ABU TALIB K.W.
Khalifah keempat, Sayidina Ali k.w. berkata:
1. Ilmu itu sebaik-baik pusaka.
Adab itu sebaik-baik sifat.
Taqwa itu sebaik-baik bekalan.
Ibadah itu sebaik-baik barang perniagaan.
2. Siapa yang tinggalkan dunia, dikasihi oleh Allah.
Siapa yang tinggalkan dosa, dikasihi oleh malaikat.
Siapa tinggalkan tamak, dikasihi oleh orang-orang Islam.
3. Siapa yang tidak ada padanya sunnah Allah, sunnah Rasul dan sunnah wali-Nya, maka tiadalah apa-apa kebaikan padanya. Ditanya orang pada Sayidina Ali k.w., “Apakah sunnah Allah?”
Sayidina Ali menjawab, “Menyembunyikan rahsia (misalnya menutup aib orang lain).”
Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah Rasulullah?”
Sayidina Ali berkata, “Berlemah lembut dengan sesama manusia.”
Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah wali-Nya?”
Sayidina Ali menjawab, “(Sabar dalam) menanggung penderitaan.”
4. Susah sekali melakukan kebaikan pada empat tempat:
– Memberi maaf ketika marah.
– Bersedekah ketika kesempitan.
– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri.
– Berkata benar kepada orang yang ditakuti atau orang
yang selalu menolong.
5. Memadai aku merasa mulia bahawa Engkau Tuhan bagiku dan memadailah aku merasa bangga bahawa aku menjadi hamba-Mu. Engkau yang aku cintai maka berilah aku taufik (agar dapat melakukan perkara-perkara yang Engkau cintai).
6. Hendaklah kamu lebih mengambil berat bagi diterima amalamal kamu daripada beramal. Sesungguhnya sangat besar nilainya amalan yang disertai taqwa dan betapa lagi kalau amalan itu diterima.
7. Janganlah mengharap seorang hamba itu melainkan Tuhannya dan janganlah dia takut melainkan dosanya.
8. Tiada kebaikan ibadah tanpa ilmu dan tiada kebaikan ilmu tanpa faham dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tiada perhatian.
9. Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang iaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka.
10. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukkan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.
11. Buta hati akan lupa zikrullah.
12. Orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai masanya dia ditimpa kecewa dan sesal tidak berhujung kerana diperlihatkan Allah hal-hal yang selama ini tidak dikiranya.
E. UMAR IBNU AZIZ
Orang yang bertaqwa itu dikekang.
Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
Kemaafan yang utama itu ketika berkuasa.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menasihati gabenor-gabenor di daerah pemerintahannya dengan katanya:
“Kekuasaan yang berada di tangan tuan-tuan telah memungkinkan tuan-tuan menzalimi rakyat. Bila terasa di hatimu untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri kamu.”
“Ketahuilah bahawa satu kejahatan yang ditimpakan pada rakyat akan tetap tercatat dalam daftar dosa. Ketahuilah pula bahawa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap yang menzaliminya.”
F. SUFFIAN AS SAURI
1. Tidak ada ketaatan kepada kedua ibu bapa pada perkara yang syubhat.
2. Ada orang yang banyak harta tapi dia zuhud. Ada pula orang yang fakir tapi dia sangat cinta dengan dunia.
3. Menuntut ilmu lebih utama daripada sembahyang sunat.
G. IMAM ASY SYAFIE
Siapa yang hendakkan Akhirat, hendaklah ikhlas dalam menuntut ilmu.
Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama melainkan memiliki kefakiran dan memadai apa yang ada serta redha dengan kedua-duanya.
Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua sebab setelah menjadi ketua, tiada jalan lagi bagi kamu mencari pengetahuan.
Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal sifat-sifat mazmumah (keji).
Siapa yang ingin Allah menutup kejahatannya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik dengan manusia.
H. IMAM MALIK
Bukanlah ilmu itu dengan membanyakkan riwayat tapi ilmu itu ialah cahaya yang Allah letak dalam hati.
Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
Orang yang benar-benar menuntut ilmu itu pasti memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
I. IMAM ABU HANIFAH
Setiap kali aku bersembahyang, aku doakan untuk guruku Hammad dan setiap orang yang aku belajar ilmu daripadanya atau aku mengajarkannya (murid-murid).
Aku bergaul dengan manusia sejak 50 tahun. Aku dapati tidak ada seorang pun yang mengampunkan dosaku. Tidak ada yang menghubungiku ketika aku memutuskannya.
Tidak ada yang menutup aibku dan aku tidak aman apabila dia telah marah kepadaku. Maka aku sangat berbimbangbimbang dengan mereka itu.
Sesungguhnya tidak ada yang lebih mulia dari seorang alim yang warak.
J. IMAM AHMAD
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil upah di atas ilmunya.
K. SUFYAN BIN AINAH
Dua perkara yang susah sekali mengubatinya iaitu meninggalkan
loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan
amal untuk Allah.
Siapa yang ditambah akalnya kuranglah rezekinya.
Zuhud di dunia itu ialah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan
mati.
Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka dia akan
memberi mudharat padamu.
Tidak dianggap orang yang berilmu itu berakal selagi dia
tidak melihat dirinya hina.
L. LAIN-LAIN PESANAN
Surat dari ibu Aisyah r.ha. untuk Khalifah Muawiyah berbunyi
begini:
Aku dengar Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang mengusahakan keredhaan Allah sampai dikesali manusia, dia akan disokong Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang membelakangkan Allah agar disenangi manusia, nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia itu.”
Oleh itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah kerana bila tuan takut pada Allah, Dia akan menyokongmu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia, mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah.
Luqmanul Hakim menasihati anaknya:
“Wahai anakku, dampingi selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan mereka supaya tidak dibenci oleh mereka.”
“Ambillah dunia sekadar keperluan dan selebihnya belanjakanlah untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak habis agar engkau tidak jadi parasit (hidup menumpang) yang membebankan orang lain.”
“Selalu-selalulah berpuasa untuk menundukkan nafsumu, tetapi janganlah sampai meletihkan badan sehingga terganggu ibadah sembahyang kerana sembahyang lebih utama dari puasa. Janganlah kamu berkawan dengan orang yang bodoh sombong dan bermuka dua.”
Seorang ulama salaf berkata:
“Setiap hamba yang berbuat dosa, bumi tempat dia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya, tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu: “Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia tempoh. Mungkin dia akan bertaubat kepada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin sahaja dia mengganti kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala.”
Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah:
Maksudnya: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh, tiada seorang pun yang mampu menahannya selain dari Dia.” (Fathir:
41)
Yahaya bin Muaz r.a. berkata:
“Malang sekali nasib keturunan Nabi Adam, kalau mereka cemas dengan Neraka seperti cemaskan kemiskinan tentulah mereka akan masuk Syurga.”
Setengah ulama salaf bermunajat begini:
“Ya Allah, generasi mana yang tidak membuat kederhakaan pada-Mu namun Engkau tetap memberi rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun.
Demi kemuliaan-Mu, Engkau diderhakai manusia namun Engkau tetap menghujankan pemberian dan rezeki bagaikan Engkau tidak pandai marah, ya Tuhan kami.”
sumber : http://kawansejati.ee.itb.ac.id/31-kata-kata-hikmah-orang-orang-soleh
60 Sahabat Nabi Muhammad SAW
Enam puluh sahabat Rasulullah ini diambil dari Daftar Isi buku yang berjudul Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah yang disusun oleh Khalid Muhammad Khalid dan telah dialihbahasakan oleh Mahyuddin Syaf, dkk, diterbitkan oleh CV Penerbit Diponegoro Bandung.
1) MUSH’AB BIN UMAIR : Duta Islam yang pertama.
2) SALMAN AL-FARISI : Pencari kebenaran.
3) ABU DZAR AL-GHIFARI : Tokoh gerakan hidup sederhana.
4) BILAL BIN RABAH : Muadzin Rasulullah … Lambang persamaan derajat manusia.
5) ABDULLAH BIN UMAR : Tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
6) SA’AD BIN ABI WAQQASH : Singa yang menyembunyikan kukunya.
7) SHUHAIB BIN SINAN : Abu Yahya yang selalu mendapat laba.
8) MU’ADZ BIN JABAL : Cendekiawan Muslim yang palin tahu mana yang halal dan mana yang haram.
9) MIQDAD BIN ‘AMR : Pelopor barisan berkuda dan ahli filsafat.
10) SA’ID BIN AMIR : Pemilik kebesaran di balik kesederhanaan.
11) HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB : Singa Allah dan panglima syuhada.
12) ABDULLAH BIN MAS’UD : Yang pertama kali mengumandangakn Al-Qur’an dengan suara merdu.
13) HUDZAIFAH IBNUL YAMAN : Seteru kemunafikan – Kawan keterbukaan.
14) ‘AMMAR BIN YASIR : Seorang tokoh penghuni surga.
15) ‘UBAIDAH BIN SHAMIT : Tokoh yang gigih menentang penyelewengan.
16) KHABBAB BIN ARATS : Guru besar dalam berkorban.
17) ABU ‘UBAIDAH IBNUL JARRAH : Orang kepercayaan ummat.
18) UTSMAN BIN MAZH’UN : Yang pernah mengabaikan kesenangan hidup duniawi.
19) ZAID BIN HARITSAH : Tak ada orang yang lebih dicintainya daripada Rasulullah.
20) JA’FAR BIN ABU THALIB : Jasmani maupun perangainya mirip Rasulullah.
21) ABDULLAH IBNU RAWAHAH : Yang bersemboyan : Wahai diri …. Jika kau tidak gugur di medan juang …. Kau tetap akan mati … Walau di atas ranjang.
22) KHALID IBNUL WALID : Ia selalu waspada, dan tidak membiarkan orang lengah dan alfa.
23) QAIS BIN SA’AD BIN ‘UBADAH : Kalau tidaklah karena Islam, maka ia lah ahli tipu muslihat Arab yang paling lihai.
24) UMAIR BIN WAHAB : Jagoan Quraisy yang berbalik membela Islam yang gigih.
25) ABU DARDA : Seorang budiman dan ahli hikmat yang luar biasa.
26) ZAID IBNUL KHATTHAB : Rajawali pertempuran Yamamah.
27) THALHAH BIN UBAIDILLAH : Pahlawan perang Uhud.
28) ZUBAIR BIN AWWAM : Pembela Rasulullah s.a.w.
29) KHUBAIB BIN ‘ADI : Pahlawan yang syahid di kayu salib.
30) UMAIR BIN SA’AD : Tokoh yang tak ada duanya.
31) ZAID BIN TSABIT : Penghimpun Kitab Suci Al-Qur’an.
32) KHALID BIN SA’ID BIN ‘ASH : Anggota pasukan berani mati angkatan yang pertama.
33) ABU AIYUB AL-ANSHARI : Pejuang di waktu senang ataupun susah.
34) ABBAS BIN ABDUL MUTHALIB : Pengurus air minum untuk Kota Suci Mekah dan Madinah (Haramain).
35) ABUHURAIRAH : Otaknya menjadi gudang perbendaharaan pada masa Wahyu.
36) AL BARRA’ BIN MALIK : Allah dan Surga.
37) UTBAH BIN GHAZWAN : “Esok lusa akan kalian lihat Pejabat-pejabat Pemerintah yang lain daripadaku”
38) TSABIT BIN QEIS : Juru bicara Rasulullah.
39) USAID BIN HUDLAIR : Pahlawan hari Saqifah.
40) ABDURRAHMAN BIN ‘AUF : “Apa sebabnya anda menangis, Hai Abu Muhammad”.
41) ABU JABIR ABDULLAH BIN ‘AMR BIN HARAM : Seorang yang dinaungi malaikat.
42) AMR IBNUL JAMUH : “Dengan cacat pincangku ini, aku bertekad merebut surga”.
43) HABIB BIN ZAID : Lambang kecintaan dan pengurbanan.
44) UBAI BIN KA’AB : “Selamat nagimu, hai Abu Munzir, atas ilmu yang kau capai”.
45) SA’ADZ BIN MU’ADZ : “Kebahagiaan bagimu, wahai Abu Amr”.
46) SA’AD BIN UBADAH : Pembawa bendera Anshar.
47) USAMAH BIN ZAID : Kesayangan, putera dari kesayangan.
48) ABDURRAHMAN BIN ABI BAKAR : Pahlawan sampai saat terakhir.
49) ABDULLAH BIN ‘AMR BIN ‘ASH : Tekun beribadat dan bertaubat.
50) ABU SUFYAN BIN HARITS : Habis gelap terbitlah terang.
51) ‘IMRAN BIN HUSHAIN : Menyerupai malaikat.
52) SALAMAH BIN AL-AKWA : Pahlawan pasukan jalan kaki.
53) ABDULLAH BIN ZUBEIR : Seorang tokoh dan syahid yang luar biasa.
54) ABDULLAH BIN ABBAS : Kyai ummat ini.
55) ‘ABBAD BIN BISYIR : Selalu disertai cahaya Allah.
56) SUHEIL BIN ‘AMAR : Dari kumpulan orang yang dibebaskan, masuk golongan para pahlawan.
57) ABU MUSA AL-ASY’ARI : Yang penting keikhlasan, kemudian terjadilah apa yang akan terjadi.
58) THUFEIL BIN ‘AMR AD-DAUSI : Suatu fithrah yang cerdas.
59) ‘AMR BIN ‘ASH : Pembebas Mesir dari cengkeraman Romawi.
60) SALIM MAULA ABU HUDZAIFAH : Sebaik-baik pemikul Al-Qur’an.
1) MUSH’AB BIN UMAIR : Duta Islam yang pertama.
2) SALMAN AL-FARISI : Pencari kebenaran.
3) ABU DZAR AL-GHIFARI : Tokoh gerakan hidup sederhana.
4) BILAL BIN RABAH : Muadzin Rasulullah … Lambang persamaan derajat manusia.
5) ABDULLAH BIN UMAR : Tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
6) SA’AD BIN ABI WAQQASH : Singa yang menyembunyikan kukunya.
7) SHUHAIB BIN SINAN : Abu Yahya yang selalu mendapat laba.
8) MU’ADZ BIN JABAL : Cendekiawan Muslim yang palin tahu mana yang halal dan mana yang haram.
9) MIQDAD BIN ‘AMR : Pelopor barisan berkuda dan ahli filsafat.
10) SA’ID BIN AMIR : Pemilik kebesaran di balik kesederhanaan.
11) HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB : Singa Allah dan panglima syuhada.
12) ABDULLAH BIN MAS’UD : Yang pertama kali mengumandangakn Al-Qur’an dengan suara merdu.
13) HUDZAIFAH IBNUL YAMAN : Seteru kemunafikan – Kawan keterbukaan.
14) ‘AMMAR BIN YASIR : Seorang tokoh penghuni surga.
15) ‘UBAIDAH BIN SHAMIT : Tokoh yang gigih menentang penyelewengan.
16) KHABBAB BIN ARATS : Guru besar dalam berkorban.
17) ABU ‘UBAIDAH IBNUL JARRAH : Orang kepercayaan ummat.
18) UTSMAN BIN MAZH’UN : Yang pernah mengabaikan kesenangan hidup duniawi.
19) ZAID BIN HARITSAH : Tak ada orang yang lebih dicintainya daripada Rasulullah.
20) JA’FAR BIN ABU THALIB : Jasmani maupun perangainya mirip Rasulullah.
21) ABDULLAH IBNU RAWAHAH : Yang bersemboyan : Wahai diri …. Jika kau tidak gugur di medan juang …. Kau tetap akan mati … Walau di atas ranjang.
22) KHALID IBNUL WALID : Ia selalu waspada, dan tidak membiarkan orang lengah dan alfa.
23) QAIS BIN SA’AD BIN ‘UBADAH : Kalau tidaklah karena Islam, maka ia lah ahli tipu muslihat Arab yang paling lihai.
24) UMAIR BIN WAHAB : Jagoan Quraisy yang berbalik membela Islam yang gigih.
25) ABU DARDA : Seorang budiman dan ahli hikmat yang luar biasa.
26) ZAID IBNUL KHATTHAB : Rajawali pertempuran Yamamah.
27) THALHAH BIN UBAIDILLAH : Pahlawan perang Uhud.
28) ZUBAIR BIN AWWAM : Pembela Rasulullah s.a.w.
29) KHUBAIB BIN ‘ADI : Pahlawan yang syahid di kayu salib.
30) UMAIR BIN SA’AD : Tokoh yang tak ada duanya.
31) ZAID BIN TSABIT : Penghimpun Kitab Suci Al-Qur’an.
32) KHALID BIN SA’ID BIN ‘ASH : Anggota pasukan berani mati angkatan yang pertama.
33) ABU AIYUB AL-ANSHARI : Pejuang di waktu senang ataupun susah.
34) ABBAS BIN ABDUL MUTHALIB : Pengurus air minum untuk Kota Suci Mekah dan Madinah (Haramain).
35) ABUHURAIRAH : Otaknya menjadi gudang perbendaharaan pada masa Wahyu.
36) AL BARRA’ BIN MALIK : Allah dan Surga.
37) UTBAH BIN GHAZWAN : “Esok lusa akan kalian lihat Pejabat-pejabat Pemerintah yang lain daripadaku”
38) TSABIT BIN QEIS : Juru bicara Rasulullah.
39) USAID BIN HUDLAIR : Pahlawan hari Saqifah.
40) ABDURRAHMAN BIN ‘AUF : “Apa sebabnya anda menangis, Hai Abu Muhammad”.
41) ABU JABIR ABDULLAH BIN ‘AMR BIN HARAM : Seorang yang dinaungi malaikat.
42) AMR IBNUL JAMUH : “Dengan cacat pincangku ini, aku bertekad merebut surga”.
43) HABIB BIN ZAID : Lambang kecintaan dan pengurbanan.
44) UBAI BIN KA’AB : “Selamat nagimu, hai Abu Munzir, atas ilmu yang kau capai”.
45) SA’ADZ BIN MU’ADZ : “Kebahagiaan bagimu, wahai Abu Amr”.
46) SA’AD BIN UBADAH : Pembawa bendera Anshar.
47) USAMAH BIN ZAID : Kesayangan, putera dari kesayangan.
48) ABDURRAHMAN BIN ABI BAKAR : Pahlawan sampai saat terakhir.
49) ABDULLAH BIN ‘AMR BIN ‘ASH : Tekun beribadat dan bertaubat.
50) ABU SUFYAN BIN HARITS : Habis gelap terbitlah terang.
51) ‘IMRAN BIN HUSHAIN : Menyerupai malaikat.
52) SALAMAH BIN AL-AKWA : Pahlawan pasukan jalan kaki.
53) ABDULLAH BIN ZUBEIR : Seorang tokoh dan syahid yang luar biasa.
54) ABDULLAH BIN ABBAS : Kyai ummat ini.
55) ‘ABBAD BIN BISYIR : Selalu disertai cahaya Allah.
56) SUHEIL BIN ‘AMAR : Dari kumpulan orang yang dibebaskan, masuk golongan para pahlawan.
57) ABU MUSA AL-ASY’ARI : Yang penting keikhlasan, kemudian terjadilah apa yang akan terjadi.
58) THUFEIL BIN ‘AMR AD-DAUSI : Suatu fithrah yang cerdas.
59) ‘AMR BIN ‘ASH : Pembebas Mesir dari cengkeraman Romawi.
60) SALIM MAULA ABU HUDZAIFAH : Sebaik-baik pemikul Al-Qur’an.
Kisah Si Penderita Kusta, Botak dan Buta
Diriwayatkan dari abu hurairah ra, ia pernah mendengar Nabi Muhammad saw bersabda, bahwa Allah ingin menguji tiga orang Yahudi. Mereka adalah si penderita kusta, si botak dan si buta,Kemudian Allah mengutus seorang malaikat mendatangi penderita kusta, “Hal apakah yang paling engkau cintai?” Tanya malaikat. Si penderita kusta menjawab, Warna yang bagus, kulit tubuh yang halus dan kesembuhan dari penyakit yang menyebabkan orang-orang membenciku,” Lalu Sang malaikat mengusapkan tangannya pada tubuh si pederita kusta, d an seketika sembuhlah penyakitnya. Kemudian ia memberi warna kulit yang bagus. Sang malaikat bertanya lagi,” Harta apa yang paling engkau sukai?” Si penderita kusta menjawab, “unta .” Maka sang malaikat memberinya seeokr unta yang sedang mengandung, sembari berkata, “ semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.”
Sang malaikat lalu pergi menemui si botak. “ Hal apakah yang paling engkau cintai?”Tanya malaikat, SI botak menjawab, Rambut yang bagus dan kesembuhan dari botak yang membuat orang orang menghinaku.” Lalu Sang malaikat mengusapkan tangan di kepalanya, maka iapun langsung sembuh dari kebotakan dan rambut yang bagus menghiasi kepalanya. Kemudia sang malaikat bertanya lagi.”Harta apakah yang paling engkau sukai?” Si botak menjawab,Sapi” Maka sang malaikat memberi seeokr sapi yang sedang mengandung, sembari berkata,” Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.”
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dan berkata.” Hal apakah yang paling engkau cintai?” Si buta menjawab, “Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihat orang orang di sekitar.” Lalu Sang malaikat mengusapkan tangannya pada mata orang buta itu maka Allah pun mengembalikan penglihatannya. Kemudian sang malaikat bertanya,” Harta apakah yang paling engkau sukai?” Si buta menjawab,” Kambing.Maka sang malaikat memberinya seekor kambing yang sedang mengandung.
Masing masing dari ketiga hewan pemberian malaikat itu beranak pinak hingga setiap prang dari ketiganya memiliki padang gembala khusus untuk menggembalakan ternnak mereka. Si penderita kusta memiliki padang gembala untuk sapi sapinya dan si buta memiliki padang gembala untuk kambing kambingnya.
Kemudian sang malaikat mendatangi mereka satu persatu.Ia mendatangi si penderita penyakit kusta yang sudah sembuh dengan menyamar menjadi seorang penderita kusta. Ia berkata sembari mengiba,”Aku adalah orang yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama Dzat yang telah menganugrahimu warna kulit yang bagus, kulit yang molek dan harta berupa unta, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.”Si bekas penderita kusta itu mencela, “ Banyak sekali permintaan mu!”Maka sang malaikat lantas berkata,”Kelihatannya aku mengenalmu,bukanlah egkau yang dulu si penderita lkusta yang fakir dan di kucilkan orang orang, lalu Allah menganugrahimu?”
Dengan dada di busungkan si bekas penderita kusta berkata “ Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula.”Sang malaikay menimpali,”seandainya engkau berdusat, Allah akan mengembalikamu seperti dahulu.”
Kemudian sang malaikat mendatangi si botak yang telah dikaruniai rambut indah dengan menyamar menjadi sorang botak, seraya berucap hal yang sama seperti yang di katakan kepada si penderita kusta. Lalu si bekas bitak menjawab dengan jawaban yang sama seperti penderita kusta
.Lalu si bekas botak menjawab dengan jawaban yang sama seperti penderitakusta.Maka sang malaikat mencela,” seandainya kau berdusta Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!”
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dengan menyamar menjadi seorang buta,”Aku seorang ibnu sabil yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah.Aku memohon kepadamu atas nama Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu dan harta berupa kambing,berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku, “Si buta menawab, Sungguh, dahulu aku seorang yang buta,lalu Allah mengembalikan penglihatanku, maka ambilah apa yang engkau inginkan dan tinggalkan apa yang engkau kehendaki.Sungguh aku tidak akan keberatan engkau ambil demi kepentingan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.Sang malaikat menjawab,”Milikilah hartamu itu! Sesungguhnya aku hanya ingin menguji kalian.Allah telah meridhai ( sibuta) dan murka dengan kedua temanmu ( si penderita kusta dan si botak ) ( HR al Bukhari dan Muslim )
Sahabat yang di rahmati Allah,pepatah berkata, hidup ini bagai roda berputar,Allah selalu mempergilirkan kasih sayang Allah kepada kita semua,dari yang fakir menjadi berada dari yang kaya menjadi kebalikannya,lalu bagai mana agar kondisi kehidupan yang di harapkan bisa selalu besama kita dan mendapatkan keridhaan Allah,?semoga dengan kesadaran yang selalu hadir dalam hati kita, kita bisa tetap menjalankan apa yang telah diperintahkan Allah dalam menjaga kewajiban dan amanah yang telah Allah berikan baik berupa harta,tahta, anak, dan lain sebagainya.jangan sampai harta yang telah Allah berikan lenih kita cintai seperti apa yang telah Allah sampaikan dalam surat At Taubah 24 “Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Selama Allah memberikan jatah hidup kita hingga suatu saat nanti Allah akan mengambilnya kembali seluruh umat manusia yang mengaku beriman tidak akan pernah lepas dari ujian.” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?( Q.S 29 : 2 )
Sang malaikat lalu pergi menemui si botak. “ Hal apakah yang paling engkau cintai?”Tanya malaikat, SI botak menjawab, Rambut yang bagus dan kesembuhan dari botak yang membuat orang orang menghinaku.” Lalu Sang malaikat mengusapkan tangan di kepalanya, maka iapun langsung sembuh dari kebotakan dan rambut yang bagus menghiasi kepalanya. Kemudia sang malaikat bertanya lagi.”Harta apakah yang paling engkau sukai?” Si botak menjawab,Sapi” Maka sang malaikat memberi seeokr sapi yang sedang mengandung, sembari berkata,” Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini.”
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dan berkata.” Hal apakah yang paling engkau cintai?” Si buta menjawab, “Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihat orang orang di sekitar.” Lalu Sang malaikat mengusapkan tangannya pada mata orang buta itu maka Allah pun mengembalikan penglihatannya. Kemudian sang malaikat bertanya,” Harta apakah yang paling engkau sukai?” Si buta menjawab,” Kambing.Maka sang malaikat memberinya seekor kambing yang sedang mengandung.
Masing masing dari ketiga hewan pemberian malaikat itu beranak pinak hingga setiap prang dari ketiganya memiliki padang gembala khusus untuk menggembalakan ternnak mereka. Si penderita kusta memiliki padang gembala untuk sapi sapinya dan si buta memiliki padang gembala untuk kambing kambingnya.
Kemudian sang malaikat mendatangi mereka satu persatu.Ia mendatangi si penderita penyakit kusta yang sudah sembuh dengan menyamar menjadi seorang penderita kusta. Ia berkata sembari mengiba,”Aku adalah orang yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku tidak bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah. Aku memohon kepadamu atas nama Dzat yang telah menganugrahimu warna kulit yang bagus, kulit yang molek dan harta berupa unta, berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku.”Si bekas penderita kusta itu mencela, “ Banyak sekali permintaan mu!”Maka sang malaikat lantas berkata,”Kelihatannya aku mengenalmu,bukanlah egkau yang dulu si penderita lkusta yang fakir dan di kucilkan orang orang, lalu Allah menganugrahimu?”
Dengan dada di busungkan si bekas penderita kusta berkata “ Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula.”Sang malaikay menimpali,”seandainya engkau berdusat, Allah akan mengembalikamu seperti dahulu.”
Kemudian sang malaikat mendatangi si botak yang telah dikaruniai rambut indah dengan menyamar menjadi sorang botak, seraya berucap hal yang sama seperti yang di katakan kepada si penderita kusta. Lalu si bekas bitak menjawab dengan jawaban yang sama seperti penderita kusta
.Lalu si bekas botak menjawab dengan jawaban yang sama seperti penderitakusta.Maka sang malaikat mencela,” seandainya kau berdusta Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!”
Kemudian sang malaikat mendatangi si buta dengan menyamar menjadi seorang buta,”Aku seorang ibnu sabil yang malang dan kehabisan bekal perjalanan. Aku bisa hidup sampai sekarang ini kecuali atas pertolongan Allah.Aku memohon kepadamu atas nama Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu dan harta berupa kambing,berilah aku bekal untuk meneruskan perjalananku, “Si buta menawab, Sungguh, dahulu aku seorang yang buta,lalu Allah mengembalikan penglihatanku, maka ambilah apa yang engkau inginkan dan tinggalkan apa yang engkau kehendaki.Sungguh aku tidak akan keberatan engkau ambil demi kepentingan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.Sang malaikat menjawab,”Milikilah hartamu itu! Sesungguhnya aku hanya ingin menguji kalian.Allah telah meridhai ( sibuta) dan murka dengan kedua temanmu ( si penderita kusta dan si botak ) ( HR al Bukhari dan Muslim )
Sahabat yang di rahmati Allah,pepatah berkata, hidup ini bagai roda berputar,Allah selalu mempergilirkan kasih sayang Allah kepada kita semua,dari yang fakir menjadi berada dari yang kaya menjadi kebalikannya,lalu bagai mana agar kondisi kehidupan yang di harapkan bisa selalu besama kita dan mendapatkan keridhaan Allah,?semoga dengan kesadaran yang selalu hadir dalam hati kita, kita bisa tetap menjalankan apa yang telah diperintahkan Allah dalam menjaga kewajiban dan amanah yang telah Allah berikan baik berupa harta,tahta, anak, dan lain sebagainya.jangan sampai harta yang telah Allah berikan lenih kita cintai seperti apa yang telah Allah sampaikan dalam surat At Taubah 24 “Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Selama Allah memberikan jatah hidup kita hingga suatu saat nanti Allah akan mengambilnya kembali seluruh umat manusia yang mengaku beriman tidak akan pernah lepas dari ujian.” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?( Q.S 29 : 2 )
Sabtu, 19 Januari 2013
AISYAH UMMUL MU'MININ
بسم
الله الرحمن الرحيم
NASABNYA
Anak perempuan abu bakar,Kholifatirrosul Abu Bakar Abdullah Bin Abi Quhafah Usnman Bin Amir Bin Amru Bin
Kaab Bin Saad Bin Taim Bin Murroh Bin Kaab Bin Luaiy Alquroisiyyah Attaaimiyah
Almakkiyah annabawiyah,ummul mu'minin salah satu istri rosulullah wanita
terfaqih dari umat ijin secara mutlaq.
Ibunya Adalah Ummu Ruman Binti Amir Bin Uwaimir Bin Abdi Syam Bin
'Attab Bin Adzniyatul Kinanah.Menikah dengan Rosulullah sebelum hijroh
,setelah wafatnya Assidiqoh Hadijah Binti Huwailid.yaitu sebelum hijroh setahun
lebih,dada pendapat 2 tahun.digauli oleh Rosulillah Bulan Syawal tahun ke 2 Hijjriyah
sehabis pulang dari perang Badar,dan dia waktu berumur sembilan tahun.[1]
Biasa dipanggil dengan Ummu Abdillah dan Abdullah ini adalah anak
dari Zubair kaka iparnya,istri dari Asma',kakak perempuanya.karena dia pernah
meminta pada Rosul tentang panggialn maka Rosul memberi gelar itu,juga Assidiqiyyah
dinisbatkan pada bapaknya,and juga gelar yang melekat secara umum bagi istri Rosul
yaitu Ummul Mu'minin ,al Ahzab 6.
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi
orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih
berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan
orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik,] kepada
saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam
Kitab (Allah). "[2]
FISIKNYA
Putri yang putih lagi cantik,maka dipanggil Alhumairo'(yang berwajah
kemerah merahan)namun pendapat tentang penyebutan khumairo' ini adalah dhoif,dan
nabi tidak menikah pada wanita gadis satupun kecuali dengannya,[3]
KELEBIHAN DIBANDING DENGAN YANG LAIN
Dalam sebuah riwayat dari Basyar Bin al Walid alqodli,yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al
Ajromi dengan sanad yang baik,bahwasanya dia diberi sembilan kelebihan atas
manuisia yang tidak diberikaan setelah maryam bin imron.yakni sebagai berikut:
Jibril
turun dan menampakkan wujudnya(aisyah) lalu menyuruh agar rosul menikahnya,
Dialah
satu satunya istri nabi yang gadis,
Rosul
meninggal dalam kamarnya,
Rosul
dikubirkan di rumahnya,
Malaikat
turun dirumahnya,karena wahyu turun dan dia sedang bersamaku dalam selimutnya,
Dia adalah
ank dari kholifah kepercayaannya,
Diturunkan
pembebasnku dari langit langsung,
Diciptakan
dalam keadaan baik dan disisi orang yang baik,
Dan dia
telah dijanjikan ampunan dan rizqi yang
mulia.[4]
PERNIKAHANNYA DENGAN ROSULULLAH
Ketika Khotijah
meninggal, datang datang Haulah binti hakim dan berkata,"wahai Rosulullah,mau
nikah kah anda?"jawabnya,"sama siapa?"katanya."kalau mau
sama gadis atau sama janda?"siapa kalau gadis dan siapa kalau janda"jawabnya."kalau
gadis maka sama anak sadaramu dan kaalu sama janda sama orang yang telah
bertiman kepadamu yaitu saudah binti zam'ah.adn akhirnya kedua duanya sama sam
a dinikahi sama orsulullah,hanya aisyah digauli setelah di Madinah.
Sebelum Rosul melamar
datang dahulu Haulah menwarkan pada keluarga Abu Bakar dan mereka
menyetujjuuinya.[5]
PERIWAYATAN HADIST
Dia meriwayatkan dari bapaknya,Umar,Fatimah,Hamzah Bin Amru Al
Aslamy,Sa'ad Dan Jundamah Binti Wahab.
Yang meriwayatkan darinya ada lebih dari 150 orang baik secara
mursal maupun tidak.
Musandnya mencapai 2210 hadist.yang disepakati Bukori dan Muslim ada
174b hadist,Bukhori sendiri ada 54 hadist dan Muslim ada 69 hadist[6]
PERJALANAN HIDUPNYA
BANYAK riwayat tentang hidupnya
yang terkesan diantaranya adalah:
1.
Imam Bukhori
dari riwayat aisyah RosulullH telah bersabda,"aku memimpikannmu sebanyak
dua kali,dimana aku melihat kamu dibalik kelambu sutra yang bagus,lalu
dikatakan kepadanya bahwa "ini adalah istrimu"ketika aku
membukanya,maka ternyata wanita yang ada dibalik kelambu itu adalah kamu"
2.
Sabda
rosul"dia mengetahui cara menempatkan kebenaran secara
proporsional"berkaitan dengan kabar yang datang melepaskan tuduahn dari
langait secara langsung .
3.
Allah
menurunkan 10 ayat berkenaan pembebasan dia dari tuduhan bohong(hadisul
ifqi)yaitu surat
annur ayat 26
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezki yang mulia (surga)[";[7]
HIJRAHNYA
Ketika
rosulullah hijhroh ke Madinah,beliau meninggalkan anak anak perempuannya,ketika sudah sampai,dia
mengutus ke makkah zaid bin harisah dan abu rofi',dqn memberinya dua tunggangan
dan uang lima ratus dirahm yang diambil
dari abu bakar untuk membeli semua perbekalan sampai cukup,abu bakar juga
mengirim bersamanya abdullah bin uraiqith allaisii dengan dua atau tiga onta,dan
berpesan keapada anaknya abdulah agar membawa keluarganya,yaitu ummu
ruman,aisyah dan asma'.maka saat sampai di qodid zaid membeli 3 onta lalu masuk
makkah.maka berpapasan dengan tolhah hendak berhijroh dengan keluarga abbu bakar,lalu
kami berangkat bersama.mereka serombongan berpencar sampai ummu ruman
berkata,"dan dua anak perempuannya,dan calon calon menantunya sehingga bisa menyusul
rombonngannya aisyah dan ketika sampai dimadinah masjid sudah dibangun.[8]
HADISUL IFQI(BERITA BOHONG)
Terjadi
pada tahun lima hijriyah,pada perang muraisi',waktu itu berumur 12 tahun.sudah
menjadi kebiasaan rosululllah bila akan berperang mengundi istrinya siapa yang
akan diajaknya,saat itu yang keluar yaitu
aisyah.beruntungnya dia saat itu.dan itu telah turun ayat hijab.dia
dibawa dalam tandu/sekedup,sehabis perang maka pasukan kembali ke Madinah.
Ketika
malam pasukan beristirahat dan dia bisa menyusulnya,karena ada suatu urusan
maka dia menunaikanya maka ketika kembali ternayta dia tertinggal.karena saat
itu dia kehilangfan kalungnya.pandu d\ianggkat dan dikira dia didalamnya karena
tubuhnya yang ringan.lalu rombongan meneruskan perjalanannya.lalu diqa menunggu
dan yakin pasti akan dicari,ba'da mendapatkan kalungnya,ketika itu dia tertidur
dan datang sufyan bin muattol assilmi,bersama pasukan penyapu.mereka melihat
ada yang tertidur setelah dijumpai,tahu bahwa ia adalah aisyah,karena tau
sebelum perintah hijab.Sofwan tidak berbicara sedikitpun kecuali istirja',dan
dia terbangun dengan istirja' tersebut lalu mendekatkan ontanya,lalu dia menaikinya.dan
menyusul pasukan tanpa bicara sepatah katapun baik aisyah maupun sofwan.lalu
sampai di pasukan dan terjadilah hadis ifki yang dibesar-besarkan oleh abdullah bin ubai bin salul.[9]
Hingga
akhirnya terjadilah apa yang menimpa pada hidupnya sehingga hidup menjadi
sangat sesak namun dengan keyakinan bahwa Allah pasti akan menolong hambannya
yang jujur,maka setelah kurang lebih berlalu sebulan maka turunlah kabar dari
langit untuk memebebe\askan tuduhan baginya.
Karena
lama tidak alama tidak turun wahyu,rosul meminta pendapat paara sahabat.ali bin
abu tolib mengisyaratkan agar menceraikannya.usaid bin hudlair pimpinan aus
berseida membunuh Abdullah bin Ubay.
Saad
bin ubadah pimpinan khojroj menolak usulan usaid.semuanya saling bantah
sehingga datang rosul datang melerainya.setelah aisyah datang di madinah dia
jatuh sakit selama sebulan sehingga tidak tahu akan kabar bohong itu.ketika
sudah memebaik dia keluar pada suatu malam bersama ummu mistah untuk ke
jamban.tiba tiba terjauth dan dia akhirnya dia emnceritakan apa yang
terjadi.lau dia pulang ijin saam rosulullah untuk pulang kerumah orang
tuannya.setelah tahu masalah yang terjadi dia menangis sejadi jadinya selama
sehari dua malam,dan air matanya tidak pernah terhenti sampai dianggap matanya
telah memecah kelopak hatinya
.lalu
datang rosul memberi arahan bahwa jika salah psati allah akan membebaskanya dan
jika memeang terjadi maka disuruh bertobat.lalu aisyah menjawabnya dan
mengambil persmisalan dengan bapaknya yusuf ketika kehilangan yusuf.amka ketika
dia beranjkak dari tempat tidurnya maka turunlah wahyu..dan aia
berujar"demi Allah akutidak menghampiri beliau, tidak memuji kecuali
kepada Allah."
Wahyu yang turun adalah usrat annur,11a;
"Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031]."
Ringkasan tetang hadisul ifqi yang
tertera dalam al qur'an dan terjemahnya,yaitu;
Berita
bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin,
sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti
oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang
diadakan antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan mereka kembali dari
peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya
untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang,
lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan
persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup.
Setelah
'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan
mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat
ituseorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang
sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. Lalu dia
dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta
sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya
menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum
munafik membesar- besarkannya, maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah
luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin[10]
Mereka
yang apling getol menyebarkan berita dipukul 80 kali,dia adalah Mistah bin
Usasah,hassan bin tsabit,dan hmanah binti jahsyi.abdullah bin ubai justru tidak
dihukum karena ada hikmah.
Setelah
kejadian iitu dia tiudak berani mendongkakkan kepalanya.dan setiap berbicara maka kaumnya pasti
mencela,mencaci dan mencemoohnya.seandainya dibun uuh sasat itu tentu banyak
orang yang akan bersipati kepadanya,[11]
Usaid
bin hudlair
KEUTAMAANNYA
Keutamaan pada diri beliau adalah sangat banyak diantarnaya adalah
sebagai berikut:
ð Dia adalah paling dicintai diantara istyeri
istri beliau yang sembilan,hadis dari amr bin ash,dimana dia adtang pada Rosulullah
seraya bertanya,"wahai rosul siapa orang paling kamu cintai?"beliau
menjawab,"aisyah"lalu bertanya lagi,"siapa orang laki laki yang
paling kamu cintai?"beliau memnjawab,"bapaknya","lalu sipa
lagi setelahnya?"beliau menjawab,"umar,"yakni umar bin khotob
rodliallahu anhum[12]
ð Malaikat Menyampaikan Salam Untuknya Tidak
Hanya satu Kali .Dari Aisyah ,Bahwa Rosulullah Bersabda."sesungguhnya
jibril telah mengucapkan salam kepadamu,maka akau menjawab alaihissalam"
ð Rosul meninggal dalam kamarnya dan dialah yang
mengurus pada akhir hayatnya,dan meningggal dalam pangkuan dan
dekaapanya.bahkan air liur rosul dengan air liurnya.
ð Sabda rosul,"keutamaan aisyah atas wanita
wanita yang lainnya bagaikan keutamaaan tsarid(roti yang dibub uhkan kedalam
kuah)ats makan yang lainnya.[13]
ILMUNYA
Kesaksian pakar ilmu pnegetahuan dari kalangan ulma terdahulu
tentang keluasan,keunggulan,dan kredibilitas iasyah:
§ Urwah bin zubair(keponakannya),riwayat putranya
Hisam,"aku tidak melihat sesesorang yang lebih pintar adlam ilmu
fiqih(agama)kedokteran dan syair selain Aisyah."
§ Az zuhri,"seandainya dibandingkan antara
ilmu aisyah dan ilmu seluruh isteri nabi dan ilmu seluruh waanita,niscaya
ilmu aisyah jauh lebih ungggul.
§ Masruq,dari riwayat abu ad dhaha berkenaan
masalah ilmu aisyah dalam bidang faroid,"kau melihat para syaih dari
kalangan syahabat rosulullah bertanya pada aisyah tentang ilmu waris."
§ Atho' bin bai robah,dimanna ketika Allah
berfirman, maka aisyah merupakan orang yang paling paham,paling mengetahui dan
paling bagus pendapatnya dibanding denagan yang lain secara umum.
§ Zubair
bun awwam,yang btelah diriwayatkan oleh putranaya urwah,"aku tidak pernah
melihat seseorang yang lebih pintar etentahng alquran,hal hal yang
difardlukan,halal dan haram,syair,cerita arab and nasab selain Aisyah.[14]
PERKATAAN PERKATAAN AISYAH
O "Seorang hamba yang durhaka pada Allah
,niscaya orang yang memujinya akan
berbalik menjadi mencelanya,sedang orang mencari kerildoan Allah walu orang
orang membencinya,niscaya Allah akan mearildoinaya dan orang ornag akn berbalik
meridloinnya.adn orang yang mencari kerildoan manuisa diseratai kebencian dari
Allah,nisacya Allah akan membencinya dan oarngpun kan membencinya."sebuah surat yang tertuli sadn
ditujukan pada Muawwiyah bin sofyan.
O "Kamu tidak akan bertemu denagan Allah kecuali dengan melekukan sesuatu
yang baik bagimu.yaitu mengulangi dosa.maka orang yang inagi menyaingi orang
yang tekun dan sungguh sungguh,hendaknya dia menahan dirinya dari berbuat dosa.[15]
TAKUTNYA KEPADA ALLAH
Karena beliau menghabiskan masa muda dalam tarbiyah and bimbingan
dari rosulullah maka dia mempunyai rasa takwa dan takut yang tinggi kepada
Allah,yaitu:
ÿ Dalam kitabnya aladab,imam albukhori
meriwayatkan bahwa,beliau pernah bernadzar agar tidak akan berbicara dengan
keaponakannaya ,Abdullah bin Zubair.namuan suatu saat,karena sudah lama
abdullah bin zubair mendatanginaya bersama sekelaompaok orang lalu diijinkan.dihadapannaya
ia menangais sehingga sehingga beliaupun ikut manangis dan takut atas nadzar
tersebut.maka untuk menebus nadzarnya itu beliau membebaskan 40 budak,dan dalam
hidupnaya jika ingat akan nadzar tersebut maka menangis sampai basah jilbabnya
ÿ Riwayat ibnu abbas bahwa beliau pernah
menjenguknya ketika aisyah sakit yang mendekati kewafataanya,maka ketika
ditanya tentang apa yang menyenangkan dari bertemunnya dia denagan
muhammad,maka dia menyuruh pergi abdullah bin abas dan mengatakan bahwa hal mengingatkan
pada kegembiraan yang telah lama dilupakannya.
ÿ Ketiak beliau pergi kebasroh bersama
tholhah dan zubeir untuk menuntut perdamaian,tetapi takidr Allah berbicara
laian sehingga terjadi perang jamal,maka ketika beliau membaca surat al ahzab 33: maka beliau menangis sehingga membasahi
jilbabnya.[16]
KEZUHUDAN DAN KEMURAHAN HATINYA
ýDiriwayatakan dari Atho' ,dioa
berkata;"muawiyah mengirimi aisyah sebuah kalung emas berliaotinkan sebuah
permata suatu kaum yang nilainya seharga 100 ribu .lalu dia membagi ke istri
istri nabi dan tidak ada sama sekali yang tersisa untuknya.
ýRiwayat dari urwah bin zubair,"aku melihat
aisyah membagikan 70 ribu dan dia menambal sikut"katanya lagi,"zuhud
mana lagi yang derajatnaya leebih agunag daripada ini"
ýRiwayat dari ummu dzurrah,dia serinag
mengunjungi aisyah.bahwa ibnu zubair adtang dan meembawa harta dua karung yang
setara 180 ribu dirham,waktu itu beliau berpuasa,lau menbgambil mangkok besar
adan dibagikan ke orang orang sampai tidak tersiaisa seditpun oada sore harinnya.ketiak dia
memanggil budak perempuan dan menanyakan tentang apa yang akan digunakan untuk
berbuka yang ternyata tidak terdapat apa apa.adn berkata ,seandainya kamu
mengiungatkannya pasti aku akn menyisakanya"juag bahwa auhud mana
lagi,paginaya membagikan uang puluhan
ribu tapi bukanya hanya dengan sepotong roti dan mentega.[17]
IBADAH DAN IJTIHADNYA
Riwayat
Urwah dari bapaknya bahwa bahwa aisyah melakukan ibadah terus menerussehingga
rela meninggalkan makan dan minum dalam
beberapa hari.
Riwayat dari
keponakannya qosim bin muhammad bahwa
aisyah biasa mengerjakan puasa selama satu tahun,maksudnya adalah puasa
terus menerus seshingga tidak pernah terlihyat dalam keadaaan
berbuka.sebagaimana juga rosul.
Riwayat
dari dia juga,bahwa pada pagi hari dia bisa mengunjunngi bibinya tersebut dan
mendapatkan dia berdiri membaca tasbih,dan surat athur ayat 27, ;kelihatan menangis and mengulangi bacaanya
tersebut,lalu dia pergi kepasar untuk
suatu keperluan,ketika kembali maka dia dalam keadaan sedang soalt dan
mennagis.inilah beberapa gambaran manusia yang jibril turun mendatangi
rosulullah dan dia berada ditempat tiudrnya.[18]
HAL HAL PENTING YANG LAIN
J Bahwa rosullulah pernah mencium aisyah pas
puasa dan hal itu tidak membatalkanya.
J Bahwa rosulullah pernah berlomba lari dengan
rosulullah,dan keudnya saling mengalahkan dan dikalahkan.
J Bahwa rosulullah pernah mandi dalam satu bejana
bersama rosulullah.
J Bahwa sholat dikamarnya dan dia tidur
disampingnya.
J Dia ikut berperang dalam perang jamal,lalu dia
menyatakan penyesalanya karena tujuan dia adalah tidak sebagaimana dimaksud,dan
dalam perang itu banyak kaum muslimin yang terbunuh.
J Dia pernah belajar ilmu kedokteran adan
mehnjadi pandai denagn kejcerdasanya.
J Bernadzar unutk itdak berbicara sama anak
saudaranya namun dia menebusnya denganmembebaskan budak 10 orang.
J Menangis daalm perang jamal dan dia dipulangkan
oleh pengawalnya ali bin abi tolib.
J Menangis ketika rosulullah sakit ynag mendekati
kematiannya dan dia bersabda:bahwa diua tidak akan merasakan kesakitan lagi
setelahnya.
J Cembuuru pada shofiah dan karena kepandaiannya
memasak,dan kejadian tumpahnya susu yang dibuat olhnya karena ausyah dan
rosulu\h menyuruhnya agar menggantinya.dan juga dia pernah menyindir dengan
gadis'yahudi'.
J Pernah bersama sebagian istri yang lain
menuntut belanja ynag tidak dipunyai oleh rosululloh sehingga.turun ayat yang
menyatakan pilihan bagi mereka agar tetap bersama rosul akan diceraikanya.
J Pernah melihat budak habasyah menyanyi pada
waktu hari raya.
J Pernah memasang satir bergambar dalam rumahnya
llalu menganggu sholat rosul lalu di lepas kain itu.
J Dimintai ijin oleh ibnu umar agar ayahnya
dikuburkan disisi makam rosul dan dia mengijinkanya.
J Mengajari syahabat dari balik tabir.
J Nikah dalam usia yang masih dini dan dicampuri
setelah uda tahun kemudian.
J Mendapat jatah giliran dari malam miliknya
Saudah,karena saudah sudah agak tua dan takut diceraikan oleh rosul
J Pernah ibnu mas'ud bertanya and dia malu karena
tentang hubungan usami istri,lalu ida menjawab bahwa dia adalah ibunya and tidak
usah malu.
J Termasuk perempua yanng pernah berperang dalam
islam.
Dan masih banyak hal lain yang termuat dalam literatur islam
utamanya adalah buku buku hadist dan fiqih,yang jika kiat mau menelaahnya
sungguhn kita akan mendapatkan faedah faedah yang agung.
WAFATNYA
Rosulullah serumah dengannya pada umurnya 9 tahun,dan ketika rosul
wafat dia baru berumur 18 tahun,jadi dia hidup bersama Rosulullah selama 9 tahun dan sepeninnggalnya rosul dia hidup
sampai usia 66 tahun.aisyah wafat
tanggal 17 bulan romadlon,dan dimakamkan di baqi',pemakaman di Madinah dan ini
sesuai wasiatnya ,agar dimakamkan ditempat pemakaman istri istri rosulullah.[19]
REFERENSI
1.: Abu Bakar Jabir Al Jazairi,Ilmu Dan Ulama,Pustaka Azzam,Cet
Pertama Juli 2001
2. Siyar alamin nubala' OLEH IMAM ADDZAHABI,VCD
3. Rohiqul mahtum ,karangan syaih safiurrohman almubarokfuri edisi
terjemahan,pustaka alkausar ,jakarta
Wallahu A'lam
Bissowab
[13] Siyar alamin nubala' bab aisysah,tsarid adalah
dianggap sebagus bagus makanan yang mengenyangkan,sebagaimana sebagus bagus
lauk adalah daging.
Langganan:
Postingan (Atom)